Membaca puisi pada hakikatnya tidak sekedar membaca harfiah, namun lebih dari itu dapat disebut sebagai memaknai puisi. Puisi yang tertulis seperti batu. Dingin dan beku. Jika seseorang mendekat. kemudian membacanya, ia seperti malaikat yang memberi nyawa pada puisi tersebut. Selanjutnya puisi akan hidup sekaligus memiliki kekuatan.
Untuk dapat membaca dengan ekspresi sesuai makna yang terkandung dalam puisi, maka terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan. Setidaknya hal tersebut dibagi menjadi dua, yaitu tahap persiapan yang berkaitan dengan pemaknaan puisi, dan tahap penampilan yang berkaitan bagaimana makna tersebut diungkapkan kembali ke dalam sebuah pembacaan.
A. Tahap Pemaknaan
Tahap pemaknaan atau interpretasi dapat dilakukan dengan memaknai puisi mulai dari makna kata sampai pada makna kalimat-kalimat majas dan penyiasatan struktur bahasa. Pemaknaan ini nantinya akan digunakan untuk menentukan gaya pengucapan dan gerak serta gestur tubuh dalam pembacaan.
B. Tahap Performance
Pada tahap ini, pembaca dintuntut untuk mengekspresikan teks-teks puisi sesuai dengan pemaknaan yang dipelajari sebelumnya. Untuk dapat mengungkapkan makna melalui penampilan yang baik, setidaknya terdapat tiga hal yang perlu diperhatikan;
1. Ketepatan Artikulasi
Artikulasi adalah cara mengucapkan dengan suara. Artikulasi meliputi kejelasan pelafalan, tinggi rendah suara atau intonasi, jeda suara, dan tempo atau cepat lambat pengucapan. Dalam pembacaan puisi, tinggi rendah suara menyesuaikan dengan makna yang diusung dari teks. Adapun jeda suara dan cepat lambat pengucapan dapat difungsikan untuk menonjolkan kata atau kalimat tertentu yang maknanya diutamakan.
2. Ketepatan Mimik
Mimik adalah gerak air muka atau raut wajah. Mimik atak raut wajah dapat ditentukan melalui olah rasa terhadap puisi. Untuk mengekspersikan rasa sedih, senang, heran, cemas dan lain sebagainya diperlukan olah rasa atas puisi yang akan dideklamasikan. Dalam mengekspresikan makna puisi ke dalam mimik diperlukan kemampuan peralatan tubuh dalam merespon terhadap berbagai hal terutama yang berhubungan dengan sifat-sifat, yaitu:
- Mata untuk merespon objek-objek visual
- Mata untuk merespon objek-objek visual
- Hidung untuk merespon objek aroma
- Telinga untuk merespon objek-objek suara
- Lidah untuk merespon objek rasa
- Tubuh untuk merespon objek sentuhan atau rabaan
3. Ketepatan Gerak Tubuh
Gerak tubuh dapat menopang makna puisi yang ingin disampaikan. Dalam gerak tubuh terdapat tiga tingkatan, yaitu mulai dari gerakan terkecil gesture, movement, dan business. Gestur adalah gerak tangan, perubahan posisi tubuh, dan isyarat. Gestur sangat efektif untuk menyampaikan emosi dan situasi. Sedangkan movement adalah perpindahan tempat dalam pentas. Misalnya dari panggung belakang berpindah ke depan. Adapun Business adalah kesibukan khusus, seperti berjalan, menyapu, dan lain sebagainya.
Untuk mempermudah menghafal bagian-bagian puisi yang mendapat perhatian khusus dapat dilakukan dengan menandai bagian-bagian tersebut dengan coretan-coretan pensil di sekitar kata, kalimat, dan baris puisi. Selain itu juga dapat dengan memberikan catatan-catatan tertentu di sekitar baris-baris puisi. Setelah itu puisi dibaca berulang kali dengan tekanan suara yang sesuai dengan makna, apabila sudah dirasa lancar setengah hafal, dilanjutkan pada penambahan mimik wajah, gestur, dan gerak tubuh. Setelah kesemuanya menjadi satu kesatuan, dilatih terus menerus hingga ketika pembaca puisi lancar bagaimana mengartikulasikan pembacaan, mengatur ekspresi wajah, gestur dan gerak tubuh. Jika pembaca puisi sudah hampir hafal keseluruhannya, maka sudah siaplah untuk tampil dalam deklamasi puisi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar