Kamis, 15 April 2021

Kemukjizatan Al-Qur'an

PENGETIAN I’JAZ AL-QUR’AN DAN MU’JIZAT

I’jaz berasal dari kata ‘ajaza yang berarti lemah atau melemahkan, kata ‘Ijaz Al-Qur’an mengandung arti: pengokohan al-Qur’an sebagai sesuatu yang mampu melemahkan berbagai tantangan untuk menciptakan karya sejenis. Dengan demikian, al-Qur’an sebagai mu’jizat bermakna bahwa al-Qur’an merupakan sesuatu yang mampu melemahkan tantangan menciptakan karya yang serupa dengannya.

Mu’jizat adalah suatu kejadian yang di luar dari kebiasaan disertai dengan tantangan, namun tantangan tersebut tidak mungkin dapat dipenuhi. Jadi, mu’jizat al-Qur’an adalah perkara yang menjadikan al-Qur’an melemahkan golongan yang memusuhi atau menantangnya. Sebagai bukti bahwa al-Qur’an adalah firman Allah bukan syi’ir atau sihir Nabi Muhammad saw, sebagaimana yang dituduhkan orang-orang kafir kepada beliau.

Sesuatu dapat dikatakan mu’jizat apabila memenuhhi beberapa persyaratan sbb:

1. Tidak ada seorangpun selain Allah yang dapat melaksanakannya

2. Di luar dari kebiasaan

3. Merupakn bukti kebenaran

4. Terjadi bersamaan dengan pengakuan seorang utusan Allah dan hanya terjadi pada

Rasul Allah, bukan manusia biasa.

Dalam hal ini al-Shuyuti membagi mukjizat menjadi dua macam, yaitu:

1. Mukjizat hissi, merupakan mukjizat yang dapat digapai melalui panca indra, yang ditujukan kepada manusia biasa yang tidak terbiasa menggunakan kecerdasan mereka. Misalnya, mukjizat Nabi Musa dengan tongkatnya yang ditujukan keepada Bani Israil.

2. Mukjizat ‘aqli, adalah mukjizat yang tidak mungkin dicapai melalui kekuatan panca indra, tetapi melalui kekuatan akal dan kecerdasan pikirannya.

a. Tujuan Ijaz Qur’an

I‟jaz merupakan kemampuan untuk menundukkan dan menunjukkan dirinya melebihi yang lainnya. Ketika istilah ini disematkan kepada Alquran, maka menuntut agar Kitab Suci yang dibawa oleh Rasulullah ini dapat menundukkan seluruh tulisan-tulisan yang pernah ada, sekaligus juga menobatkan Alquran menjadi Kitab paling mulia dan tidak terbantahkan. Adapun tujuan ijaz Qur’an dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Membuktikan bahwa Nabi Muhammad SAW yang membawa mukjizat kitab Al Qur’an itu adalah benar-benar seorang Nabi/ Rasul Allah.

2. Membuktikan bahwa kitab Al Qur’an itu adalah benar-benar wahyu Allah SWT, bukan buatan Malaikat Jibril, dan juga bukan tulisan Nabi Muhammad.

3. Menunjukkan kelemahan mutu sastra dan balaghah bahasa manusia, karena terbukti pakar-pakar pujangga sastra dan seni bahasa Arab tidak ada yang mampu menandingi Al Qur’an.

 b. Sejarah Ijaz Qur’an

Mahmud Syakir menjelaskan istilah i’jaz Qur’an dan mu‟jizat Al Quran dengan menekankan perhatian kepada awal munculnya kedua istilah ini. Pertama, istilah i‟jaz Quran dan mu‟jizat Nabi tidak terdapat baik dalam Al Quran maupun hadis Rasul SAW. Bahkan istilah ini juga tidak terdapat pada perkatan sahabat, juga tidak muncul dalam ungkapan-ungkapan tabi‟in. Istilah ini mulai muncul pada abad ke-3, kemudian berkembang dengan sangat pesat pada abad-abad selanjutnya hingga masa kita sekarang ini. Maka dikatakannya bahwa kedua istilah ini merupakan kata yang muhdas (kata jadian) dan muwallad (istilah baru yang dimunculkan).

