BAB I
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan di masyarakat, manusia selalu melakukan interaksi atau
hubungan dengan sesamanya melalui
bahasa. Bahasa dan manusia merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, dalam
arti keduanya berhubungan erat. Bahasa merupakan alat komunikasi yang paling
penting bagi manusia karena dengan bahasa manusia dapat mengekspresikan apa yang
ada dalam pikiran atau gagasannya. Agar komunikasi dapat berlangsung dengan
baik, manusia harus menguasai keterampilan berbahasa. Tarigan (1986 : 2)
menyatakan bahwa keterampilan berbahasa meliputi empat macam, yaitu
keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Setiap keterampilan
bahasa mempunyai hubungan yang erat dan konsep berpikir yang mendasari bahasa.
Bahasa seseorang mencerminkan pikiran, semakin terampil seseorang berbahasa
semakin cerah dan jelas pula pikirannya.
Kridalaksana
(1984 : 28) berpendapat bahwa bahasa adalah sistem lambang arbiter yang digunakan
untuk bekerja sama, berinteraksi, atau mengidentifikasikan diri. Meningkatkan
bahasa sebagai lambang makna dalam bahasa lisan lambang itu diwujudkan dalam
bentuk tindak ujar dan dalam bahasa tulis wujud simbol tulisan dan keduanya
memiliki tempat masing–masing. Baik bahasa lisan maupun tulisan digunakan
manusia untuk berkomunikasi.
Dalam
penelitian ini penulis akan meneliti perbincangan antara Semar, Bagong, Gareng,
dan Petruk (Punokawan) pada Pementasan Teater Semar Gugat oleh Teater
Komedi Kontemporer UIN Malang
yang diselenggarakan di Teater Arena Taman Budaya, Solo Jawa Tengah pada 3
Maret 2008 dengan menggunakan tiga macam analisis, yaitu Alih kode dan campur
kode (Codeswiching and codemixing), Gap Komunikasi (Gap
communication), dan kesantunan berbahasa (Pollitenes).
Adapun
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui Bagaimana alih kode, gap
komunikasi, dan kesantunan bahasa yang terdapat pada
Pementasan Teater Semar Gugat oleh Teater Komedi Kontemporer UIN Malang.
Dalam penelitian ini, peneliti hanya akan meneliti percakapan
pada babak pertama pada Pementasan Teater Semar Gugat oleh Teater
Komedi Kontemporer UIN Malang. Untuk pengumpulan data peneliti menggunakan data-data dalam percakapan pada
Pementasan Teater Semar Gugat oleh Teater Komedi Kontemporer UIN Malang.
Penelitian ini menggunakan penelitian perpustakaan (library research)
yaitu penelitian yang dilakukan di kamar kerja peneliti atau di ruang
perepustakaan dimana peneliti memperoleh data dan inforamasi tentang obyek
penelitiannya lewat buku-buku atau alat-alat audio visual lainya.
Adapun metode kerja pada penelitian ini menggunakan metode kualitatif yaitu mengutamakan
kedalaman penghayatan terhadap interaksi antar konsep yang dikaji secara
empiris.
BAB II
LANDASAN TEORI
Alih Kode dan
Campur Kode.
Appel (1976:79) mendifinisikan Alih
kode itu sebagai, “Gejala peralihan bahasa karena berubahnya situasi. Adapun
alih kode dan campur kode hampir sama. Perbedaan keduanya jika alih kode
peralihan bahasa tersebut terjadi antar kalimat, sedangkan campur kode
peralihan tersebut terjadi dalam satu kalimat.
