Rabu, 17 Mei 2017

Boomerang Fans Club dan Kegilaan Masa Lalu

Setiap orang pasti mempunyai kecenderungan nada. Nada, sebagai ruh dari musik memiliki ikatan yang sangat erat dengan kehidupan. Bisa dikatakan tanpa nada tidak akan pernah ada kehidupan. Hembusan angin adalah salah satu bentuk dari nada. Suara langkah kaki adalah nada. Nafas manusia juga nada. Semua yang bergerak di alam ini merupakan nada. Dengan demikian sebenarnya antara manusia dengan nada, -sebagai unsur utama pembentuk musik- memiliki ikatan erat.

Saat menempuh pendidikan tingkat sekolah menengah pertama di MTs, saya mengenal aliran musik baru yang berbeda dari sebelumnya. Pada saat itu aliran musik Rock Alternatif yang dibawakan oleh grup band menjadi musik favorit bagi masyarakat.

Sayapun mengenal Boomerang. Grup band yang saya kenal pada tahun 2000 tersebut beraliran Hard Rock. Menurut sejarahnya Boomerang sudah terbentuk sejak 1991 dengan nama Los Angel’s. Kemudian pada tahun 1994 mengeluarkan album pertamanya dibarengi dengan perubahan nama menjadi Boomerang yang sekaligus digunakan sebagai judul album.

Koleksi poster Boomerang. 
Dari kiri ke kanan; John Paul Ivan, Hubert Henry, Roy Jeconiyah, dan Farid Martin

Yang membuat saya tertarik dengannya adalah ciri khas suara sang vokalis, Roy Jeconiyah. Suaranya serak namun dapat melengking pada nada-nada tinggi. Di sisi lain petikan gitar John Paul Ivan yang ngeballad berpadu dengan rock dapat memanjakan telinga pendengarnya. Kemudian betotan bass Hubert Henry yang sangat variatif dan berpilin mampu membelit melodi gitar di setiap pergantian chord. Dan yang tak kalah menarik gebukan drum Farid Martin yang dapat mencari celah di antara suara gitar dan bass menjadi lebih bebal. Keempatnya sebagai peramu musik yang -menurut saya- memiliki karakter unik dibanding dengan musisi lainnya.

Poster Boomerang menempel di pintu lemari saat di Pondok.

Selain kualitas musik yang baik, kesukaan saya dengan Boomerang terutama juga disebabkan oleh lirik lagu-lagunya yang banyak mengangkat tema kecintaan pada alam, perjuangan hidup, perdamaian, dan kepemudaan. Misalnya saja pada lagu Satu, menyerukan perdamaian dan kesatuan serta membeci peperangan. Serta lagu Generasiku, yang mencoba mengayuh eksistensi pemuda dalam kehidupan. Lagu Versus, yang mengangkat tema pertentangan seorang pemuda dengan ayahnya, dan masih banyak lagi.

Boomerang membuat saya mengirim surat untuk pertama kalinya. Pada tanggal 28 Januari 2002 saya mengirimkannya kepada Boomerang Funs Club (BFC) yang beralamatkan di Surabaya. Surat tersebut berisikan permohonan saya menjadi fans Boomerang. Kemudian sekitar dua bulan kemudian mendapatkan balasan dan sayapun resmi menjadi Boomers, sebutan untuk fans Boomerang. Betapa bahagianya saat itu mendapatkan kartu keanggotaan Boomers  secara resmi yang bentuknya seperti KTP.

Surat menyurat dengan manajemen Boomers tidak berhenti di situ, saya kemudian mengirim surat lagi untuk membeli satu album foto konser Boomerang. Setelah mendapatkan puluhan satu album foto saya bahagia bukan kepalang. Pada saat itu mendapatkan foto artis merupakan kebanggaan tersendiri. Karena satu-satunya cara adalah menghubungi artis yang bersangkutan atau manajerialnya. Berbeda dengan sekarang kita dapat dengan mudah mengeklik internet, semua foto akan dapat kita peroleh dalam hitungan detik.

Selain foto, saya juga membeli beberapa poster. Saya mempunyai banyak koleksi poster Boomerang yang kemudian saya tempel di dinding kamar. Bahkan hingga sekarang saya masih mempunyai dua poster meskipun kondisinya tergulung dan tersimpan dalam lemari. Yang lain saya hibahkan ke teman-teman.

Boomerang: koleksi poster yang masih tersisa.

Kesukaan saya pada Boomerang juga membawa saya mendatangi konsernya di Tulungagung pada 3 Oktober 2002. Pada tanggal itu Boomerang menghentak bumi Tulungagung bersama dengan grup musik pecahan Slank, BIP. Untuk mendekati panggung saya harus rela berjubel dengan mas-mas berambut gondrong dan berbaju compang-camping yang berjoget ala metal. Saya terhuyung ke kanan dan ke kiri, hingga akhirnya sampai di pagar besi depan panggung. Tampaklah raut wajah Roy saat meneriakkan lagu-lagunya.

