A. Al-Qur’an Menurut Bahasa
secara bahasa diambil dari
kata: قرأ
- يقرا- قراة - وقرانا yang berarti sesuatu yang dibaca.
Arti ini mempunyai makna anjuran kepada umat Islam untuk membaca Al-Qur’an. Al-Qur’an
juga bentuk mashdar dari القراةyang berarti menghimpun dan
mengumpulkan. Dikatakan demikian sebab seolah-olah Al-Qur’an menghimpun beberapa
huruf, kata, dan kalimat secara tertib sehingga tersusun rapi dan benar (Anshori,
2013:17). Oleh karena itu Al-Qur’an harus dibaca dengan benar sesuai sesuai
dengan makhraj dan sifat-sifat hurufnya, juga dipahami, diamalkan dalam
kehidupan sehari-hari dengan tujuan apa yang dialami masyarakat untuk
menghidupkan Al-Qur’an baik secara teks, lisan ataupun budaya.
Menurut M. Quraish Shihab, Al-Qur’an
secara harfiyah berarti bacaan yang sempurna. Ia merupakan suatu nama pilihan Allah
yang tepat, karena tiada suatu bacaanpun sejak manusia mengenal tulis baca lima
ribu tahun yang lalu yang dapat menandingi Al-Qur’an, bacaan sempurna lagi
mulia (Shihab, 1996:3). Al-Qur’an juga mempunyai arti menumpulkan dan menghimpun
qira’ah berarti menghimpun huruf-huruf dan katakata satu dengan yang lain dalam
suatu ucapan yang tersusun rapih. Quran pada mulanya seperti qira’ah, yaitu mashdar
dari kata qara’a, qira’atan, qur’anan (Al-Qattan, 2015:15).
Allah berfirman:
اِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ
وَاِنَّا لَهٗ لَحٰفِظُوْنَ
Artinya:
“Sesungguhnya kamilah yang
menurunkan Qur’an, dan pasti Kami pula yang memeliharanya.” (Al-Hijr/15:9).
B. Al-Qur’an Menurut Istilah
Al-Quran menurut istilah adalah
firman Allah SWT. Yang disampaikan oleh Malaikat Jibril dengan redaksi langsung
dari Allah SWT. Kepada Nabi Muhammad SAW, dan yang diterima oleh umat Islam
dari generasi ke generasi tanpa ada perubahan (Anshori, 2013:18).
Menurut Andi Rosa Al-Qur’an
merupakan qodim pada makna-makna yang bersifat doktrin dan makna universalnya
saja, juga tetap menilai qodim pada lafalnya. Dengan demikian Al-Qur’an dinyatakan
bahwasannya bersifat kalam nafsi berada di Baitul Izzah (al-sama’ al-duniya),
dan itu semuanya bermuatan makna muhkamat yang menjadi rujukan atau tempat
kembalinya ayat-ayat mutasyabihat, sedangkan Al-Qur’an diturunkan ke bumi dan
diterima oleh Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi terakhir, merupakan kalam lafdzi
yang bermuatan kalam nafsi, karena tidak mengandung ayat mutasyabihat, tetapi
juga ayat atau maknamaknanya bersifat muhkamat (Rosa, 2015:329).
Sementara menurut para ahli ushul
fiqh Al-Qur’an secara istilah adalah kalam Allah yang mengandung mukjizat
(sesuatu yang luar biasa yang melemahkan lawan), diturunkan kepada penutup para
Nabi dan Rosul (yaitu Nabi Muhammad SAW), melalui Malaikat Jibril, tertulis
pada mushaf, diriwayatkan kepada kita secara mutawatir, membacanya dinilai
ibadah, dimulai dari surah Al-Fatihah dan diakhiri dengan surah An-Nas” (al-Subhani,
1970: 1030).
Berdasarkan definisi di atas,
maka setidaknya ada lima faktor penting yang menjadi faktor karakteristik Al-Qur’an, yaitu:
1. Al-Qur’an adalah firman atau
kalam Allah SWT, bukan perkataan mMalaikat Jibril (dia hanya penyampai wahyu
dari Allah), bukan sabda Nabi Muhammad SAW. (beliau hanya penerima wahyu Al-Qur’an
dari Allah), dan bukan perkataan manusia biasa, mereka hanya berkewajiban
mengamalkannya.
