Saat ini, fotografi tidak lagi identik dengan ribetnya perangkat kamera sebagaimana pada jaman dahulu yang harus menggotong body
kamera DSLR yang cukup besar dan berat, serta perlengkapan berbagai macam lensa
dan flash. Karena dengan kamera canggih yang diintegrasikan dalam sebuah
handphone (Kamera ponsel), kita dapat mengambil gambar dengan baik, dengan kualitas
hasil gambar mendekati kamera DSLR.
Namun masih banyak dari pemilik dan pengguna kamera ponsel belum
bisa memanfaatkanya untuk menyampaikan sebuah peristiwa yang menarik secara
menyeluruh dan total. Kebanyakan dari mereka hanya memotret sebuah peristiwa secara terpotong-potong dan cenderung hanya menampilkan gambar dirinya saja. Padahal, terdapat sebuah bentuk pengungkapan cerita dan peristiwa melalui media
foto, yaitu dengan esai foto. Di sini saya akan mengupas mengenai esai foto dengan
kamera ponsel dari pengalaman saya saat melakukan touring.
Baiknya terlebih dahulu kita memahami definisi dari esai foto. Esai foto adalah kumpulan foto berangkai dalam satu tema,
disertai dengan kalimat esai yang menjelaskan foto tersebut. Satu foto mewakili
moment tertentu, dan mempunyai keterkaitan dengan foto lainnya. Sehingga melihat
dan membaca esai foto, kita seperti membaca serangkaian cerita panjang yang
detail.
Dalam sebuah perjalanan wisata, misalnya pengalaman saya ketika
melakukan Touring Vespa dari Malang menuju Jakarta, kamera ponsel sangat efektif
dan efisien untuk merekam setiap sudut peristiwa selama perjalanan. Bodi yang tipis dan ringan memudahkan kamera keluar masuk saku. Bentuknya yang kecil juga memudahkan untuk digenggam sehingga dapat memotret dengan berbagai posisi. Teknologi auto fokus pada kamera ponsel yang bisa menemukan titik fokus dalam waktu singkat juga dapat membantu memotret peristiwa-peristiwa yang terjadi secara cepat dan sesaat.
Sebelum melakukan perjalanan, pertama-tama saya memotret persiapan keberangkatan. Mulai dari kondisi Vespa hingga perbekalan yang akan
dibawa. Perjalanan dimulai pada malam hari, dan blitz kamera ponsel sangat terbatas, sehingga kurang mendukung digunakan memotret di cahaya rendah. Namun sekarang hal itu dapat teratasi dengan adanya flash tambahan yang dapat dilekatkan pada bodi kamera, seperti Zenflash, dan lain-lainnya.
Memilih objek yang akan dipotret selama perjalanan penting sekali dalam membuat esai foto. Ibarat seorang jurnalis, kita mempunyai wewenang untuk memilih hal-hal yang perlu ditampilkan dan hal-hal yang tidak perlu. Dari pengalaman saya, ada beberapa hal yang secara umum perlu untuk ditampilkan dari setiap perjalanan. Diantaranya adalah:
1. Suasana Alam.
Suasana alam yang indah perlu untuk difoto. Karena hal tersebut dapat dijadikan sebagai latar dari cerita saat melakukan
perjalanan. Diantara suasana alam yang bagus untuk difoto adalah hutan, pesawahan, lautan, sunrise dan sunset. Misalnya kita bisa menepi sebentar untuk berfoto dengan latar sunset di pinggir sawah yang indah ketika melakukan perjalanan saat sore hari.
2. Tempat-tempat penting.
Tempat-tempat penting menjadi menarik untuk difoto dan disampaikan kepada orang lain karena memiliki nilai informatif tersendiri. Misalnya, tugu perbatasan, icon kota, tempat-tempat
bersejarah, dan lain-lain. Selain menarik, tempat penting juga akan menambah wawasan pembaca. Pada setiap perjalaan, saya selalu mengambil foto di setiap tugu perbatasan daerah
yang saya lewati, menandakan saya telah sampai di tempat tersebut.
Tanda-tanda arah perjalanan pada jalan bercabang, pertigaan, dan perempatan juga bisa difoto untuk menambah informasi dari cerita yang akan disajikan. Tanda-tanda jalan akan memberikan informasi pada pembaca mengenai alur dan rute perjalanan, sehingga memungkinkan dapat dijadikan sebagai panduan dalam melakukan perjalanan di hari kemudian.
Tanda-tanda arah perjalanan pada jalan bercabang, pertigaan, dan perempatan juga bisa difoto untuk menambah informasi dari cerita yang akan disajikan. Tanda-tanda jalan akan memberikan informasi pada pembaca mengenai alur dan rute perjalanan, sehingga memungkinkan dapat dijadikan sebagai panduan dalam melakukan perjalanan di hari kemudian.