Kedua, kata lainnya yang semakna dan menyertai kemunculan kata i‟jaz adalah at-tahaddil. Kata ini juga merupakan kata yang muhdats dan muwallad.  Tidak terdapat baik di dalam Alquran mau pun hadis Rasulullah, juga tidak terdapat pada perkatan para sahabat dan tidak ditemukan dalam ungkapan-ungkapan tabi‟in. Selanjutnya, i‟jaz Alquran menjadi istilah yang popular digunakan untuk mengusung pembicaraan seputar keunggulan Alquran selaku firman Allah yang diwahyukan kepada Rasulullah saw.

Di mulai pada abad ke-3, Ulama dan sarjana-sarjana muslim telah banyak membahas persoalan i‟jaz Alquran. Ibn Sayyar an-Nazzam, seorang teolog Mu‟tazilah menegaskan adanya sarfah (pengalihan) dalam kemampuan manusia untuk tidak mampu menandingi bahasa yang dipergunakan oleh Alquran. Teori ini menyatakan bahwa manusia sebenarnya memiliki kemampuan untuk meniru dan mengimitasi Alquran, baik dari sisi substansi mau pun redaksionalnya. Hanya saja, kemudian Tuhan melakukan intervensi kepada manusia dengan mengalihkan kemampuan tersebut sehingga menjadikannya tidak mampu meniru Alquran meskipun satu ayat saja.

Teori sharfah merupakan tempat pijakan an-Nazzam dalam menjelaskan ijaz Alquran. Maka dengan demikian an-Nazzam memandang bahwa i‟jaz Alquran tidaklah berada pada keunggulan ungkapan, struktur kalimat, maupun gaya bertutur, akan tetapi berada pada posisinya sebagai bahasa yang bersumber dari Tuhan. Dengan demikian, Alquran sebagai teks tidaklah berbeda dengan teks lainnya, keunggulannya terletak pada isi (content) yang dibawa dalam ungkapan al-Qur’an tersebut, baik sesuatu yang gaib pada masa sekarang atau pun akan datang, yang tidak dapat diketahui oleh manusia. Sedangkan Ali ibn Isa ar-Rummani, seorang teolog yang juga beraliran

Mu’tazilah berpendapat bahwa i’jaz Alquran terletak pada dua hal yang tidak dapat dipisahkan dari Alquran itu sendiri. Keduanya yakni; (1) status Alquran sebagai bahasa Tuhan dan (2) struktur serta gaya tutur atau stilistik yang dimiliki oleh Alquran itu sendiri. Ditambahkannya juga, i’jaz Alquran terletak pada harmoni yang menakjubkan antara statusnya sebagai firman tuhan dan gaya tutur yang digunakan, serta aspek-aspek linguistik lainnya yang tersusun dengan cermat di dalam Alqur’an.

Abu Bakar al-Baqillani, seorang ulama yang anti terhadap Mu‟tazilah menegaskan menegaskan bahwa i’jaz Alquran terkandung di dalamnya, dan bukanlah I‟jaz itu muncul dari intervensi Allah terhadap manusia berupa sharfah atau tindakan untuk mengalihkan bangsa Arab agar tidak mampu membuat yang semisal dengan Alquran (melakukan imitasi terhadap Alquran). Meski pun ia tidak menafikan keunggulan Alquran dalam mengungkap berita-berita gaib, akan tetapi al-Baqillani lebih menyoroti bahwa i‟jaz Alquran lebih jelas terlihat dari sisi kebahasan dan susunan kata-katanya. Akan tetapi, dalam hal ini al-Baqillani masih dipandang belum tuntas untuk menjelaskannya sehingga terlihat ia hanya mengungkap keindahan bahasa Alquran

Macam-macam Ijazul Qur’an

Dalam sebuah buku yang berjudul “Al-I’jaz fi Al Qur’ani fi wujuhil muktasyifah” macam-macam ijaz yang terungkap antara lain ijaz balaghi (berita mengenai hal ghaib), ijaz tasyri ( perundang- ndangan), ijaz ilmi, ijaz lughowi (keindahan redaksi Al Qur’an), ijaz thibby ( kedokteran ), ijaz falaky ( astronomi ), dan terakhir ijaz thabi’i ( fisika ).

