Sajak Cinta
Sajak cinta
Tak pernah
indah
Kugubah
Hingga darah
Memerah
Ahh…
Malang 2008
Tertawan
saat matamu
berkilauan
memantulkan
secercah cayaha
saat kedua
bibirmu
berusaha
berucap
saat senyummu
mengoyak
kebosanan
saat kata-kata
tak mampu
manyanjung
sungguh hatiku
tertawan
Malang, 25
Februari 2008
Bunga yang
Kembang
Kau bunga yang
kembang
Jagalah
wangimu
Hingga petang
Sebelum senja
Hendak
menjelang
Malang, 25
Februari 2008
Seperti Pagi
kau adalah
pagi
gantikan malam
yang gelap
terang
benerang saat ini
tetesan
embunmu
hidupkan
semangat kalbu
udara sejukmu
mengikis letih
ragaku
mentari yang
meninggi
layaknya
wajahmu berseri
Awal Terjaga
Sebelum tampak
mentari
Sebelum hari
dimulai
Mataku awal
terjaga
Menatap kau
jauh di sana
Selayak mega
pagi
Menyentuh
kulit-kulit bumi
Dan embun itu
Sebening air
kelopak matamu
Malang 2008
Mata dan Makna
Sejengkal kata
Tak sempat
terucap
Saat kau buka
mata
Cukup.
Sejuta
kesanggupan
Sudah kau
isyaratkan.
Malang Januari
2009
Dengan
Cintamu, Kekasihku
Kekasihku,
Sajak ini
mengalir begitu saja
Di bawah terik
matahari
Di sela
debu-debu tengah hari
Kekasihku,
Sengatan
matahari seperti tak terasa
Pekat udara
yang kadang
Menyesakkan
dada
Mengalir dalam
rongga begitu mesra
Kekasihku,
Cintaku padamu
Menjadikanku
buta akan kebencian
Aku menikmati
ketimpangan
Di persimpang
jalan
Kekasihku,
Mengapa hatiku
selalu bergetar
Mencecap
manisnya bumi
Meski
kegetiran
Di mana-mana
Kekasihku,
Aku tersenyum
dengan cintamu
Di tengah amuk
tangis
Menyusup
lorong-lorong
Perkotaan
Kekasihku,
Dengan cintamu
Aku saksikan
para koruptor
Diadili dalam
persidangan
Seperti
boneka-boneka cantik
Dimainkan para
jaksa
Kekasihku,
Dengan cintamu
Aku hanya bisa
Menyimak
merdunya
Tangis
bocah-bocah putus sekolah
Menatap
dinginnya tetesan
Embun dari
patahan
Batang yang
jadi arang
Malang, 5 Sept
2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar