Kamis, 18 Maret 2021

Pengertian Al-Qur'an

A. Al-Qur’an Menurut Bahasa

secara bahasa diambil dari kata:  قرأ - يقرا- قراة - وقرانا yang berarti sesuatu yang dibaca. Arti ini mempunyai makna anjuran kepada umat Islam untuk membaca Al-Qur’an. Al-Qur’an juga bentuk mashdar dari  القراةyang berarti menghimpun dan mengumpulkan. Dikatakan demikian sebab seolah-olah Al-Qur’an menghimpun beberapa huruf, kata, dan kalimat secara tertib sehingga tersusun rapi dan benar (Anshori, 2013:17). Oleh karena itu Al-Qur’an harus dibaca dengan benar sesuai sesuai dengan makhraj dan sifat-sifat hurufnya, juga dipahami, diamalkan dalam kehidupan sehari-hari dengan tujuan apa yang dialami masyarakat untuk menghidupkan Al-Qur’an baik secara teks, lisan ataupun budaya.

Menurut M. Quraish Shihab, Al-Qur’an secara harfiyah berarti bacaan yang sempurna. Ia merupakan suatu nama pilihan Allah yang tepat, karena tiada suatu bacaanpun sejak manusia mengenal tulis baca lima ribu tahun yang lalu yang dapat menandingi Al-Qur’an, bacaan sempurna lagi mulia (Shihab, 1996:3). Al-Qur’an juga mempunyai arti menumpulkan dan menghimpun qira’ah berarti menghimpun huruf-huruf dan katakata satu dengan yang lain dalam suatu ucapan yang tersusun rapih. Quran pada mulanya seperti qira’ah, yaitu mashdar dari kata qara’a, qira’atan, qur’anan (Al-Qattan, 2015:15).

Allah berfirman:

اِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَاِنَّا لَهٗ لَحٰفِظُوْنَ

Artinya:

“Sesungguhnya kamilah yang menurunkan Qur’an, dan pasti Kami pula yang memeliharanya.” (Al-Hijr/15:9).

B. Al-Qur’an Menurut Istilah

Al-Quran menurut istilah adalah firman Allah SWT. Yang disampaikan oleh Malaikat Jibril dengan redaksi langsung dari Allah SWT. Kepada Nabi Muhammad SAW, dan yang diterima oleh umat Islam dari generasi ke generasi tanpa ada perubahan (Anshori, 2013:18).

Menurut Andi Rosa Al-Qur’an merupakan qodim pada makna-makna yang bersifat doktrin dan makna universalnya saja, juga tetap menilai qodim pada lafalnya. Dengan demikian Al-Qur’an dinyatakan bahwasannya bersifat kalam nafsi berada di Baitul Izzah (al-sama’ al-duniya), dan itu semuanya bermuatan makna muhkamat yang menjadi rujukan atau tempat kembalinya ayat-ayat mutasyabihat, sedangkan Al-Qur’an diturunkan ke bumi dan diterima oleh Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi terakhir, merupakan kalam lafdzi yang bermuatan kalam nafsi, karena tidak mengandung ayat mutasyabihat, tetapi juga ayat atau maknamaknanya bersifat muhkamat (Rosa, 2015:329).

Sementara menurut para ahli ushul fiqh Al-Qur’an secara istilah adalah kalam Allah yang mengandung mukjizat (sesuatu yang luar biasa yang melemahkan lawan), diturunkan kepada penutup para Nabi dan Rosul (yaitu Nabi Muhammad SAW), melalui Malaikat Jibril, tertulis pada mushaf, diriwayatkan kepada kita secara mutawatir, membacanya dinilai ibadah, dimulai dari surah Al-Fatihah dan diakhiri dengan surah An-Nas” (al-Subhani, 1970: 1030).

Berdasarkan definisi di atas, maka setidaknya ada lima faktor penting yang menjadi faktor  karakteristik Al-Qur’an, yaitu:

1. Al-Qur’an adalah firman atau kalam Allah SWT, bukan perkataan mMalaikat Jibril (dia hanya penyampai wahyu dari Allah), bukan sabda Nabi Muhammad SAW. (beliau hanya penerima wahyu Al-Qur’an dari Allah), dan bukan perkataan manusia biasa, mereka hanya berkewajiban mengamalkannya.

2. Al-Qur’an hanya diberikan kepada Nabi Muhammad SAW. Tidak diberikan kepada Nabi-nabi sebelumnya. Kitab suci yang diberikan kepada para nabi sebelumnya bukan bernama Al-Qur’an tapi memiliki nama lain; Zabur adalah nama kitab yang diberikan kepada Nabi Daud, Taurat diberikan kepada Nabi Musa, dan Injil adalah kitab yang diberikan kepada Nabi Isa as.

3. Al-Qur’an adalah mukjizat, maka dalam sepanjang sejarah umat manusia sejak awal turunnya sampai sekarang dan mendatang tidak seorangpun yang mampu menandingi Al-Qur’an, baik secara individual maupun kolektif, sekalipun mereka ahli sastra bahasa dan sependek-pendeknya surat atau ayat.