a. Ijaz Balaghi

Sebagian ulama mengatakan bahwa salah satu mukjizat Al Qur’an adalah berita ghaibnya. Salah satu contoh berita ghaibnya kisah Fir’aun yang mengejar Nabi Musa AS, hal ini diceritakan dalam Q.S Yunus:92.

b. Ijaz Lughowi

Menurut Quraish Shihab didalam bukunya, memandang segi kemukjizatan pada tiga hal, diantaranya segi keindahan dan ketelitian redaksi Al Qur’an. Dalam Al Qur’an sendiri banyak dijumpai contoh keseimbangan dan keserasian diantara kata-kata yang digunakan, keseimbangan jumlah bilangan kata dan antonim, keseimbangan kata dengan sinonim atau makna yang dikandungnya, keseimbangan antara jumlah kata dengan jumlah yang menunjukkan akibatnta.

c. Ijaz Ilmi

Di dalam Al Qur’an Allah mengumpulkan beberapa macam ilmu. Jumlah ayat-ayat ilmi dalam Al Qur’an mencapai sekitar 750 ayat yang mencakup berbagai cabang ilmu pengetahuan. Beberapa mukjizat tersebut secara global adalah :

1. Ilmu Astronomi

 Q.S Nuh ayat 38-40

 Q.S Nuh ayat 16

 Q.S Al An’am ayat 125

2. Ilmu Geologi

 Q.S An Nazi’at ayat 30

 Q.S Az Zumar ayat 5

 Q.S An Naba’ayat 7

 Q.S Ar Ra’du ayat 41

3. Ilmu Gronomi

 Q.S Al Baqarah ayat 256

 Q.S Al Hijr ayat 22

d. Ijaz Tasyri

Dalam sejarah kehidupanya, manusia telah banyak mengenal berbagai macam doktrin , pandangan hidup, sistem perundang-undangan yang bertujuan membangun hakikat kebahagiaan individu didalam masyarakat. Namun tidak satupun daripadanya yang dapat mencapai seperti yang dicapai Al Qur’an dalam kemukjizatan tasyri nya.

Diantaranya hukum-hukum ini adalah masalah hutang-piutang Q.S Al Baqarah ayat 282, tentang makanan yang halal dan Haram Q.S An Nisa ayat 29, tentang sumpah Q.S An Nahl ayat 94, tenyang perintah memelihara kehormatan wanita Q.S Al Ahzab ayat 59, dan perkawinan Q.S An Nisa ayat 22, dan masih banyak lagi.

Segi-segi Ijaz Qur’an

1. Ijaz Qur’an dalam segi kebahasaan

Al qur'an datang ke Arab pada masa jaya - jayanya suatu bahasa. Bahasa yang disajikan dalam al qur'an mampu mengungguli kesastraan masyarakat jahiliah pada waktu itu. Hingga ketika al qur'an datang hendak menantang para sastrawan - sastrawan sombong masyrakat sombong jahiliyah yang menganggap bahwa al qur'an sebuah karya nabi muhammad. Tapi semua itu tak ada satupun hasil dari masyarakat jahiliah tersebut untuk mengungguli bahasa dalam al-qur'an.

Contoh dari aspek kemukjizatan al qur'an dari segi bahasa adalah Majas dalam al qur'an. Majas adalah Sebuah gaya bahasa. Dalam agama islam majas masuk dalam bahasa ilmu bayan. Di antara contoh majas di dalam al qur'an (Q. S ibrahim:1)

 Artinya; Alif, laam raa. (ini adalah) kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji. (QS.Ibrahim:1)

Maksud dari kata لمت ظ ال dan نور ال dalam ayat tersebut, bukanlah bermakna gelap dan cahaya, sebagaimana makna yang ada dalam kamus, tetapi kesesatan dan petunjuk.

2. Ijaz Qur’an dalam segi peristiwa masalalu

Kemujizatan Al Qur‟an tentang peristiwa masalalu, dapat ditemukan pada kemampuan Al-Qur‟an mengungkap peristiwa pada masalalu. Misalnya saja tentang jasad fir'aun yang diselamatkan. Maksud kami tentang jasad fir'aun yang diselamatkan adalah ketika peristiwa Fir'aun mengejar nabi musa dan terjadilah tengelam nya fir'aun dilaut merah. Dalam tragedi tersebut al qur'an menyatakan bahwa tubuh fir'aun diselamatkan dalam artian tidak hancur, karena akan menjadi pelajaran umat manusia setelahnya. Allah Swt. Berfirman dalam. Q. S Yunus [10] : 90- 92 menyatakan bahwa.