Koleksi foto dari BFC: Roy Jeconiyah dalam sebuah konser.

Saya mengenal Boomerang lima tahun dari rilis album pertamanya pada 1994. Pada saat itu saya tertinggal 4 album dari Boomerang yang belum pernah saya dengarkan. Sayapun mulai berburu kaset 4 album sebelumnya. Yaitu album yang berjudul Boomerang dirilis pada tahun 1994, K.O (Kontaminasi Otak) dirilis pada tahun 1995, Disharmoni dirilis pada 1996, dan Segitiga dirilis pada 1998.

Di setiap kota saya berkunjung saya selalu menyempatkan diri mampir ke toko kaset, namun semuanya kosong. Saya sudah menelefon Loggis Reccord untuk menanyakan keberadaan kaset album namun tidak ada jawaban. Bahkan secara frontal saya mengirim uang langsung ke Loggis Record untuk pembelian empat kaset Boomerang, namun tiada kabar apapun setelahnya. Saya juga sudah menanyakan kaset tersebut ke markas Boomers di Surabaya, namun juga tidak ada. Album-album Boomerang yang saya cari tersebut di kemudian hari saya dapatkan dari download di internet saat di Malang.

Koleksi foto dari BFC: John Paul Ivan dalam sebuah konser.

Setelah saya lulus Madrasah Aliyah (MA) pada tahun 2005, bertepatan dengan dirilisnya album ketujuh Boomerang yang berjudul Urbanoustic, sang gitaris John Paul Ivan hengkang dari Boomerang dengan alasan berbeda prinsip. Maka saya juga sedikit kecewa. Boomerang dengan keempat personel yang memiliki keistimewaan masing-masing seperti kehilangan jiwa ketika sang gitaris keluar darinya. Meskipun tetap suka, namun rasa berbeda dengan sebelumnya.

 Koleksi foto dari BFC: Hubert Henry dalam sebuah konser.

Dengan masuknya Andry Franzzy menggantikan Ivan, Boomernag masih mampu mempertahankan performennya, bahkan tak sedikit yang menyatakan formasi tersebut mewarnai karakter Boomerang dengan keluarnya album Suara Jalanan pada 2009. Namun sayang pada tahun 2010 sang vokalis Roy Jeconiyah memutuskan untuk hengkang. Boomerang seperti kehilangan ruh. Meskipun begitu Boomerang mencoba tetap bertahan dengan formasi baru lagi. Dan setelah mengeluarkan album Reboisasi (2012) dan Harmonis Tak Seragam (2014), Boomerang seperti kehilangan ruhnya. Lagu-lagunya bagus, misalnya dalam album Reboisasi terdapat lagu Nol, Hening, Tetap Berdiri, dan Menggapai Harapan yang enak didengar dengan lirik yang indah juga. Namun pembawaannya tetap kurang maksimal tanpa kehadiran Roy, yang mendominasi karakter Boomerang.

Nah, yang terakhir ini dia legalitas saya sebagai Boomers Indonesia. Kartu ini kartu kedua, setelah perpanjangan masa berlaku yang pertama. Haha
Boomers Card/kartu Boomerang Fans Club halaman depan
Boomers Card/kartu Boomerang Fans Club halaman belakang.

Kartu anggota fans Boomerang tersebut sudah cetakan kedua atau kartu kedua saya. Terdapat perbedaan stempel antara cetakan pertama yang saya miliki (tahun 2003) dengan yang kedua (tahun 2004). Sayang kartu BFC yang pertama harus dikembalikan ke kantor BFC di Surabaya sebagai prasyarat pembaruan kartu. 

*****

Pada 24 April 2021 lalu tersiar kabar duka, yaitu Henry meninggalkan kita untuk selama-lamanya. Hal itu terjadi belum genap setahun Farid mengundurkan diri dari Boomerang pada November 2020. Sangat menyedihkan, benar-benar seperti kehilangan sesuatu yang masih tersimpan jauh dalam hati kecil. Satu-satunya orang yang masih bertahan di Boomerang telah pergi. Lalu bagaimana kabar Boomerang selanjutnya.

Sekilas saya berpikir, untuk kembali bersatu seperti dulu akan sulit terjadi karena Ivan kini sudah memiliki band dengan nama Take Over, begitu juga dengan Roy membentuk band bernama Jecovoc. Kalaupun sekedar reoni, mungkin masih bisa terjadi. Namun bagi saya misalnya reoni benar-benar terjadi, tanpa kehadiran Henry, akan tetap tidak bisa sempurna seperti dulu lagi.