4. Diriwayatkan secara mutawatir artinya Al-Qur’an diterima dan diriwayatkan oleh banyak orang yang secara logika mereka mustahil untuk berdusta, periwayatan itu dilakukan dari masa ke masa secara berturut-turut sampai kepada kita.

5. Membaca Al-Qur’an dicatat sebagai amal ibadah. Di antara sekian banyak bacaan, hanya membaca Al-Qur’an saja yang di anggap ibadah, sekalipun membaca tidak tahu maknanya, apalagi jika ia mengetahui makna ayat atau surat yang dibaca dan mampu mengamalkannya. Adapun bacaam-bacaan lain tidak dinilai ibadah kecuali disertai niat yang baik seperti mencari Ilmu (Anshori, 2013: 18). Jadi, pahala yang diperoleh pembaca selain Al-Qur’an adalah pahala mencari Ilmu, bukan substansi bacaan sebagaimana dalam Al-Qur’an.

C. Nama dan Sifat Al-Qur’an

Al-Qur’an mempunyai banyak nama yang kesemuanya menunjukan ketinggian peran dan kedudukannya. Dengan kata lain, Al-Qur’an merupakan kitab samawi yang paling mulia. Di antara nama-nama Al-Qur’an adalah: al-Furqan, at-Tanzil, adz-Dzikr,  al-Kitab. Selain itu, Al-Qur’an juga memiliki beberapa sifat yang mulia seperti, nur, hudan, rahmah, syifa, mau’izah, aziz, mubarak, basyir, nadzir, dan semacamnya. (Anshori, 2013: 18).

1. Dinamakan Al-Qur’an sebagaimana QS. Al-Isra [17]: (9)

إِنَّ هَٰذَا الْقُرْآنَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا كَبِيرًا

Artinya:

“Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih Lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.” QS. Al-Isra [17]: (9)

2. Dinamakan Al-Furqon sebagaimana QS Al-Furqon [25]: (1)

تَبٰـرَكَ الَّذِىۡ نَزَّلَ الۡـفُرۡقَانَ عَلٰى عَبۡدِهِ لِيَكُوۡنَ لِلۡعٰلَمِيۡنَ نَذِيۡرَا

Artinya:

“Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Al Quran) kepada hamba-Nya, agar Dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam”. QS Al-Furqon [25]: (1)

3. Dinamakan At-Tanzil sebagaimana QS. Asy-Syua’ra [26]:

(192-193)

وَإِنَّهٗ لَتَنْزِيْلُ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ (192) نَزَلَ بِهِ الرُّوْحُ الْأَمِيْنُ (193)

Artinya:

“dan Sesungguhnya Al Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril)”. QS. Asy-Syua’ra [26] : (192-193)

4. Dinamakan Adz-Dzikr sebagaimana QS. Al-Hijr [15]: (9)

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ

Artinya:

“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Quran, dan Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”. QS. Al-Hijr [15]: (9)13

5. Dinamakan al-Kitab sebagaimana QS. Ad-Dukhan [44] (1-3)

حمٓ (1) وَٱلْكِتَٰبِ ٱلْمُبِينِ (2) إِنَّآ أَنزَلْنَٰهُ فِى لَيْلَةٍ مُّبَٰرَكَةٍ ۚ إِنَّا كُنَّا مُنذِرِينَ

Artinya:

“ Haa miim, demi kitab (Al Quran) yang menjelaskan” QS. AdDukhan [44] (1-3).

Adapun sifat-sifat Al-Qur’an dapat dirujuk dalam firman Allah SWT, antara lain:

1. Sifat al-Burhan (bukti kebenaran) dan nur mubin (cahaya yang terang) sebagaimana firman Allah SWT:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَكُمْ بُرْهَانٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكُمْ نُورًا مُبِينًا

Artinya:

“Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu. (Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (Al Quran)”. QS. An-Nisa [4] : (174)

2. Sifat asy-syifa (obat) dan ar-rahmah (kasih sayang) sebagaimana firman Allah SWT:

وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ ۙ وَلَا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلَّا خَسَارًا

Artinya :

dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian”.QS. Al-Isra 82

3. Sifat huda (petunjuk) sebagaimana firman Allah SWT:

وَلَوْ جَعَلْنَاهُ قُرْآنًا أَعْجَمِيًّا لَقَالُوا لَوْلَا فُصِّلَتْ آيَاتُهُ ۖ أَأَعْجَمِيٌّ وَعَرَبِيٌّ ۗ قُلْ هُوَ لِلَّذِينَ آمَنُوا هُدًى وَشِفَاءٌ ۖ وَالَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ فِي آذَانِهِمْ وَقْرٌ وَهُوَ عَلَيْهِمْ عَمًى ۚ أُولَٰئِكَ يُنَادَوْنَ مِنْ مَكَانٍ بَعِيدٍ

Artinya:

“dan Jikalau Kami jadikan Al Quran itu suatu bacaan dalam bahasa selain Arab, tentulah mereka mengatakan: "Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?" Apakah (patut Al Quran) dalam bahasa asing sedang (Rasul adalah orang) Arab? Katakanlah: "Al Quran itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang mukmin. dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedang Al Quran itu suatu kegelapan bagi mereka[1334]. mereka itu adalah (seperti) yang dipanggil dari tempat yang jauh". QS. Fushilat [41]: (44)

4. Sifat mau’izah (nasihat) sebagaimana firman-Nya:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ

Artinya :

“Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman”. QS. Yunus [10] : (57).