2. Al-Qur’an hanya diberikan
kepada Nabi Muhammad SAW. Tidak diberikan kepada Nabi-nabi sebelumnya. Kitab
suci yang diberikan kepada para nabi sebelumnya bukan bernama Al-Qur’an tapi
memiliki nama lain; Zabur adalah nama kitab yang diberikan kepada Nabi Daud,
Taurat diberikan kepada Nabi Musa, dan Injil adalah kitab yang diberikan kepada
Nabi Isa as.
3. Al-Qur’an adalah mukjizat,
maka dalam sepanjang sejarah umat manusia sejak awal turunnya sampai sekarang
dan mendatang tidak seorangpun yang mampu menandingi Al-Qur’an, baik secara
individual maupun kolektif, sekalipun mereka ahli sastra bahasa dan
sependek-pendeknya surat atau ayat.
4. Diriwayatkan secara mutawatir
artinya Al-Qur’an diterima dan diriwayatkan oleh banyak orang yang secara
logika mereka mustahil untuk berdusta, periwayatan itu dilakukan dari masa ke
masa secara berturut-turut sampai kepada kita.
5. Membaca Al-Qur’an dicatat
sebagai amal ibadah. Di antara sekian banyak bacaan, hanya membaca Al-Qur’an
saja yang di anggap ibadah, sekalipun membaca tidak tahu maknanya, apalagi jika
ia mengetahui makna ayat atau surat yang dibaca dan mampu mengamalkannya.
Adapun bacaam-bacaan lain tidak dinilai ibadah kecuali disertai niat yang baik
seperti mencari Ilmu (Anshori, 2013: 18). Jadi, pahala yang diperoleh pembaca
selain Al-Qur’an adalah pahala mencari Ilmu, bukan substansi bacaan sebagaimana
dalam Al-Qur’an.
C. Nama dan Sifat Al-Qur’an
Al-Qur’an mempunyai banyak nama
yang kesemuanya menunjukan ketinggian peran dan kedudukannya. Dengan kata lain,
Al-Qur’an merupakan kitab samawi yang paling mulia. Di antara nama-nama Al-Qur’an
adalah: al-Furqan, at-Tanzil, adz-Dzikr, al-Kitab. Selain itu, Al-Qur’an juga memiliki
beberapa sifat yang mulia seperti, nur, hudan, rahmah, syifa, mau’izah, aziz,
mubarak, basyir, nadzir, dan semacamnya. (Anshori, 2013: 18).
1. Dinamakan Al-Qur’an sebagaimana
QS. Al-Isra [17]: (9)
إِنَّ هَٰذَا الْقُرْآنَ يَهْدِي
لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ
الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا كَبِيرًا
Artinya:
“Sesungguhnya Al-Qur’an ini
memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih Lurus dan memberi khabar gembira
kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada
pahala yang besar.” QS. Al-Isra [17]: (9)
2. Dinamakan Al-Furqon
sebagaimana QS Al-Furqon [25]: (1)
تَبٰـرَكَ الَّذِىۡ نَزَّلَ
الۡـفُرۡقَانَ عَلٰى عَبۡدِهِ لِيَكُوۡنَ لِلۡعٰلَمِيۡنَ نَذِيۡرَا
Artinya:
“Maha suci Allah yang telah
menurunkan Al Furqaan (Al Quran) kepada hamba-Nya, agar Dia menjadi pemberi peringatan
kepada seluruh alam”. QS Al-Furqon [25]: (1)
3. Dinamakan At-Tanzil
sebagaimana QS. Asy-Syua’ra [26]:
(192-193)
وَإِنَّهٗ
لَتَنْزِيْلُ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ (192)
نَزَلَ بِهِ الرُّوْحُ الْأَمِيْنُ (193)
Artinya:
“dan Sesungguhnya Al Quran ini
benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, dia dibawa turun oleh Ar-Ruh
Al-Amin (Jibril)”. QS. Asy-Syua’ra [26] : (192-193)
4. Dinamakan Adz-Dzikr
sebagaimana QS. Al-Hijr [15]: (9)
إِنَّا
نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
Artinya:
“Sesungguhnya Kami-lah yang
menurunkan Al-Quran, dan
Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”. QS. Al-Hijr [15]: (9)13
5. Dinamakan al-Kitab sebagaimana
QS. Ad-Dukhan [44] (1-3)
حمٓ (1)
وَٱلْكِتَٰبِ ٱلْمُبِينِ (2)
إِنَّآ أَنزَلْنَٰهُ فِى لَيْلَةٍ مُّبَٰرَكَةٍ ۚ إِنَّا كُنَّا مُنذِرِينَ
Artinya:
“ Haa miim, demi kitab (Al Quran)
yang menjelaskan” QS. AdDukhan [44] (1-3).
