Di bawah matahari pukul satu siang, Mirta berdiri di seberang jalan depan stasiun. Sosok pengemis buta itu seperti patung kelaras pisang; kering, compang-camping dan gelisah. Mirta merekam lintang-pukang lalu lintas dengan kedua telinganya. Dengan cara itu pula Mirta mencoba menyelidik di mana Tarsa, penuntunnya, berada. Namun, Mirta segera sadar bahwa Tarsa memang sengaja meninggalkan dirinya di tempat yang terik dan sulit itu. Memanggang Mirta di atas aspal gili-gili adalah pemerasan dan kali ini untuk segelas es limun. Tadi pagi Tarsa sengaja membimbing Mirta sedemikian rupa sehingga kaki Mirta menginjak tahi anjing. Mirta boleh mendesis dan mengumpat sengit. Tapi Tarsa tertawa, bahkan mengancam akan mendorong Mirta ke dalam got kecuali Mirta mau memberi sebatang rokok. Sebelum itu, Tarsa menolak perintah Mirta agar ia berjalan agak lambat. Perintah itu baru dipenuhi setelah Mirta membelikannya lontong ketan.
Senin, 21 Juni 2021
Kamis, 17 Juni 2021
Pembagian Hadis dari Segi Kuantitas Sanad
Hadis Ditinjau dari Segi Kuantitasnya
A. Pengertian Hadis Mutawatir
Secara etimologi, kata mutawatir berarti : Mutatabi’ (beriringan tanpa
jarak). Dalam terminologi ilmu hadits, ia merupakan hadits yang diriwayatkan
oleh orang banyak, dan berdasarkan logika atau kebiasaan, mustahil mereka akan
sepakat untuk berdusta. Periwayatan seperti itu terus menerus berlangsung,
semenjak thabaqat yang pertama sampai thabaqat yang terakhir. Dari redaksi lain
pengertian mutawatir adalah
مـَا كَانَ عَنْ مَحْسُوْسٍ أَخْبَرَ بِهِ جَمـَاعَةً
بَلـَغُوْا فِى اْلكـَثْرَةِ مَبْلَغـًا تُحِيْلُ اْلعَادَةَ تَوَاطُؤُهُمْ عَلـَى اْلكَـذِبِ
Hadits yang berdasarkan pada panca indra (dilihat atau didengar) yang diberitakan oleh segolongan orang yang mencapai jumlah banyak yang mustahil menurut tradisi mereka sepakat berbohong.
Kamis, 10 Juni 2021
Ulumul Hadist dan Perkembangannya
Pada dasarnya Ulumul Hadis telah lahir sejak dimulainya periwayatan Hadis di dalam Islam, terutama setelah Rasul Saw. wafat, ketika umat merasakan perlunya menghimpun Hadis-Hadis Rasul dikarenakan adanya kekhawatiran Hadis-Hadis tersebut akan hilang atau lenyap. Para sahabat mulai giat melakukan pencatatan dan periwayatan Hadis, mereka mempergunakan kaidah-kaidah dan metode-metode tertentu dalam menerima Hadis, namun mereka belumlah menuliskan kaidah-kaidah tersebut.