Dan kami memungkinkan Bani Israil melintasi laut. Mereka pun diikuti oleh Fir’aun dan tentaranya, karena mereka hendak menganiaya dan menindas (Bani Israil). Ketika Fir’aun telah hampir tenggelam, berkatalah dia, “Saya percaya bahwa tidak ada tuhan melainkan Tuhan yang disembah oleh Bani Israil dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada-Nya).”

(Allah menyambut ucapan Fir’aun ini dengan berfirman), “Apakah sekarang (baru kamu percaya) padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu dan hari ini Kami selamatkan badanmu, supaya kamu menjadi pelajaran bagi (generasi) yang akan datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami”.

Kejadian diatas tadi memunculkan bukti -bukti kebenaran akan tidak hancurnya jasad fir'aun setelah lewat dari 3000 tahun yang lalu. Dan ditahun itu jasad firaun ditemukan dengan keadaan tidak hancur. Sekarang mayat fir'aun bisa ditemui di musium kairo.

3. Ijaz Qur’an dalam segi peristiwa masa yang akan datang

Di dalam Al Qur‟an terdapat beberapa ayat yang menyatakan sesuatu yang akan datang. Diantaranya ialah ayat-ayat yang berbicara tentang kemenangan Kerajaan Bizantiun terhadap Kerajaan Persia, tentang kemenangan para sahabat nabi Muhammad dalam perang Badar dan tentang masuknya nabi dan para pengikutnya kedalam Masjidil Haram. Semua prediksi ini terbukti benar.

Tentang kemenangan Kerajaan Bizantiun terhadap Kerajaan Persia, dapat dilihat dalam Q.S Al-Rûm [30]:1-5, yang artinya:

Alif Lâm Mîm (1) telah dikalahkan bangsa Romawi (2) di negeri yang terdekat; dan mereka setelah dikalahkan itu akan menang (3) dalam beberapa tahun (antara tiga sampai sembilan tahun ). Bagi Allah ketetapan urusan sebelum dan sesudah (mereka menang), dan di hari (kemenangan ) itu orang-orang Mukmin bergembira (4) karena pertolongan Allah. Allah menolong siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Dia Mahaperkasa lagi Maha Penyayang (5)”.

Prediksi Al Qur‟an yang dipandang sebagai kebenaran Al Qur‟an tentang peristiwa yang akan datang, dapat dilihat dari kemenangan kembali Kerajaan Romawi dalam pertempuran melawan Kerajaan Persia. Pada tahun 602 M. Kisra II sebagai Kaisar Kearjaan Persia, tidak lama sebelum Nabi Muhammad dilantik menjadi rasul, menyerang Kerajaan Romawi di mana lascar Romawi digilas habis oleh laskar Persia. Namun setelah itu, dunia Kristen bangkit membantu Romawi dan hanya dalam waktu sembilan tahun dari kekalahannya, Romawi berhasil kembali menghancurkan Kerajaan Persia, yang mana kemenangan mutlak Romawi tercapai pada tahun 627 M. Setelah Kisra II dibunuh oleh anak kandungknya sendiri. Ayat tersebut turun pada tahun 616 M. ketika Rasulullah berhijrah ke Madinah, yaitu 7 tahun setelah sudah ramalan Alquran.

Tentang kemenangan umat Islam dalam perang Badar, Alquran surah Al-Qamar [54]: 44- 46 berikut, yang artinya :

Atau Apakah mereka mengatakan: "Kami adalah satu golongan yang bersatu yang pasti menang." Golongan itu pasti akan dikalahkan dan mereka akan mundur ke belakang. Sebenarnya hari kiamat Itulah hari yang dijanjikan kepada mereka dan kiamat itu lebih dahsyat dan lebih pahit.