Adapun sifat-sifat Al-Qur’an
dapat dirujuk dalam firman
Allah SWT, antara lain:
1. Sifat al-Burhan (bukti
kebenaran) dan nur mubin (cahaya yang
terang) sebagaimana firman Allah SWT:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ
جَاءَكُمْ بُرْهَانٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكُمْ نُورًا مُبِينًا
Artinya:
“Hai manusia, Sesungguhnya telah
datang kepadamu bukti kebenaran
dari Tuhanmu. (Muhammad dengan mukjizatnya)
dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (Al Quran)”. QS. An-Nisa [4] : (174)
2. Sifat asy-syifa (obat) dan
ar-rahmah (kasih sayang)
sebagaimana firman Allah SWT:
وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا
هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ ۙ وَلَا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلَّا
خَسَارًا
Artinya :
dan Kami turunkan dari Al Quran
suatu yang menjadi penawar
dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian”.QS. Al-Isra 82
3. Sifat huda (petunjuk)
sebagaimana firman Allah SWT:
وَلَوْ جَعَلْنَاهُ قُرْآنًا
أَعْجَمِيًّا لَقَالُوا لَوْلَا فُصِّلَتْ آيَاتُهُ ۖ أَأَعْجَمِيٌّ وَعَرَبِيٌّ ۗ
قُلْ هُوَ لِلَّذِينَ آمَنُوا هُدًى وَشِفَاءٌ ۖ وَالَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ فِي
آذَانِهِمْ وَقْرٌ وَهُوَ عَلَيْهِمْ عَمًى ۚ أُولَٰئِكَ يُنَادَوْنَ مِنْ مَكَانٍ
بَعِيدٍ
Artinya:
“dan Jikalau Kami jadikan Al
Quran itu suatu bacaan dalam
bahasa selain Arab, tentulah mereka mengatakan: "Mengapa tidak dijelaskan
ayat-ayatnya?" Apakah (patut Al Quran) dalam bahasa asing sedang (Rasul adalah orang) Arab?
Katakanlah: "Al
Quran itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang mukmin. dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedang Al
Quran itu suatu kegelapan
bagi mereka[1334]. mereka itu adalah (seperti) yang dipanggil dari tempat yang jauh". QS.
Fushilat [41]: (44)
4. Sifat mau’izah (nasihat)
sebagaimana firman-Nya:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ
جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ
لِلْمُؤْمِنِينَ
Artinya :
“Hai manusia, Sesungguhnya telah
datang kepadamu pelajaran
dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi
orang-orang yang
beriman”. QS. Yunus [10] : (57).
D. Fungsi Al-Qur’an
Al-Qur’an merupakan kitab suci
umat Islam yang memiliki
banyak manfaat bagi umat manusia. Al-Qur’an diturunkan sebagai petunjuk bagi seluruh manusia
melalui malaikat Jibril kepada Nabi
Muhammad SAW, sebagai Rosul yang dipercaya menerima mukjizat Al-Qur’an, Nabi Muhammad SAW menjadi penyampai, pengamal, serta penafsir pertama
dalam Al-Qur’an. Fungsi Al-Qur’an
antara lain:
1. Al-Huda (petunjuk)
Di dalam Al-Qur’an ada tiga
posisi Al-Qur’an yang fungsinya
sebagai petunjuk. Al-Qur’an menjadi petunjuk bagi manusia secara umum, petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa,
dan petunjuk bagi
orang-orang yang beriman. Jadi Al-Qur’an tidak hanya menjadi petunjuk bagi umat Islam saja tapi bagi manusia secara umum. Kandungan Al-Qur’an
memang ada yang bersifat
universal seperti yang berkaitan dengan ilmu
pengetahuan dan itu bisa menjadi petunjuk bagi semua orang tidak hanya orang yang beriman Islam dan bertakwa saja.
