1. Sebagai alat tulis.
Beragamnya alat untuk tulis di tengah kemajuan teknologi, ternyata masih banyak masyarakat yang mempertahankan mesin tik sebagai media untuk menulis. hal tersebut dilakukan karena beberapa hal; pertama, mereka ingin fokus pada apa yang dikerjakan. Menulis dengan teknologi komputer banyak memunculkan gangguan untuk membuka dan mengoperasikan hal-hal lain seperti video, foto, dan musik. Terlebih jika komputer tersebut terhubung dengan internet akan lebih banyak godaan untuk mengalihkan fokus.
Kedua, menikmati suara hentakan batang-batang huruf di atas kertas. Penggunaan mesin tik memiliki kesan tersendiri dari sisi audio. Hentakan batang huruf akan menimbulkan suara khas dan dapat memacu pikiran untuk terus mereproduksi informasi. Bahkan dalam youtube kita bisa menjumpai pemanfaatan suara mesin ketik sebagai media relaksasi.
Ketiga, menikmati warna pudar huruf-huruf hasil ketikan. Huruf-huruf yang dihasilkan mesin tik berasal dari tekanan batang huruf pada pita karbon. Pertemuan cetakan huruf dengan pita karbon akan meninggalkan warna di atas kertas sesuai dengan bentuk huruf yang ada pada cetakan. Teknik tersebut akan mengakibatkan bentuk huruf pada tepinya sedikit pudar. Ketika mesin tik sudah digunakan dalam waktu lama dan mengalami penyok atau cacat pada cetakan, warna yang dihasilkan akan tidak merata dan tulisan akan terkesan kuno serta estetik. Hal itu menjadikan keindahan tersendiri pagi penggemar mesin tik.
Keempat, dapat menulis dalam waktu yang lama. Penulis dapat lebih lama berada di depan mesin ketik dari pada di depan layar komputer. Hal ini disebabkan karena otot mata bekerja lebih rendah dari pada saat kita berada di layar monitor. Layar monitor yang mengeluarkan cahaya dan banyaknya gerakan pada layar akan membuat otot mata bekerja lebih keras sehingga menyebabkan lebih cepat lelah.
2. Sebagai media lukis.
Selain untuk menulis, sebagian orang menggunakan mesin ketik sebagai media lukis. Seni lukis tersebut memanfaatkan ratusan hingga ribuan huruf untuk menggantikan sapuan kuas membentuk lukisan yang indah. Tekniknya dengan membuat sketsa lebih dulu dengan pensil, kemudian satu persatu huruf mengisi halaman lukisan.
3. Sebagai life style.
Life style atau gaya hidup dapat diartikan sebagai polah tingkah laku sehari-hari segolongan manusia di dalam masyarakat. Sebagian orang memanfaatkan mesin tik sebagai gaya hidup yaitu selera atau pilihan yang akan mempertunjukkan identitas dan kepribadian diri. Mereka melibatkan mesin tik dalam moment-moment tertentu, seperti jalan-jalan (dengan menjinjing mesin tik), mengetik di restoran, mengetik di taman, di transportasi umum, dan tempat-tempat lainnya. Keberadaan mesin ketik dalam beberapa aktifitas pilihan, akan mencitrakan kepribadian orang tersebut akan perhatiannya dalam dunia literasi.
4. Sebagai properti fotografi.
Di antara jenis fotografi, Still Life dan Flat Lay adalah yang paling banyak memanfaatkan mesin tik sebagai objek. Still Life Photography adalah jenis fotografi yang menggambarkan benda mati menjadi tampak lebih hidup. Sedangkan Flat Lay Photography adalah memotret dari atas, benda-benda yang diletakkan menghadap ke atas. Selain bodi mesin tik, hasil ketikannya juga memiliki nilai estetis sebagai objek fotografi.
5. Sebagai interior ruangan.
Selain sebagai alat untuk menulis, mesin tik juga dapat menjadi perangkat dekorasi ruangan. Keindahan bentuk mesin tik menjadi daya tarik sendiri saat berada pada sudut dan posisi yang tepat dalam ruangan. Tidak sedikit ruangan-ruangan publik seperti ruang tamu, kafe, restoran, dan lainnya yang memanfaatkan mesin tik untuk mengisi ruang-ruang kosong. Guci dan parabot keramik sudah biasa untuk menjadi hiasan, sedangkan mesin tik akan memberi kesan tersendiri.
Bagi penikmat barang antik, mesin tik menjadi barang unik yang memiliki nilai historis tinggi. Mesin yang sudah tidak diproduksi akan menjadi barang yang sulit didapatkan. Meskipun demikian banyak kondisi mesin tik di Indonesia yang memprihatinkan. Masyarakat yang cenderung kurang peduli dengan literasi membuat mesin tik tidak diperhatikan dan tidak terawat. Hal tersebut diperparah dengan kondisi geografis Indonesia yang lembab menjadikan mesin tik lebih mudah berkarat dan korosi. Menemukan mesin tik antik (tahun 1960-an ke bawah) dalam kondisi bagus dan berfungsi menjadi hal yang jarang terjadi di negeri ini.
Nice
BalasHapusTerimakasih
BalasHapusThanks for the info
BalasHapus