Dalam
kehidupan manusia, jalan adalah sebuah kewajiban. Pergerakan dari kandungan
hingga lahir ke dunia merupakan keharusan setiap makhluk hidup untuk mengakui
bahwa perjalanannya adalah kehidupannya. Tidak cukup di situ, dalam perubahan
dari fase ke fase kehidupan manusia, perjalanan menjadi sebuah syarat utama
untuk bisa dikatakan sebagai hidup. Karena inti dari perjalanan adalah gerak
sebagaimana inti dari hidup.
Jalan
sebagai perlintasan atas gerak mempunyai karakteristik dan keunikan yang
beragam. Jalan menuju derajat makrifat dalam ilmu tasawuf misalnya, berbeda
dengan jalan menuju sukses berwirausaha. Di dalam tasawuf ada beberapa jalan
yang harus ditempuh oleh sang suluk, yaitu syareat, thariqot, hakekat dan
makrifat, yang mana keempat jalan itu memiliki karakteristik masing-masing.
Sedangkan dalam dunia usaha terdapat langkah-langkah antara lain merencanakan,
melakukan, mengontrol, dan mengevaluasi. Dari jalan-jalan yang harus ditempuh
oleh dua tujuan yang berbeda tersebut juga memiliki kekhasan tersendiri.
Keberagaman
jalan mengikuti arah kemana seorang akan mencapai sesuatu. Dan dalam setiap
individu yang hidup menyimpan perjalanannya yang tidak akan pernah sama satu
dengan lainnya. Ketidaksamaan perjalanan antar orang karena setiap orang
memiliki keinginan yang berbeda. Meskipun ada kesamaan keinginan, satu
keinginan yang sama dapat dicapai dengan jalan yang berbeda-beda. Perbedaan
tersebut diperkuat dengan perbedaan setiap pribadi seseorang. Seribu jalan
menuju Roma, begitu pepatah mengatakan.
Jalan
sebagai fisik yang dilalui juga mempunyai karakteristiknya tersendiri.
Jalan-jalan di desa tidak sama dengan jalan-jalan di kota. Dengan segala
keunikannya, jalan menjadi bagian dari orang-orang yang melaluinya. Seorang
yang melewati jalan pegunungan akan menjadikan pohon, atau tanda-tanda alam
sebagai pengertian bahwa perjalanan sudah sejauh mana dan ke arah mana. Dan
seorang yang melintasi jalan kota tanda-tanda itu sudah berupa papan-papan
petunjuk arah lengkap dengan panah ke arah mana harus dituju.
Sebelum
kita melalui jalan yang belum pernah kita lalui, kita melalukan riset sederhana
tentang jalan tersebut. Seperti bagaimana kondisi jalan itu, sejauh mana, dan
tak jarang kita perlu mengetahui karakter orang-orang di sepanjang jalan
tersebut. Hal itulah yang menjadikan seorang petualang dan backpacker lebih
banyak wawasan kebudayaan daerah-daerah yang pernah dilewati dalam perjalannya.
Sepanjang
perjalanan, kejadian-kejadian serta peristiwa-peristiwa yang tanpa direncanakan
terjadi begitu saja. Perjalanan selalu memunculkan kejutan-kejutan bagi siapa
yang melakukannya. Berjumpa dengan kenalan lama, memperoleh kenalan baru, dan
akan lebih banyak kejutan jika kita melakukannya dengan sarana prasarana umum
di mana interaksi antar manusia lebih banyak dan beragam.
Seperti
yang dialami tetangga saya, saat perjalanan pulang kerja dia menabrak sepeda
motor yang berlawanan arah. Perjalanannya pun berubah arah lantaran seorang perempuan
yang ditabrak harus menginap beberapa hari di rumah sakit. Dia pun harus
merelakan sedikit waktunya sepulang kerja untuk menjenguk orang itu. Dari
setitik peristiwa itu ia mengenal perempuan tersebut lalu dari perkenalan itu
tumbuhlah rasa cinta hingga ke pelaminan.
Jalan
dapat juga menjadi awal persaudaraan. Seperti ketika kita bepergian lalu di
salah satu ruas jalan roda kendaraan yang kita naiki bocor. Lalu kita bertanya
kepada warga setempat tentang keberadaan tambal ban terdekat, maka yang terjadi
adalah interaksi baru antar manusia yang berpotensi memunculkan persaudaraan
baru.
Dari
keragaman jalan-jalan, setiap manusia yang pernah melewatinya seperti
meninggalkan kenangan-kenangan yang mana kenangan itu akan muncul kembali saat
orang tersebut melalui jalan di kemudian hari. Dari interaksi kita dengan
orang-orang baru, maupun peristiwa yang terjadi di salah satu sisi jalan saat
melakukan perjalanan, kita akan menjadi ada dengan segala eksistensi manusia
seutuhnya. Manusia akan menjadi ada dengan berkomunikasi dan memecahkan masalah,
karena dari dua hal itu manusia akan berpikir.
Dengan
berjalannya waktu, saat di kemudian kita melalui titik-titik jalan dimana kita pernah menjadi
ada, maka keberadaan kita yang sudah terlupakan pasti akan tampak kembali.
Yaitu dengan rangsangan simbol-simbol yang ada saat kita menjadi ada. Seperti di
tukang tambal ban ini setahun yang lalu saya pernah menambalkan ban yang bocor,
atau di rumah yang depannya ada pohon mangga besar ini saya pernah bertanya ke
penghuninya, kemana arah jalan, atau di perempatan ini saya pernah hampir ditabrak
truk tronton, dan sebagainya.
Selain
menghadirkan peristiwa yang sudah terjadi, kenangan dalam perjalanan juga menyatakan
imajinasi seseorang. Seperti ketika saya melakukan perjalanan dengan Vespa dari
Malang ke Jakarta, saat saya melalui daerah antara Karawang-Bekasi, ingatan
saya akan tulang belulang yang berjajar antara Karawang-Bekasi dalam sajak
Chaiaril Anwar terasa sekali. Seakan-akan saya pernah hidup di jaman perjuangan
kemerdekaan Indonesia dan saat melewati jalan tersebut ingatan-ingatan itu
muncul. Hal sama juga terjadi saat saya melakukan perjalanan ke Blora Jawa
Tengah mengunjungi seorang sahabat, maka imaji saya dari cerita teman tentang
tandusnya tanah Blora, saat itu menambah keyakinan dalam diri saya bahwa Blora memang
daerah dengan tanah padas.
Setiap
yang bergerak tidak akan bisa memungkiri bahwa jalan adalah pijakannya. Jalan
sebagai poros transportasi berada pada posisi yang penting dalam
keberlangsungan kehidupan. Setiap pengguna jalan harus mawas diri, bisa
memahami antar sesama, mengerti batasan-batasan dan bisa mengontrol geraknya.
Fenomena kemacetan dan kecelakaan merupakan gambaran kehidupan yang tidak bisa
memosisikan diri seseorang sebagai makhluk sosial, bahwa hidup haruslah
bersama-sama dengan segala rasa karsanya.
Manusia
memang tak pernah bisa lepas dari jalan. Jalan dan kenangan-kenangan yang
tersimpan dan jalan dengan peristiwa-peristiwa yang akan terjadi oleh
orang-orang yang melewatinya tetap menjadi misteri. Misteri setiap manusia yang
melakukan perjalanan dalam mencapai keinginan dan cita-citanya. Dan misteri itu
akan terungkap tatkala seseorang benar-benar melewati jalan itu.