3. Ciri Khas Daerah.
Ciri khas daerah perlu kita foto dan kita masukkan dalam cerita, karena akan mengungkapkan keragaman budaya manusia. Misalnya bentuk rumah dan bangunan di wilayah tertentu,
bentuk becak, bentuk pakaian, dan lain-lain yang tidak sama antara satu daerah dengan lainnya. Seperti ketika saya memotret
warung angkringan sebelum memasuki kota Jogja sebagai warung khas di Yogyakarta, atau memotret gapura berbentuk Reog di setiap rumah daerah Ponorogo.
4. Aktifitas di tempat pemberhentian.
Memilih tempat pemberhentian atau tempat istirahat saat perjalanan jauh merupakan hal
penting untuk mengabadikan moment. Karena di tempat istirahat tersebut kita
mempunyai kesempatan untuk berfoto dengan berbagai macam aktifitasnya, seperti makan atau sekedar merebahkan badan. Background yang
bagus akan memperindah hasil foto kita. Dalam hal ini saya biasanya memilih
tempat di bawah pohon rindang atau di tepi sungai pegunungan.
5. Moment tak terduga.
Selama perjalanan pasti kita menjumpai peristiwa tak terduga
yang asyik untuk diabadikan melalui foto. Moment tak terduga yang menarik untuk disajikan adalah peristiwa-peristiwa yang membawa emosi yang kuat. Diantaranya adalah kegiatan tradisi,
aktifitas unik manusia, peristiwa kecelakaan, dan lain sebagainya. Misalnya ketika dalam perjalanan kita menjumpai becak dengan muatan pisang secara overloud, atau menjumpai kecelakaan yang saat itu terjadi, atau melihat seorang nenek yang memundi beban berat, dan sebagainya.
Memotret peristiwa tak terduga diperlukan kepekaan terhadap setiap
sesuatu selama perjalanan. Selain itu, kecepatan autofocus kamera juga
penting sekali karena peristiwa-peristiwa tersebut berlalu dengan cepat,
sehingga menuntut kecepatan kerja kamera. Memotret
moment tak terduga juga bisa dilakukan di atas atau di dalam kendaraan yang sedang berjalan
(tidak saat menyetir/menyopir).
Begitu sampai Jakarta, kamera selalu saya genggam,
bersiap memotret sudut-sudut penting di kota. Seperti bundaran HI, Monas, dan lain sebagainya. Selain itu setiap aktifitas di penginapan -di rumah saudara saya-, juga perlu diabadikan dalam foto-foto. Perjalanan pulangpun saya lakukan sebagaimana keberangkatan,
mengabadikan setiap aktifitas selama perjalanan, tempat-tempat penting, dan
peristiwa tak terduga.
Untuk menghasilkan foto yang bagus, selain kita harus pandai-pandai melihat dan peka pada moment
yang menarik, kita juga harus bisa memilih ponsel yang compatible, karena akan turut
mempengaruhi hasil jepretan. Asus Zenfone 2 Laser ZE550KL menurut saya
sangat mumpuni untuk memotret sebagai bahan esai foto. Dengan laser autofocus, 13 MP, 4128 x 3096 pixel sensor Toshiba, kamera dengan cepat bisa menangkap
peristiwa secara tajam. Begitu juga dengan kamera depan yang mencapai resolusi 5 MP, 2560 x 1920 pixels, akan mampu menghasilkan foto selfie yang jernih dan tajam.
Hasilnya, foto-foto tersebut saya rangkai dengan menambahkan
esai singkat untuk mendeskripsikan tiap foto. Esai juga berfungsi sebagai
pengait antara satu foto dengan foto lainnya sehingga menjadi cerita yang utuh
dan menarik. So, tunggu apalagi, jangan lewatkan moment-moment terindah saat
perjalanan dengan esai foto. Dan jangan lupa, selalu kantongi ponsel kamu kapanpun dan
di manapun berada, selalu pasang mata, dan bersiap mengabadikan setiap peristiwa yang ada.
Hhhhee... uraiannya suka bnget :D
BalasHapusEmang klo melakukan prjalannya maunya juga disertai caption menarik. :D
Emang rugi banget bagi para pecinta traveling, pemburu tempat-tempat bagus, tapi tidak mengabadikan jejak langkahnya melalui tulisan. Kan bisa buat baca-bacaan di waktu tua. Hehe..
BalasHapusTerimakasih sudah mampir.. :-)
Uraiannya memikat hati, jadi ingin punya hp berkamera bagus. Hiks.. hiks...
BalasHapusEsai foto; mengabadikan kenangan dg cara profesional.
BalasHapusEsai foto; mengabadikan kenangan dg cara profesional.
BalasHapusEsai foto; mengabadikan kenangan dg cara profesional.
BalasHapusTerima kasih sudah ikutan GA Aku dan #KameraPonsel. Good luck.
BalasHapus