Menurut
Poedjosoedarmo via Kuncara Rahardi (2001; 36) ada tiga belas komponen yang
berpengaruh dalam tuturan. (1) Pribadi si penutur, (2) anggapan penutur
terhadap kedudukan social dan relasi orang yang diajak bicara, (3) kehadiran
orang ketiga, (4) maksud dan kehendak si penutur, (5) warna emosi si penutur,
(6) nada suasana bicara, (7) pokok pembicaraan, (8) urutan bicara, (9) bentuk
wacana, (10) sarana tutur, (11) adegan tutur, (12) lingkungan tutur, (13) norma
kebahasaan lainnya. Tiga belas komponen ini menjadi faktor alih kode.
Gap komunikasi
Gap komunikasi adalah kesenjangan antara lokusi dan ilokusi. Tindak
lokusi untuk menyatakan sesuatu adalah tindak lokusi (Wijana 1996: 17).
Pernyataan tersebut sama dengan Rustono (1999: 35) bahwa lokusi atau lengkapnya
tindak lokusi merupakan tindak tutur yang dimaksudkan untuk menyatakan sesuatu.
Tindak tutur ilokusi adalah tindak tutur
yang mengandung maksud dan fungsi atau daya ujar. Tindak tutur ilokusi dapat
diidentifikasi sebagai tindak tutur yang
berfungsi untuk menginformasikan sesuatu dan melakukan sesuatu (Wijana 1996: 18).
Atau bisa disederhanakan
bahwa lokusi adalah ucapan sesuai dengan apa yahng dimaksud oleh penutur, sedangkan
ilokusi adalah ucapan sebagaimana yang dipahami pendengar.
Faktor yang menyebabkan gap
komunikasi (1) menggunakan pemaknaan ekspresi, (2) pendengar tidak faham pesan
yang disampaiakan penutur karena perbedaan latar belakang, meliputi pendidikan,
pengalaman, gaya hidup, dan status sosial, (3) cacat kejiwaan, (4) perbedaan
psikologi.
Kesantunan
Berbahasa
Kesantunan
(politiness), kesopansantunan, atau etiket adalah tatacara, adat, atau
kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat. Kesantunan merupakan aturan perilaku
yang ditetapkan dan disepakati bersama oleh suatu masyarakat tertentu sehingga kesantunan sekaligus menjadi prasyarat yang
disepakati oleh perilaku sosial. Oleh karena itu, kesantunan ini biasa disebut
"tatakrama".
Menurut Brown dan Levinson kesantunan
berbahasa dibagi menjadi 4 macam, (1) cuek dengan pendengar, (2) menyenangkan
pendengar, (3) untuk menjaga jarak/formalitas, (4) menyembunyikan sesuatu
karena takut dengan seseorang.
BAB III
PEMBAHASAN
Teknis kajian ini akan meneliti satu
percakapan dengan ketiga pisau analaisis yang sudah dijelaskan pada landasan teori di depan.
Yaitu tentang alih kode, gap komunikasi, dan kesantunan berbahasa yang ada
dalam percakapan pada babak pertama pementasan teater Semar Gugat olek TK2 UIN
Malang.
Sebelum kajian dilakukan, Latar belakang atau background
percakapan yang akan ditelili,
Bagong, Semar, Gareng, Petruk adalah punokawan bagi para ksatria. Punokawan
artinya sebagai sahabat atau teman yang selalu menemani para ksatria. Semar
adalah yang paling disegani dan bijaksana diantara punokawan lainnya.
Perbincangan pada babak pertama
lakon Semar Gugat ini terjadi pada pagi hari, dimana punokawan akan menghadiri
pesta pernikahan Arjuna dengan Dewi Woro Srikandi.
Pada tuturan pertama oleh Semar dapat dianalisa sebagai berikut:
Semar:
Bagong.. Gareng.. Petruk… ayo bangun! Hari
sudah siang, jangan sampai didahului burung-burung. Jangan sampai ditinggal
matahari. Jangan sampai dijauhi rejeki. Hari ini adalah hari bahagia junjungan
kita raden Arjuna. Ayo bangun, dan kita ke istana sekarang.
