Selasa, 23 Oktober 2012

Sebingkai Puisi Cinta


Sajak Cinta

Sajak cinta
Tak pernah indah
Kugubah
Hingga darah
Memerah
Ahh…

Malang 2008


Tertawan

saat matamu berkilauan
memantulkan secercah cayaha
saat kedua bibirmu
berusaha berucap
saat senyummu
mengoyak kebosanan
saat kata-kata
tak mampu manyanjung
sungguh hatiku tertawan

Malang, 25 Februari 2008



Bunga yang Kembang

Kau bunga yang kembang
Jagalah wangimu
Hingga petang
Sebelum senja
Hendak menjelang

Malang, 25 Februari 2008


Seperti Pagi

kau adalah pagi
gantikan malam yang gelap
terang benerang saat ini
tetesan embunmu
hidupkan semangat kalbu
udara sejukmu
mengikis letih ragaku
mentari yang meninggi
layaknya wajahmu berseri

Malang, 25 Februari 2008


Awal Terjaga

Sebelum tampak mentari
Sebelum hari dimulai
Mataku awal terjaga
Menatap kau jauh di sana
Selayak mega pagi
Menyentuh kulit-kulit bumi
Dan embun itu
Sebening air
kelopak matamu

Malang 2008


Mata dan Makna

Sejengkal kata
Tak sempat terucap
Saat kau buka mata

Cukup.

Sejuta kesanggupan
Sudah kau isyaratkan.

Malang Januari 2009



Dengan Cintamu, Kekasihku

Kekasihku,
Sajak ini mengalir begitu saja
Di bawah terik matahari
Di sela debu-debu tengah hari

Kekasihku,
Sengatan matahari seperti tak terasa
Pekat udara yang kadang
Menyesakkan dada
Mengalir dalam rongga begitu mesra

Kekasihku,
Cintaku padamu
Menjadikanku buta akan kebencian
Aku menikmati ketimpangan
Di persimpang jalan

Kekasihku,
Mengapa hatiku selalu bergetar
Mencecap manisnya bumi
Meski kegetiran
Di mana-mana

Kekasihku,
Aku tersenyum dengan cintamu
Di tengah amuk tangis
Menyusup lorong-lorong
Perkotaan

Kekasihku,
Dengan cintamu
Aku saksikan para koruptor
Diadili dalam persidangan
Seperti boneka-boneka cantik
Dimainkan para jaksa

Kekasihku,
Dengan cintamu
Aku hanya bisa
Menyimak merdunya
Tangis bocah-bocah putus sekolah

Menatap dinginnya tetesan
Embun dari patahan
Batang yang jadi arang

Malang, 5 Sept 2008