D. Fungsi Al-Qur’an

Al-Qur’an merupakan kitab suci umat Islam yang memiliki banyak manfaat bagi umat manusia. Al-Qur’an diturunkan sebagai petunjuk bagi seluruh manusia melalui malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai Rosul yang dipercaya menerima mukjizat Al-Qur’an, Nabi Muhammad SAW menjadi penyampai, pengamal, serta penafsir pertama dalam Al-Qur’an. Fungsi Al-Qur’an antara lain:

1. Al-Huda (petunjuk)

Di dalam Al-Qur’an ada tiga posisi Al-Qur’an yang fungsinya sebagai petunjuk. Al-Qur’an menjadi petunjuk bagi manusia secara umum, petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa, dan petunjuk bagi orang-orang yang beriman. Jadi Al-Qur’an tidak hanya menjadi petunjuk bagi umat Islam saja tapi bagi manusia secara umum. Kandungan Al-Qur’an memang ada yang bersifat universal seperti yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan itu bisa menjadi petunjuk bagi semua orang tidak hanya orang yang beriman Islam dan bertakwa saja.

2. Asy-Syifa

Di dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa Al-Qur’an merupakan obat bagi penyakit yang ada di dalam dada manusia. Penyakit dalam tubuh manusia memang tak hanya berupa penyakit fisik saja tapi bisa juga penyakit hati Perasaan manusia tidak selalu tenang, kadang merasa marah, iri, dengki, cemas, dan lainlain.Seseorang yang membaca Al-Qur’an dan mengamalkannya dapat terhindar dari berbagai penyakit hati tersebut. Al-Qur’an memang hanya berupa tulisan saja tapi dapat memberikan pencerahan bagi setiap orang yang beriman. Saat hati seseorang terbuka dengan Al-Qur’an maka ia dapat mengobati dirinya sendiri sehingga perasaannya menjadi lebih tenang dan bahagia dengan berada di jalan Allah. Kemudian syifa (obat) yang saya bahas dalam penelitian ini melalu living quran pada praktik pengobatan Ustadz Sanwani.

3. Al-Furqon (pemisah)

Nama lain Al-Qur’an adalah Al-Furqon atau pemisah. Ini berkaitan dengan fungsi Al-Qur’an lainnya yang dapat menjadi pemisah antara yang hak dan yang batil, atau antara yang benar dan yang salah. Di dalam Al-Qur’an dijelaskan berbagai macam hal yang termasuk kategori salah dan benar atau hak dan yang batil. Jadi jika sudah belajar Al-Qur’an dengan benar maka seseorang seharusnya dapat membedakan antara yang benar dan yang salah. Misalnya saja saat mencari keuntungan dengan berdagang, dijelaskan bahwa tidak benar jika melakukan penipuan dengan mengurangi berat sebuah barang dagangan. Begitu juga dengan berbagai permasalahan lainnya yang bias diambil contohnya dari ayat-ayat Al-Qur’an.

4. Al-Mu’izah (nasihat)

Al-Qur’an juga berfungsi sebagai pembawa nasihat bagi orangorang yang bertakwa. Di dalam Al-Qur’an terdapat banyak pengajaran, nasihat-nasihat, peringatan tentang kehidupan bagi orang-orang yang bertakwa, yang berjalan di jalan Allah. Nasihat yang terdapat di dalam Al-Qur’an biasanya berkaitan dengan sebuah peristiwa atau kejadian, yang bisa dijadikan pelajaran bagi orang-orang di masa sekarang atau masa setelahnya.

Nasihat dan peringatan tersebut penting karena sebagai manusia kita sering menghadapi berbagai masalah dan cara penyelesaiannya sebaiknya diambi bdari ajaran agama. Bagaimana cara kita menghadapi tetangga, suami, orang tua, dan bahkan musuh kita telah diajarkan dalam Al-Qur’an.

 

DAFTAR PUSTAKA

 Anshori, Ulumul Quran, (Jakarta: Rajawali Press, 2013)

M. Quraish Shihab, Wawasan Al-qur’an, (Bandung: Mizan, 1996)

Manna Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, (Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa, 2015)

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: PT Syaamil Cipta Media)

Andi Rosa, Tafsir Kontemporer, (Banten: Depdikbud Banten Press, 2015)

Muhammad Ali al-Subhani, al-Tibyan Fi Ulum Quran, (Bairut: Dar alIrsyad, 1970)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar