Pengertian Haid
Haid menurut bahasa berarti mengalir. Adapun menurut syari'at, haid adalah darah yang mengalir keluar dari farji (kemaluan) wanita yang telah berusia sembilan tahun, bukan karena melahirkan, dalam keadaaan sehat dan warnanya merah semu hitam.
Dasar hukum haid ada dalam al-Qur'an surat al-Baqoroh ayat 222:
وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الْمَحِيضِ قُلْ هُوَ أَذًى
فَاعْتَزِلُوا النِّسَاءَ فِي الْمَحِيضِ وَلَا تَقْرَبُوهُنَّ حَتَّى يَطْهُرْنَ
فَإِذَا تَطَهَّرْنَ فَأْتُوهُنَّ مِنْ حَيْثُ أَمَرَكُمُ اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ
يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ
Artinya :
Mereka bertanya kepadamu tentang
haidh. Katakanlah: "Haid itu adalah suatu kotoran". Oleh sebab itu
hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haid; dan janganlah kamu
mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka
campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang
mensucikan diri.
1. Sudah sampai umur 15 tahun qomariyah.
2. Keluar air mani dari kemaluan setelah umur 9 tahun qomariyah.
3. Keluar darah haid setelah umur 9 tahun qomariyah, sekitar 15 hari, walau hanya sebentar.
4. Keluar bulu kemaluan setelah umur 9 tahun qomariyah.
5. Kedua buah dadanya sudah menonjol ke depan secara jelas.
Adapun tanda-tanda baligh bagi seorang anak lelaki terdapat empat macam. Jika salah satu tanda terjadi maka anak laki-laik tersebut sudah baligh. 4 tanda itu adalah sebagai berikut:
1. Sudah sampai umum 15 tahun Qamariyah (penanggalan bulan).
2. Keluar air mani dari kemaluan setelah umur 9 tahun Qamariyah.
3. Keluar bulu kemaluan setelah umur 9 tahun Qamariyah.
Permulaan Haid Bagi Wanita
Usia paling muda waktu keluar
darah haid bagi seorang anak wanita adalah ketika sekitar berumur 9 tahun.
Adapun penjelasan dari “sekitar/kira-kira” adalah, apabila seorang anak wanita
yang genap berumur 9 tahun kurang 16 hari dan malamnya ke atas (waktu yang
cukup digunakan paling sedikitnya haid dan paling sedikitnya suci) mengeluarkan
darah, maka tidak dihukumi haid, tetapi dihukumi darah istihadlah atau darah
rusak (Fathul Qarib pada Hamisy Al Bajuri:1/112 dan Abyanal Hawaij: 11/268)
Adapun pada waktu mengeluarkan
darah seorang wanita, sudah berusia 9 tahun kurang dibawahnya 16 hari dan malam
(waktu yang tidak cukup untuk paling sedikitnya haid serta paling sedikitnya
suci) maka dihukumi darah haid.
Apabila seorang wanita
mengeluarkan darah beberapa hari yang sebagian sebelum waktunya bisa haid, dan
yang sebagian lagi setelah waktunya bisa haid, maka darah yang pertama dihukumi
darah istihadlah dan darah yang akhir dihukumi darah haid.
Lamanya Waktu Haid dan Sucinya
Seorang wanita mengeluarkan darah
dihukumi haid adalah sekurang-kurangnya masa sehari semalam atau 24 jam, baik
selama 24 jam itu darah keluar terus menerus, atau terputus-putus selama 15
hari dan malam. Yakni suatu tempo keluar darah di tempo lain putus darah, yang
seandainya mengeluarkan darahnya itu terjumlah cukup 24 jam, hal ini dihukumi
darah haid, asalkan semuanya itu masih didalam 15 hari dan malam. Sehingga,
apabila darah yang keluar jumlahnya tidak cukup 24 jam, tidaklah dihukumi darah
haid, melainkan dihukumi darah istiha-dlat (Minhaju al-Qawim: 29 dan Abyanal
Hawaij: 11/268).
Bahwa yang dimaksud dengan terus
menerus yaitu seumpama kapuk kapas dimasukkan ke dalam kemaluan wanita, masih
adanya darah itu, masih dihukumi mengeluarkan darah, sekalipun darah tidak
sampai ke luar ke tempat yang wajib dibasuh ketika istinja’ (ber-suci).
Hasyiyah Al Turmusi ala al Minhaju al-Qawim: 1/538).