Pada tindak tutur di atas terdapat unsur kesantunan berbahasa, yaitu
menyenangkan pendengar. Dengan memberikan gambaran keindahan pagi yang
tercermin pada kata “burung-burung, matahari, dan rezeki”, hal itu sebagai motivasi dan penyemangat untuk segera bangun.
Pada ujaran kedua, yaitu oleh Bagong, dapat dianalisa sebagai berikut:
Bagong:
Ooo.. yang bahagia itu kan deden kita. Lawong beliau yang akan kawin, bangun
pagi atau bangun siang, Bagong sih akan tetap begini saja, rejeki sama.
Pada ujaran di atas terdapat campur kode (codemixing) yaitu kata
“Lawong”. Kata “lawong” berasal dari bahasa Jawa. Lawong adalah kata ekspresi. Meskipun kata
“lawong” tidak ada padanannya dalam bahasa Indonesia, namun hal itu tetap
menjadi campur kode.
Jika ditinjau dari kesantunan berbahasa, kalimat ujaran tersebut
mengandung unsur kecuekan dengan apa yang dikatakan oleh Semar. Padahal, dalam konteks ini semar
sebagai orang yang disegani diantara lainnya.
Pada ujaran berikutnya:
Semar:
Ee..ee..e.. kamu jangan berpikir begitu, bagong.. Kalau junjungan bahagia, kita
semua harus ikut bahagia. Dan bangun pagi itu wajib hukumnya. Ayo bangun..
bangun he.. ayo bangun. Gareng, ayo bangun.. bangun bagi itu bukan hanya karena
ingin ikut bahagia lantaran junjungan kita bahagia, tapi juga karena syukur
kita pada alam raya yang selama ini telah memelihara kita dengan sangat
baiknya. Jadi ayo bangun.. ayo bangun.. jangan tidur terus…
Pada ujaran di atas, terdapat unsur kesopanan bertutur, yaitu tercermin
pada penggunaan kalimat pujian pada
alam dan pujian pada junjungan dimaksudkan bahwa Semar sedang dalam keadaan
bahagia, begitu pula seharusnya dialami oleh punokawan lainnya. Mengajak bangun tidur dengan suasana
seperti itu menjadikan ajakan bangun tidur tidak hanya sebagai egoisme Semar,
tapi sebagai kewajiban semua manusia.
Pada ujaran berikutnya:
Bagong:
Aahhh bapakne, lagi enak-enak ketiduran kok dibangunan.
Terdapat unsur kesantunan bahasa, yaitu cuek dengan pendengar. Hal itu
terjadi karena Bagong merasa ajakan Semar hanya akan menyusahkan dia. Karena Bagong merasa terganggu.
Pada ujaran berikutnya oleh Gareng yang baru saja bangun, dan rupanya
sudah menyimak pembicaraan Semar dan Bagong mengatakan:
Gareng:
Ooalah mo.. mo.. lawong kita di sini saja cari makan sudah ngos-ngosan. E, lha
kok disuruh mikir ngasih hadiah sama junjungan yang sudah sangat kecukupan.
Pada ujaran di atas terdapat campur
kode, yatiu kata “lawong” dan “ngos-ngosan” kedua kata tersebut berasal dari
bahasa Jawa. Sebab dari campur
kode adalah emosi penutur. Emosi kekecewaan memunculkan kata-kata tersebut.
Juga pada ujaran tersebut terdapat
gap komunikasi tentang hadiah. Menurut Gareng hadiah itu harus mengeluarkan
biaya, padahal dirinya untuk makan saja masih ngos-ngosan atau kesulitan. Pemahaman akan wajud hadian yang ditangkap
Gareng tidak seperti makna apa yang diinginkan oleh Semar, hal itu tercermin
dalam kalimat berikut:
Semar:
Kamu juga jangan berpikir begitu. Hadiah itu banyak macemnya. Mendoakan supaya
mereka berdua bahagia itu juga sudah merupakan hadiah, jadi tidak usah menunggu pakai uang.