Menurut Ibn „Abbâs dalam Haytû (1989:16), ayat ini telah diwahyukan kepada Nabi Muhammad di Mekah tujuh tahun sebelum perang Badar terjadi . Pada masa turunnya wahyu, jumlah umat Islam sangat sedikit. Mereka diperlakukan secara kejam oleh kaum kafir. Mereka ditekan bukan saja dalam hal perekonomian, tetapi juga hal perlakuan fisik. Banyak di antara mereka yang dibaikot melakukan perdagangan; banyak pula yang diperlakukan secara kejam.

Bahkan banyak yang dibunuh secara sadis. Memperhatikan situasi ini, Nabi mengatakan kepada kaum kafir: “Sungguh-sungguh, saya akan datang untuk membunuh kalian“. Selanjutnya, Allah mewahyukan kepada Muhammad ayat tersebut di atas, Ibn Abî Hâtim memberikan informasi kepada kita bahwa „Ikrima melaporkan bahwa ketika ayat tersebut diwahyukan, „Umar berkata:

kelompok mana yang akan dikalahkan?” „Umar selajutnya ketika perang Badar terjadi, saya melihat nabi mengenakan terompah sambil membaca ayat tersebut.

Tentang masuknya Nabi dan sahabatnya ke Mekkah Adapun tentang masuknya nabi dan para sahabat ke Mekah Al Qur‟an surah Al-Fath [48]:27 menyebutkan, yang artinya:

Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada Rasul-Nya, tentang kebenaran mimpinya dengan sebenarnya (yaitu) bahwa Sesungguhnya kamu pasti akan memasuki Masjidil haram, insya Allah dalam Keadaan aman, dengan mencukur rambut kepala dan mengguntingnya, sedang kamu tidak merasa takut. Maka Allah mengetahui apa yang tiada kamu ketahui dan Dia memberikan sebelum itu kemenangan yang dekat.

Ayat ini menginformasikan bahwa sebelum nabi berangkat ke Madinah untuk perjanjian Hudaibiyah pada pada tahun ke-6 Hijriah, ia telah bermimpi bahwa ia dan para sahabatnya, akan memasuki Mekah dengan aman. Ketika para sahabat mendengar hal ini, mereka sangat senang, dan percaya bahwa mereka akan mencapai Mekah pada tahun itu. Akan tetapi, ketika mereka kembali dari pembicaraan perdamaian Hudaibiyah antara nabi sebagai wakil dari kaum Muslimin, dan Suhayl ibn „Amr sebagai wakil dari kaum Quraisy, pejanjian tersebut menjadikan beberapa orang dari kaum Muslimin tidak senang. Oleh karena itu, „Umar mendatangi Abû Bakr dan yang lainnya untuk menanyakan alasan-alasan kesepakatan itu yang menurut dia, memuat persyaratan-persyaratan yang tidak disetujui oleh Islam dan kaum Muslimin .Abû Bakr kemudian berkata kepada: “Apakah nabi memberitahukan kamu bahwa kamu akan memasuki Mekah tahun ini ? „Umar menjawab, “Tidak”. Abû Bakr menjawab, Sungguh, kamu akan memasuki Mekah dan akan melakukan tawaf di sana. Sekarang kita mengetahui bahwa bulan Zulkaidah tahun itu, mimpi nabi masuk ke Mekah akhirnya menjadi kenyataan. Ketiga contoh kebenaran informasi Alquran tentang peristiwa yang akan terjadi pada masa yang akan datang, menunjukkan bahwa Alquran adalah wahyu dari Allah swt.

Sebagai kesimpulan dari tulisan ini dapat dikemukakan bahwa Alquran adalah kitab suci yang benar-benar merupakan wahyu dari Allah swt. Hal ini dapat dilihat dari tantangan Alquran terhadap orang- orang yang ingin menandingi struktur kebahasaan Alquran. Bahkan bukan saja dari aspek kebahasaan, Alquran juga sarat dengan informasi tentang peristiwa masa lampau, seperti jasad Fir‟aun yang diselamatkan oleh Allah sebagai tanda kemukjizatan Alquran bagi umat manusia di sepanjang. Dan peristiwa yang akan terjadi pada masa yang akan datang seperti kemenangan kekaisaran Bizantiun atas kekaisaran Persia; tentang kemenangan umat Islam dalam perang Badar, dan tentang masuknya nabi ke Mekah setelah melakukan perjanjian Hudaibiyah, untuk melakukan fath al-Makkah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar