Jumat, 13 Desember 2019

Goa Selomangleng Tulungagung; Sebuah Catatan

Tulisan ini adalah catatan dan dokumentasi kami dengan dua turis dari Belanda mengunjungi Goa Selomangleng tulungagung.

Marien Albertsboer dan Ida Albertsboer adalah dua orang kewarganegaraan Belanda yang sedang berkunjung ke Tulungagung pada 23 Nopember 2019 lalu. Mereka datang ke Indonesia untuk menghabiskan liburan, dan ke Tulungagung mengunjungi teman sekelasnya waktu kuliah di Leiden, yang sekarang menjadi dosen IAIN Tulungagung.

Mumpung mereka berada di kota yang sebagian besar saya hapal jalannya, maka saya tawarkan untuk mengunjungi beberapa tempat bersejarah di Tulungagung. Diantaranya, candi Gayatri, candi Sanggrahan, Goa Selomangleng, Situs Goa Pasir, dan candi Dadi. Namun karena keterbatasan waktu, untuk tujuan dua terakhir kami batalkan berkunjung ke sana.

Memulai perjalanan.

Selasa, 26 November 2019

Menulis Sejarah Pesantren

Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan yang banyak diteliti akademisi. Sebagai lembaga pendidikan yang sudah ada sejak sebelum Indonesia merdeka, pondok pesantren mengiringi pasang surut perjalanan bangsa. Ia memiliki sumbangsih besar terhadap perkembangan negeri ini. Termasuk diantaranya adalah beberapa pertempuran melawan penjajah dilakukan oleh para ulama dan kiai, yang menjadikan pondok pesantren sebagai basis perlawanannya.

Dalam sebuah artikel, Misbahus Surur, sejarawan Trenggalek mengatakan, "Kota yang tak memiliki kronik dan catatan adalah kota yang sulit dicintai secara menghujam". Kota dalam dalam wujud lain dapat ditasybihkan sebagai pondok pesantren. Kota sebagai pusat kegiatan dalam bidang ekonomi sedang pondok sebagai pusat kegiatan keilmuan, yang keduanya ditempati oleh banyak orang. Dengan demikian, kalimat tersebut memiliki implikasi makna, pondok pesantren yang tidak memiliki tulisan sejarah tentangnya, maka ia sulit untuk dikenang bagi (satri-santri) penghuninya.

Sabtu, 17 Agustus 2019

Koleksi Mesin Ketik

Apabila kita berbicara soal mesin ketik, atau lebih mudah mengatakannya mesin tik, maka yang terbayang adalah jaman dulu di mana semua masih berjalan secara manual. Jaman di mana tukang pos masih menjadi seseorang yang paling ditunggu. Atau bahkan kita akan kembali pada jaman hidung mancung masih menjejakkan kakinya di bumi pertiwi. Sejarah kemerdekaan Indonesia-pun tidak lepas dari mesin ketik yatiu sebagai media menuliskan teks proklamsi kemerdekaan.

Selasa, 04 Juni 2019

Panduan Bilal Sholat Idul Fitri

Berikut ini panduan menjadi Bilal Sholat Idul Fitri
1. Ketika shalat akan dimulai, Bilal mengucapkan:
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ، لَا إلٰهَ إلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ
اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ
صَلُّوْا سُنَّةً لِعِيْدِ الْفِطْرِ رَكْعَتَيْنِ جَامِعَةً رَحِمَكُمُ اللهُ
 2. Shalat Idul Fitri dilaksanakan dengan berjama’ah.
 3. Setelah shalat usai, maka Bilal berdiri menghadap jama’ah dengan memegang tongkat lalu mengucapkan bacaan tarqiyyah:
 يَامَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ وَزُمْرَةَ الْمُؤْمِنِيْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ. اِعْلَمُوْا أَنَّ يَوْمَكُمْ هٰذَا يَوْمٌ عَظِيْمٌ وَعِيْدٌ كَرِيْمٌ، عَظَّمَ اللهُ قَدْرَهُ وَشَرَفَهُ وَاَعْلَى ذِكْرَهُ وَعَرَفَهُ. وَهُوَ يَوْمٌ أَحَلَّ اللهُ لَكُمْ الطَّعَامَ وَحَرَّمَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامَ إِلَى آخِرِ يَوْمِ عِيْدِ الْفِطْرِ تَوْسِعَةً وَضِيَافَةً لِلْأَنَامِ. اَنْصِتُوْا وَاسْمَعُوْا  وَاَطِيْعُوْا رَحِمَكُمُ اللهُ، اَنْصِتُوْا وَاسْمَعُوْا وَاَطِيْعُوْا رَحِمَكُم اللهُ، اَنْصِتُوْا وَاسْمَعُوْا وَاَطِيْعُوْا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ 
(Terdapat berbagai macam versi bacaan. Bacaan ini diperoleh dari Alm. Kiai Mahmud Pondok Hidayatut Thulab Kamulan Trenggalek)
4. Saat Khatib menaiki mimbar, tongkat diserahkan ke khatib, lalu Bilal menghadap kiblat dan berdoa:
 اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ
اَللّٰهُمَّ قَوِّ اْلإِسْلاَمَ، مِنَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، وَانْصُرْهُمْ عَلَى مُعَانِدِ الدِّيْنَ. يَارَبِّ اخْتِمْ لَنَا مِنْكَ بِالْخَيْرِ، وَيَاخَيْرَ النَّاصِرِيْنَ بِرَحْمَتِكَ يَااَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
5. Kemudian Khatib melaksanakan khutbah pertama. Selesai khutbah, Khatib duduk sejenak, lalu Bilal membaca shalawat:
 اَللّٰـهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىٰ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىٰ اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
 6. Selesai duduk, Khatib melanjutkan khutbah kedua sampai selesai.
________
Semoga Bermanfaat


Senin, 22 April 2019

Lirik dan Makna Lagu Demokrasi karya Sujiwo Tejo

Banyak lagu-lagu gubahan Sujiwo Tejo yang unik dan estetik. Hal tersebut lantaran beberapa sebab. Pertama, nada yang khas. Kedua, penggabungan alat-alat musik modern dan klasik yang saling beriring berpilin membentuk irama. Dan ketiga, lirik-liriknya yang sangat dalam.

Salah satu dari sekian banyak lagu Sujiwo Tejo yang saya sukai, adalah Demokrasi. Lagu tersebut dinyanyikan dua orang (duet) dengan lirik berbentuk dialog. Nadanya serasa paduan antara tembang dolanan dan gending Jawa. Musiknya paduan antara primitif dan modern, dan yang paling asyik di tengah-tengah menjelang reff mulai terdengar iringan koor yang bertenaga gerak serentak teatrikal.