Bahwa sebenarnya hadiah tidak hanya
berupa materi, namun senyuman juga bisa menjadi sebuah hadiah. Dari kalimat tersebut kita ketahui bahwa Gap
komunikasi tentang Hadiah berbeda makna antara penutur dan pemahaman pendengar.
Kemudian pada percakapan berikutnya,
ketika Petruk bangun:
Petruk: So.. we must to follow the leader baby…
Semar: Hahaha… ngaten, sampean leres Petruk.
Petruk: Where ever he go, we go. He happy, we
happy, dady yes?
Semar: Ngaten nggeh leres Petruk, yes.
Petruk: Where ever yang dia bikin, we juga
harus ikut dunk. Yes dady?
Semar: Sebagai abdi yang baik, kita seharusnya
memang berbuat yang demikian.
Petruk: Nah, kalau begitu kita juga harus ikut
kawin dong.
Petruk, Gareng, Bagong: Kawin.. kawin..
kawin.. kawin…
Semar:
Dengarkan dulu! Kawin.. kawin! Tak kawinkan sama kuda kamu! Kita ini punakawan
abdi kekasih ksatriawan.
Sebagaimana kita ketahui bahwa alih kode adalah gejala perubahan atau
peralihan bahasa karena berubahnya situasi. Apa yang dikatakan Petruk dengan
menggunakan bahasa Inggris menurut peneliti disebabkan karena luapan
kegembiraan. Karena menurut dia apa yang dilakukan pemimpin juga harus
dilakukan abdinya.
Kemudian Semar menjawab dengan alih kode juga, yaitu peralihan dari
bahasa indonesia pada percakapan sebelumnya menuju pada bahasa jawa Krama,
yaitu pada kalimat “ngaten, sampean leres Petruk” alih
kode tersebut disebabkan karena kesetujuan dan gembiraanya Semar dengan apa yang dikatakan Petruk.
Hal
itu berlanjut pada percakapan berikutnya, hingga terjadi gap komunikasi pada
ujaran Petruk, “Nah, kalau begitu kita juga harus ikut kawin dong.” Bagi Petruk ungkapan“so we must to follow the liader”
dipahami seorang abdi harus mengikuti apa pun yang dilakukan junjungannya. Hal
ini berbeda dengan pemahaman Semar, yang dimaksud dengan mengikuti pemimpin bukanlah
seluruhnya, namun ada hal-hal yang bersifat privasi yang tidak boleh diikuti
seperti kawin.
Pemahaman Semar bisa kita simak pada kalimat berikut: “Dengarkan
dulu! Kawin.. kawin! Tak kawinkan sama kuda kamu! Kita ini punakawan abdi
kekasih ksatriawan.” Menurut Semar mengikuti pemimpin tidak untuk
bersenang-senang saja, melainkan karena mereka sebagai punokawan abdi kekasih
ksatriawan.
Jika
diteliti dengan teori kesantunan
berbahasa, jawaban-jawaban yang diucapkan Semar pada Bagong mengandung
nilai kesopanan. Hal itu terjadi karena Semar berusaha menyenangkan Petruk yang
sepakat dengan pendapat Semar. Dalam bahasa jawa, terdapat beberapa tingkatan
bahasa, meliputi Bahasa Ngoko, Krama andap, dan krama inggil. Adapun penggunaan
bahasa krama andap, seperti yang digunakan pada ujaran Semar pada Petruk, yaitu
untuk menghormati pendengar yang tingkat statusnya berada di bawah penutur.
Kemudian pada percakapan berikutnya:
Semar: Sekarang katakan, siapa yang sanggup
membuat semangat di saat para ksatria dihajar putus asa.
Petruk, Gareng, Bagong: Punokawan!
Semar:
Kalau begitu, sekarang juga kita berangkat ke istana menghadiri pernikahan
Raden Arjuna dan Dewi Woro Srikandi.