Adapun sebanyak-banyaknya seorang
wanita mengeluarkan darah haid adalah 15 hari dan 15 malam. Pada kebiasaanya,
mengeluarkan darah haid selama 6 atau 7 hari dan malam. Semuanya ini
berdasarkan hasil penelitian Imam Syafi’i Ra kepada wanita Arab di Timut
Tengah. Adapun paling lamanya seorang wanita mengeluarkan darah haid adalah 15
hari dan malam (Al Minhaju al-Qawim: 29).
Dan sekurang-kurangnya suci yang
memisahkan antara satu haid dengan haid yang lain ialah 15 hari dan 15 malam.
Adapaun sebanyak-banyaknya suci tidak ada batasnya, bahkan kadang sudah tidak
keluar darah haid lagi, karena usia atau keadaan. Dan pada kebiasaannya suci
tersebut meliha kepada kebiasaannya haid. Apabila haidnya enam hari, maka
sucinya adalah 24 hari, dan apabila haidnya itu tujuh hari, maka sucinya adalah
23 hari (Qutu alHabib: 44)
Beberapa Masalah
Darah yang keluar dari kemaluan
seorang wanita yang sedang hamil adalah termasuk darah haid, apabila lamanya
sehari semalam serta tidak lebih dari 15 hari dan malamnya, dan mengeluarkan
darah tersebut sebelum melahirkan anak (Fathul Wahhab: 1/27).
Seorang wanita ketika
mengeluarkan darah haid dengan terputus putus, semuanya dihukumi haid, baik
ketika mengeluarkan darah atau ketika putus yang ada sela-selanya itu.
Seorang wanita, sama saja
Mubtadi’at (baru sekali mengeluarkan darah) atau Mu’tadat (yang sudah pernah
haid dan suci), dihukumi haid (haram melaksanakan perkara yang diharamkan
kepada orang yang haid), sebab hanya mengeluarkan darah). Kemudian kalau darah
terse-but ternyata putus sebelum cukup sehari semalam, maka hukumnya bukan
darah haid, sehingga ia diwajibkan mengqadla shalat yang di tinggalkan selama mengeluarkan
darah tersebut. Dan apabila darah itu sampai cukup sehari semalam, maka
tentunya dihukumi darah haid (Hasyiyah Al Syarqawi ‘ala alTahrir: 1/152)
MASALAH DARAH NIFAS
Definisi Nifas
Bahwa Nifas menurut bahasa
berarti melahirkan. Adapun menurut istilah Syara’, Nifas ialah darah yang
keluar dari kemaluan seorang wanita setelah melahirkan (wiladah), dan sebelum
melampui 15 hari dan malam dari lahirnya anak. Permulaan nifas itu dimulai dari
keluarnya darah, bukan dari keluarnya anak. Darah yang keluar bersama bayi atau
sebelum melahirkannya, tidak dihukumi darah nifas, tetapi termasuk darah
istihadlat atau darah rusak (darah penyakit). (Fathul Qarib: 109, Bughiyatul
Mustarsyidin: 22).
Dasar Hukum Nifas
Masa kebiasaan seorang wanita
atas keluarnya darah nifas adalah 40 hari, sebagaimana yang diriwayatkan dari
Ummu Salamah, dimana ia berkata:
آانت النفساء على عهد رسول االله صلى االله
عليه وسلم تقعد بعد نفاسها أربعين
يوما او أربعين ليلة )رواه أبو داود والترمذى .(
“Pada masa Rasulullah Saw. Para
wanita yang sedang menjalani masa nifas menahan diri selama empat puluh hari
atau empat puluh malam.” (HR. Abu Da-wud dan Tirmidzi).
Para ulama dari kalangan sahabat
Rasulullah Saw. dan para tabi’in telah menempuh kesepakatan, bahwa
wanita-wanita yang sedang menjalani masa nifas harus meninggalkan shalat selama
empat puluh hari. Apabila telah suci sebelum masa tersebut, maka hendaklah
mandi dan mengerjakan shalat, demikian dikatakan oleh Imam Tirmidzi.
Lamanya Nifas dan Sucinya
Sekurang-kurangnya seorang wanita
keluar darah nifas adalah satu tetesan, kebiasaannya Nifas 40 hari dan malam,
sedang sebanyak-banyaknya nifas, selama 60 hari dan malam. Semuanya ini juga
dengan dasar hasil penelitian Imam Syafi’i Ra. Kepa-da wanita Arab di Timur
Tengah (Hasyiyah Al-Bajuri: 1/111 dan Abyanal Hawaij: 11/268).