2. Asy-Syifa
Di dalam Al-Qur’an disebutkan
bahwa Al-Qur’an merupakan obat
bagi penyakit yang ada di dalam dada manusia. Penyakit dalam tubuh manusia memang tak hanya berupa penyakit
fisik saja tapi bisa
juga penyakit hati Perasaan manusia tidak selalu tenang, kadang merasa marah, iri, dengki, cemas, dan
lainlain.Seseorang yang membaca Al-Qur’an dan mengamalkannya dapat terhindar dari berbagai penyakit hati tersebut. Al-Qur’an memang hanya berupa tulisan saja
tapi dapat memberikan pencerahan
bagi setiap orang yang beriman. Saat hati
seseorang terbuka dengan Al-Qur’an maka ia dapat mengobati dirinya sendiri sehingga perasaannya menjadi lebih
tenang dan bahagia
dengan berada di jalan Allah. Kemudian syifa (obat) yang saya bahas dalam penelitian ini melalu living quran
pada praktik
pengobatan Ustadz Sanwani.
3. Al-Furqon (pemisah)
Nama lain Al-Qur’an adalah
Al-Furqon atau pemisah. Ini
berkaitan dengan fungsi Al-Qur’an lainnya yang dapat menjadi pemisah antara yang hak dan yang
batil, atau antara yang benar
dan yang salah. Di dalam Al-Qur’an dijelaskan berbagai macam hal yang termasuk kategori salah dan benar atau
hak dan yang batil. Jadi jika sudah belajar Al-Qur’an
dengan benar maka seseorang
seharusnya dapat membedakan antara yang benar dan yang salah. Misalnya saja saat mencari keuntungan dengan berdagang, dijelaskan bahwa tidak
benar jika melakukan penipuan
dengan mengurangi berat sebuah barang dagangan. Begitu juga dengan berbagai permasalahan lainnya yang bias diambil contohnya dari ayat-ayat Al-Qur’an.
4. Al-Mu’izah (nasihat)
Al-Qur’an juga berfungsi sebagai
pembawa nasihat bagi orangorang yang bertakwa. Di dalam Al-Qur’an terdapat
banyak pengajaran,
nasihat-nasihat, peringatan tentang kehidupan bagi orang-orang yang bertakwa, yang berjalan di jalan Allah. Nasihat yang terdapat di dalam Al-Qur’an
biasanya berkaitan dengan
sebuah peristiwa atau kejadian, yang bisa dijadikan pelajaran bagi orang-orang di masa sekarang atau masa setelahnya.
Nasihat dan peringatan tersebut
penting karena sebagai manusia
kita sering menghadapi berbagai masalah dan cara penyelesaiannya sebaiknya diambi bdari ajaran agama. Bagaimana cara kita menghadapi
tetangga, suami, orang tua,
dan bahkan musuh kita telah diajarkan dalam Al-Qur’an.
DAFTAR PUSTAKA
Anshori, Ulumul Quran, (Jakarta: Rajawali
Press, 2013)
M. Quraish Shihab, Wawasan
Al-qur’an, (Bandung: Mizan, 1996)
Manna Khalil Al-Qattan, Studi
Ilmu-Ilmu Qur’an, (Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa, 2015)
Departemen Agama RI, Al-Qur’an
dan Terjemahannya, (Bandung: PT Syaamil Cipta Media)
Andi Rosa, Tafsir Kontemporer, (Banten:
Depdikbud Banten Press, 2015)
Muhammad Ali al-Subhani, al-Tibyan Fi Ulum Quran, (Bairut: Dar alIrsyad, 1970)