Gareng:
Waduh, tunggu sebentar mo, saya ijin mau mandi.
Semar:
E.. ee..
Petruk:
Its me, my dady. I want to pipis.
Semar:
Petruk, Gareng, kalau urusan mandi, pipis, kita bisa mampir ke sungai. Di jalan
juga banyak rumput, banyak embunnya. Kita bisa memanfaatkan itu. Sekarang juga
pokoknya kita berangkat.
Petruk:
Yes.
Gareng:
Ya mo.
Bagong:
Pak…!
Semar:
Apa Gong?
Bagong:
Saya masih ngantuk pak.
Semar:
Apa Gong?
Bagong:
Saya masih ngantuk
Semar:
Pokonya aku nggak mau tau. Sekarang juga kita harus berangkat.
Semar,
Bagong, Petruk, Gareng: Punokawan.. yo ayo Punaokawan. Punokawan.. yo ayo
Punaokawan.
Ujaran Petruk diatas mengandung unsur campur kode, yaitu pada ujaran, “Its
me, my dady. I want to pipis” Pipis adalah bahasa Indonesia, sedangkan
kalimat tersebut menggunakan bahasa Inggris. Alih kode tersebut peralihan dari Bahasa Indonesia ke Bahasa Inggris.
Ketika semua sudah siap berangkat, dan Bagong berkata:
Bagong:
Pak…!
Semar:
Apa Gong?
Bagong:
Saya masih ngantuk pak.
Semar:
Apa Gong?
Bagong:
Saya masih ngantuk
Semar:
Pokonya aku nggak mau tau. Sekarang juga kita harus berangkat
Dalam ujaran Semar dalam menanggapi
kengantukan Bagong mengandung kesan memaksa dengan pendengar yaitu tercermin pada kaliamat “Pokonya
aku nggak mau tau. Sekarang juga kita harus berangkat”. Kalimat memaksa tersebut ada kemungkinan dikarenakan
Semar sebagai orang yang paling disegani, sehingga ia lebih leluasa untuk
memaksa pada punokawan lainnya.
KESIMPULAN
Dari analisis Alih kode dan campur kode (Codeswiching and
codemixing), Gap Komunikasi (Gap communication), dan kesantunan
berbahasa (Pollitenes) pada babak pertama pada Pementasan Teater Semar Gugat oleh Teater
Komedi Kontemporer UIN Malang di Teater Arena Taman Budaya, Solo Jawa Tengah
pada 3 Maret 2008 dapat diambil kesimpulan sementara sebagai berikut:
Alih kode dan campur kode yang
terdapat di percakapan tersebut disebabkan karena emosi penutur. Kegembiraan
dan kekecewaan menjadi faktor utama alih kode dan campur kode.
Gap komunikasi yang terdapat pada
percakapan tersaebut disebabkan karena perbedaan pengalaman antara si penutur
dan si pendengar. Semar sebagai
orang tertua dapat memaknai beberapa unjaran dengan bijaksana. Seperti Hadiah
dan makna mengabdi pada sang junjungan.
Kesantunan berbahasa yang terdapat
dalam percakapan tersebut disebabkan karena cuek dengan pendengar, menyenangkan
pendengar, dan untuk menjaga jarak/formalitas.
Daftar pustaka
Chaer,
Abdul. Leonie Agustina, Sosiolinguistik perkenalan awal, edisi revisi, cet. 2
(Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004)
Rahardi,
Kuncara. Sosiolingustik, Kode dan Alih Kode, (Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR, 2001)
Semi, Atar. Metode penelitian
Sastra, cet. 10 (Bandung: ANGKASA, 1990)
Video Dokumentasi Pementasan Teater Komedi Kontemporer UIN Malang, dengan judul "Semar Gugat". Naskah oleh Nano Riantiarno, sutradara Afif Makmun, dipentaskan di Teater Arena Taman Budaya Solo Jawa Tengah, pada hari Senin, 3 Maret 2008.