Dewasa ini pola hidup bermasyarakat menjadi semakin absurd dan kacau. Masyarakat tidak lagi dapat membedakan hal-hal yang seharusnya dilihat, didengar, dan dilakukan, sesuai dengan usia dan tingkat kedewasaan seseorang. Berbagai hal yang seharusnya dikonsumsi oleh orang dewasa, dapat dengan bebas dipakai dan dinikmati oleh anak-anak. Begitu juga banyak hal yang seharusnya hanya dilakukan oleh orang dewasa, bebas dilakukan oleh anak-anak.
Tontonan dan dedengaran yang beredar di masyarakat, yang seharusnya hanya dapat dikonsumsi oleh orang dewasa, sekarang dapat dengan leluasa ditonton dan didengar oleh anak-anak. Misalnya saja lagu-lagu dengan lirik-lirik sensual diputar berulang kali di sekitar anak, hingga lirik tersebut masuk ke dalam alam bawah sadar mereka. Hal ini dapat berdampak pada perkembangan psikologis bagi anak-anak yang nantinya dapat menghambat bahkan merusak kepribadian mereka. Karena alam bawah sadar merupakan pembentuk kepribadian mereka di saat dewasa.
Selain itu masih banyak hal-hal yang tidak mendukung tumbuh kembang anak dengan baik, seperti lingkungan yang penuh dengan kekerasan, diskriminatif, lingkungan yang kotor, kekerasan rumah tangga, ketidakmampuan orang tua dalam mendidik anak, dan lain sebagainya. Hal demikian akan membentuk lingkungan yang tidak layak bagi anak.
Lingkungan yang layak bagi anak penting untuk diwujudkan dan terus dijaga, karena dapat mendukung anak untuk tumbuh kembang dengan optimal. Dengan mewujudkan lingkungan layak bagi anak, masyarakat dapat menciptakan masa depan yang lebih cerah bagi anak-anak, di mana mereka dapat tumbuh dan berkembang menjadi individu yang berpotensi dan dapat berkontribusi dalam pembangunan bangsa.
Menciptakan lingkungan yang layak bagi anak berarti menciptakan dunia yang layak bagi
anak, yaitu memastikan setiap anak memiliki kesempatan untuk hidup dan
berkembang dengan baik, serta mendapatkan perlindungan dari segala bentuk
kekerasan dan eksploitasi. Ini melibatkan pemenuhan hak-hak anak sesuai dengan
Konvensi Hak Anak (KHA), seperti hak untuk hidup, kesehatan, pendidikan,
bermain, dan berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat.
Dalam hal ini negara dapat
menyelenggarakan 4 program:
1. Gaya hidup sehat
Menciptakan gaya hidup sehat
dapat dilakukan dengan menyediakan lingkungan yang aman dan nyaman sehingga
memungkinkan anak dapat berkembang. Mewujudkan gaya hidup sehat pada anak
dimulai dengan membangun kebiasaan positif sejak usia dini, seperti makan
makanan bergizi seimbang, berolahraga, tidur cukup, menjaga kebersihan, dan
menghindari kebiasaan buruk. Keterlibatan orang tua dan lingkungan yang
mendukung sangat penting untuk membentuk anak menjadi individu yang sehat dan
aktif.
2. Pendidikan untuk semua anak
Mewujudkan pendidikan untuk semua
anak adalah sebuah konsep pendidikan inklusif yang bertujuan untuk memastikan
setiap anak memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan pendidikan
berkualitas, tanpa diskriminasi berdasarkan kondisi fisik, mental, sosial,
ekonomi, atau latar belakang lainnya. Pendidikan inklusif menghargai
keberagaman dan perbedaan, serta menciptakan lingkungan belajar yang ramah dan
mendukung bagi semua peserta didik.
