1:125 f/8 asa 100
Seagull 205
Seagull 50mm
Salah satu gerakan Budapa Pop (Pop Culture) adalah mengaduk,
memutar dan menjungkirbalikkan simbol-simbol kebudayaan. Hal ini berangkat dari
premis bahwa setiap perilaku budaya adalah simbol dan tanda yang membentuk
pemaknaan. Dari situ timbullah pembedaan dan konvensi. Pembedaan antara simbol
sebagai makna kebaikan dan kejelekan, serta konvensi atau persetujuan
masyarakat atas pemaknaan tersebut.
Contoh yang nyata adalah tatkala saya menjumpai parade
pentas kesenian dan kebudayaan di salah satu Sekolah Dasar Negeri kota Malang.
Yaitu sekelompok penari seksi yang menampilkan koreografi tarian semi hot
dengan background musik cherybell. Penari penari juga menempeli dirimereka
dengan simbol yang selama ini kita sumpah serapahi, yaitu sepasang telinga
kelinci yang menjadi icon majalah bokep terkenal, PLAYBOY. Kepala kelinci
lengkap dengan telinganya adalah tanda atau simbol. Simbol tersebut menurut
pemilik dan kreator majalah PLAYBOY Hugh Hefner "membawa konotasi humor
seksual yang tinggi, periang dan suka bermain-main". Dan makna itu sudah
menjadi persetujuan umum.
Sekolahan sebagai pembentuk karakter manusia berbudi luhur
seharusnya mampu menyaring, memilih dan memilah setiap in put yang masuk dalam
lembaga itu. Kenyataannya, dengan leluasa simbol-simbol yang seharusnya menjadi
antitesis gerakan pendidikan justru melenggang di tengah-tengah mereka, bahkan
disambut dengan gegap gempita tepuk tangan.
Kapitalisme dengan berbagai cara berusaha menerobos ke dalam
diri kita. Simbol-simbol yang ditawarkannya melalui iklan, fashion, serta stily
life lainnya, yang tanpa kita sadari mengendap dalam memori kita dapat saja
merubah hal-hal yang tidak baik menjadi baik menurut kesadaran kita.
Sebaik-baik tindakan yang kita lakukan adalah melindungi anak, keluarga,
saudara dan teman, dari belitan simbol-simbol budaya dangkal dengan berwaspada
dan menelusuri setiap perilaku budaya dengan segala citraannya.