Paling lama nifas 60 hari
tersebut, di hitung mulai dari keluarnya bayi. Adapun yang dihukumi darah nifas
itu mulai dari keluarnya darah. Sehingga, seumpama seorang wanita melahirkan
anak pada tanggal1 kemudian ketika mengeluarkan darah mulai tanggal 5 itu penuh
60 hari dan malamnya, dimulai tanggal 5, dan yang dihukumi darah nifas adalah
mulai tanggal 5. Adapun waktu antara lahirnya bayi dengan keluarnya darah,
dihukumi suci. Oleh karena itu ia tetap kewajiban shalat dan kewajiban
kewajiban yang lain.
Masalah-Masalah
Batas antara lahirnya bayi dengan
keluarnya darah nifas seorang wanita, paling lama 15 hari. Apabila jarak antara
keduanya lebih dari 15 hari, maka tidak dihukumi darah nifas, tetapi dihukumi
darah haid. Apabila seorang wanita setelah melahirkan anak kemudian
mengeluarkan darah dengan terputus-putus (setelah putus lalu keluar lagi), yang
masih dalam 60 hari dan terputus-putusnya darah tidak sampai 15 hari, maka semua
darah yang dikeluarkan maupun putus-putus yang ada sela-selanya, darah tersebut
dihukumi darah nifas (Hasyiyah Sulai-man al-Jamal ‘ala Syarhi al-Minhaj:
1/227).
Contoh-Contoh:
Seorang wanita melahirkan anak,
kemudian langsung mengeluar-kan darah selama 15 hari, lalu putus selama 14
hari, lalu keluar darah lagi selama 10 hari, maka darah yang keluar serta putus
di sela-selanya itu dihukumi nifas. Dan ia pada waktu berhenti tersebut
diwajibkan mandi, shalat dan lain sebagainya seperti halnya orang yang suci,
wala-upun akhirnya ternyata semuanya itu tidak sah, karena sebenarnya masih ada
di dalam nifas. Darah yang kedua (darah keluar setelah berhenti) itu, mulai
keluar darah setelah tenggang 60 hari dari lahirnya anak, maka darah yang pertama
(darah sebelum berhenti) dihukumi da-rah nifas, darah kedua dihukumi darah haid
dan berhentinya dihukumi keadaan suci.
Seorang wanita melahirkan anak,
kemudian mengeluarkan darah selama 59 hari, lalu berhenti selama dua hari,
kemudian mengeluarkan darah lagi selama tiga hari, maka darah yang pertama
dihukumi nifas, darah yang kedua dihukumi haid dan berhentinya dihukumi suci
yang memisah antara haid dan nifas.
Dan seumpama darah yang kedua
masih ada di dalamnya 60 hari, tetapi berhentinya selama 15 hari, maka darah
yang pertama juga dihu-kumi nifas, darah yang kedua dihukumi haid dan
berhentinya juga di hukumi suci. Contohnya: Seorang wanita melahirkan anak,
kemudian mengeluarkan darah selama 10 hari, lalu berhenti selama 16 hari,
kemudian mengeluarkan darah lagi, selama 4 hari, maka darah yang pertama
dihukumi nifas, darah yang kedua. dihukumi haid dan berhentinya dihukumi suci
yang memisah antara haid dan nifas.
Peringatan!
Keadaan suci yang memisahkan
antara haid dengan nifas, atau memisahkan antara nifas dengan nifas itu, tidak
disyaratkan harus ada 15 hari 15 malam, melainkan bisa saja hanya sehari atau
bahkan kurang dari satu hari. Berbeda dengan keadaan suci yang memisah antara
haid dengan haid. Contoh keadaan waktu suci yang memisahkan antara haid dengan
nifas ialah:
1. Seorang wanita hamil
mengeluarkan darah 5 hari, kemudian berhenti sehari, lalu ia melahirkan anak,
kemudian mengeluarkan darah selama 40 hari, maka darah yang sebelum melahirkan
dihukumi haid, dan darah yang sesudah melahirkan dihukumi nifas. Jadi waktu
suci yang memisahkan antara haid dan nifas hanya sehari.
2. Seorang wanita melahirkan
anak, kemudian mengeluarkan darah selama 60 hari, kemudian berhenti sehari,
lalu keluar darah lagi selama 10 hari, maka darah yang sebelum berhenti
dihukumi nifas, dan darah keluar yang setelah berhenti dihukumi haid. Jadi
waktunya suci yang memisahkannya hanya
sehari.
