Pak
Kadirun berjalan tergopoh-gopoh dari gedung lama yang sudah berusia belasan
tahun. Kerap ia memandangi jam tangan yang sudah melilit di tangannya sejak
lima tahun lalu. Bola matanya berpindah-pindah dari jam tangan menuju jalan
berkerikil kemudian kembali ke jam tangan lagi begitu seterusnya sampai ia
menaiki tangga ke lantai dua.