Pendidikan Inklusif dapat
diwujudkan melalui beberapa upaya yaitu; meningkatkan kesadaran masyarakat
tentang pentingnya pendidikan inklusif melalui kampanye, seminar, dan program
penyuluhan, menyediakan bantuan dan beasiswa, serta infrastruktur pendidikan
yang terjangkau bagi semua anak, menjalin kerjasama erat antara sekolah, orang
tua, dan masyarakat untuk menciptakan lingkungan belajar yang mendukung,
mengubah paradigma dari pendidikan yang membedakan menjadi pendidikan yang
menghargai perbedaan, merancang kurikulum dan metode pembelajaran yang
mengakomodasi kebutuhan belajar yang beragam.
3. Perlindungan anak
Perlindungan anak mencakup empat
perlindungan penting yaitu; Perlindungan Korban Kekerasan dan
Eksploitasi, Perlindungan Korban Pornografi dan Situasi Darurat,
Penyandang Disabilitas, dan Anak yang Berhadapan dengan Hukum (ABH), Terorisme,
Sigma
4. Memerangi diskriminasi anak
Diskriminasi anak adalah
perlakuan yang tidak adil terhadap anak berdasarkan karakteristik tertentu
seperti ras, jenis kelamin, agama, disabilitas, atau status sosial.
Diskriminasi ini dapat terjadi di berbagai tempat, termasuk sekolah, keluarga,
dan masyarakat luas.
Memerangi diskriminasi anak memerlukan pendekatan multidimensi, mulai dari pendidikan yang inklusif hingga penegakan hukum yang tegas. Pendidikan yang inklusif dapat membangun kesadaran dan toleransi, sementara penegakan hukum dapat menjamin hak-hak anak terlindungi. Organisasi masyarakat sipil juga memainkan peran penting dalam memberikan dukungan dan advokasi bagi korban diskriminasi. Berikut adalah beberapa langkah konkret yang dapat diambil:
a. Pendidikan dan
Kesadaran:
Inklusivitas dalam Pendidikan:
Menciptakan lingkungan belajar yang aman dan inklusif, di mana semua anak
merasa dihargai dan memiliki kesempatan yang sama.
Menanamkan Nilai Toleransi:
Mengajarkan anak-anak tentang pentingnya menghargai perbedaan, baik suku,
agama, ras, atau status sosial.
Mengubah Prasangka: Membantu
orang dewasa dan anak-anak memahami dan menyingkirkan prasangka yang menjadi
dasar diskriminasi.
b. Penegakan Hukum:
Pengaduan dan Pelaporan:
Meningkatkan akses dan kepastian pelaporan kasus diskriminasi terhadap anak
melalui lembaga-lembaga seperti Komnas Perlindungan Anak (KPAI) dan Pusat
Pengaduan PSGA (Pusat Studi Gender dan Anak).
Peran Penegak Hukum: Menegakkan
hukum secara tegas terhadap pelaku diskriminasi dan kekerasan terhadap
anak.
Perlindungan Korban: Memberikan
bantuan dan dukungan yang komprehensif kepada korban diskriminasi, baik secara
hukum maupun psikologis.
c. Dukungan Masyarakat:
Advokasi: Melakukan advokasi dan
kampanye untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya memerangi
diskriminasi anak.
Dukungan Korban: Memberikan
dukungan dan bantuan kepada korban diskriminasi melalui berbagai kegiatan,
seperti konsultasi, pendampingan, dan pelatihan.
Kolaborasi: Membentuk kerjasama
antara pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan berbagai pihak terkait untuk
memerangi diskriminasi anak.
d. Kebijakan Pemerintah:
Revisi Kebijakan: Menerbitkan dan
merevisi kebijakan yang mendukung perlindungan anak dari diskriminasi, seperti
peraturan pemerintah terkait hak-hak anak dan penanganan kasus diskriminasi.
Program Afirmasi: Mengembangkan
dan memperluas program afirmasi yang mendukung anak-anak dari keluarga yang
kurang mampu dan daerah terpencil.
Dana Alokasi Khusus: Mengalokasikan dana untuk mendukung program perlindungan anak dari kekerasan dan diskriminasi. Dengan memadukan pendekatan pendidikan, penegakan hukum, dukungan masyarakat sipil, dan kebijakan pemerintah, diharapkan upaya memerangi diskriminasi anak dapat lebih efektif dan berkelanjutan.