3. Waktu keadaan suci yang
memisahkan antara nifas dengan nifas: Seorang wanita melahirkan anak, kemudian
disetubuhi oleh suaminya masih dalam keadaan nifas, dan akhirnya wanita itu
hamil lagi, lalu setelah selesainya nifas cukup 60 hari, darahnya berhenti
selama sehari, lalu ia melahirkan berupa segumpal darah, kemudian nifas lagi,
maka berhenti yang lamanya sehari itu dihukumi suci, yang memisahkan antara
nifas dengan nifas (Minhaju al-Qawim dengan Hasyiyah Sulaiman Kurdi :1/131,
Syarhu alMihaj serta Hasyiyah Sulaiman al-Jamal: 1/227).
Aneka Macam Darah
Faidah untuk mengetahui
hukum-hukum istihadlat yang akan dibicarakan, maka harus lebih dahulu
mengetahui, bahwa darah itu ada yang kuat (warnanya tua) dan ada yang lemah
(warnanya muda). Untuk mengetahui perbedaan antara darah yang kuat dengan darah
yang lemah, harus mengetahui warna-warnanya, rupa-rupa dan sifat-sifatnya
darah. Warnanya sebanyak 5 macam ialah:
1. Darah hitam,
2. Darah merah,
3. Darah merah semu kuning,
4. Darah kuning,
5. Darah keruh.
Darah hitam lebih kuat dari pada
darah merah, darah merah lebih kuat dari pada darah merah semu kuning, darah
merah semu kuning lebih kuat dari pada darah kuning, darah kuning lebih kuat
dari pada darah keruh (Fathul Wahhab pada Hamisy Sulaiman al-Jamal: 1/247).
Sifat-Sifat Darah
Adapun sifat-sifat darah sebanyak empat macam ialah:
1. Darah kental dan bau busuk
2. Darah kental belaka
3. Darah bau busuk
4. Darah tidak kental dan tidak bau busuk.
Darah kental lebih kuat dari pada
darah cair, darah berbau busuk lebih kuat dari pada darah yang tidak berbau
busuk, darah hitam kental lebih kuat dari pada darah hitam tidak kental, dan
darah kental berbau busuk lebih kuat dari pada darah kental saja. atau berbau
busuk saja (Fathul Wahhab pada Hamisy Sulaiman al-Jamal: 1/247).
Apabila seorang wanita
mengeluarkan darah dua yang sama sifat-nya, maka didahulukan darah yang keluar
pertama, seperti darah hitam cair dan merah kental, darah hitam kental dan
merah kental berbau dan seperti darah merah berbau busuk dan darah hitam tidak
berbau busuk. Dan apabila sebagian darah mempunyai sifat yang menyebabkan kuat,
dan sebagian lagi juga mempunyai sifat yang menyebabkan kuat, maka yang dihukumi
darah kuat ialah darah yang lebih banyak sifat-sifatnya yang menyebabkan kuat.
MASALAH ISTIHADLAT
Definisi Istihadlat
Istihadlat, menurut bahasa
artinya mengalir. Adapun menurut istilah Syara’, Istihadlat ialah darah yang
keluar dari kemaluan seorang wanita pada waktu selain waktunya haid dan nifas,
dan bukan atas ja-lan sehat (Fathul Qarib pada Hamisy Al-Bajuri: 1/109).
Seorang wanita yang mengeluarkan
darah istihadlat dinamakan Mustahadlat..
Dasar Hukum Istihadlat
Masalah istihadlat ini adalah
berdasarkan Hadits Nabi Muhammad Sallahu ‘Alaihi wa Sallam dari Ummu Salamah,
yaitu:
“Bahwa ia pernah meminta fatwa kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengenai seorang wanita yang selalu mengeluarkan darah. Maka Rasulullah bersabda: Hitunglah berdasarkan bilangan hari dan malam dari masa haid pada setiap bulan berlangsungnya, sebelum ia terkena serangan darah penyakit yang menimpanya itu. Maka tinggalkanlah shalat sebanyak bilangan haid yang biasa dijalani setiap bulan. Apabila ternyata melewati dari batas yang berlaku, maka hendaklah ia mandi, lalu memakai cawat (pembalut) dan mengerjakan shalat.” (HR.Abu Dawud