Pada 25 November 2005 lalu secara resmi UNESCO yaitu sebuah organisasi pendidikan, keilmuwan, dan kebudayaan PBB mengakui keris sebagai salah satu warisan dunia tidak benda atau Intangible Culturan Heritage. Maksudnya adalah bahwa yang diakui Unesco bukanlah bendanya, namun nilai-nilai luhur yang terkandung secara tersirat (intangible) dapat diajarkan secara lisan kepada siapa saja.
Keris adalah senjata tradisional yang menyimpan ajaran kebajikan hidup. Ajaran-ajaran tersebut disisipkan mulai dari bahan yang digunakan (kombinasi besi, baja, dan meteorit atau nikel), dapur keris (bentuk keseluruhan), ricikan keris (unsur-unsur yang membentuk dapur kesir), dan pamor keris (motif meteorit atau nikel pada besi dan baja dalam bilah keris).
Selain dalam keris, budaya masyarakat Jawa juga menyisipkan ajaran-ajaran tentang kehidupan pada benda-benda yang dipakainya, seperti setiap detail desain rumah dan pakaian yang digunakan. Ajaran-ajaran tersebut ditulis dalam bentuk simbol-simbol yang estetis. Kita sebagai generasi penerus peradaban luhur ini sudah selayaknya membaca ajaran-ajaran mulia tersebut untuk pegangan dalam menjalani kehidupan.
Dari segi bahan yang digunakan, keris memiliki ajaran hidup tentang penciptaan. Bahan batu meteor sebagai pembentuk utama pamor mencerminkan sosok ibu, sedangkan bahan besi sebagai bahan utama bilah mencerminkan sosok ayah. Menyatunya besi dan pamor dalam bilah mencerminkan titik awal munculnya makhluk hidup.
Selain pada bahan yang digunakan, filosofi penciptaan juga terkandung dalam dua bagian utama keris yaitu bilah dan gonjo. Bilah melambangkan lingga yang memiliki makna maskulinitas (laki-laki), sedangkan gonjo melambangkan yoni yang memiliki makna feminitas (perempuan). Bersatunya laki-laki dan perempuan adalah awal sebuah penciptaan.
Selain dari segi bahan yang digunakan, ajaran-ajaran kebajikan hidup juga diajarakan dalam pamor keris, dapur keris, dan ricikan sebagai unsur pembangun dapur itu sendiri. Dalam kesempatan ini akan dijelaskan secara detail makna-makna filosofis pada ricikan keris.
Ricikan bagian atas keris. Sumber: https://sites.google.com/site/seputartosanaji/ |
Ricikan bagian bawah keris. Sumber: https://sites.google.com/site/seputartosanaji/ |
1. Sirah Cecak
Sirah Cecak melambangkan kepala manusia yang disebut Betal Jemur (rumah kemakmuran) adalah simbol dari segala asal muasal segala kesenangan dan kebahagiaan manusia. Dari sini dapat kita pahami bahwa kebahagiaan sebenarnya dapat kita kontrol melalui pikiran. Meski letak kebahagiaan adalah rasa yang berada dalam hati, namun tetap kendali utama oleh pikiran.
2. Tikel Alis
Tikel Alis memiliki arti bertemunya alis. Ketika seorang dalam keadaan awas dan waspada maka pandangannya bertumpu pada titik di tengah kedua alis. Makna yang terkandung di dalamnya adalah bahwa dalam hidup harus selalu waspada. Kita tidak boleh lengah sedikitpun mulai dari hal yang kecil, seperti lengah dalam pemanfaatan waktu.
3. Sekar Kacang
Sekar Kacang memiliki karakter melingkar menunduk ke bawah memiliki makna kerendahan hati. Seseorang dalam hidupnya selayaknya rendah hati, karena sesungguhnya apa yang dimilikinya, kelebihan-kelebihan yang melekat padanya, kesemua itu adalah titipan ilahi. Semua akan musnah bersama masuknya jasad ke dalam liang lahat.
4. Lambe Gajah
Lambe Gajah menggambarkan mulut atau lisan manusia merupakan simbol dari ajaran untuk selalu hati-hati dalam berucap. Ucapan yang keluar dari sesuatu yang lembek dan lentur, namun jika tidak tepat dapat berakibat fatal. Ucapan yang berupa suara keluar dari mulut akan didengar oleh telinga kemudian diteruskan ke dalam pikiran. Di dalam pikiran ini makna dari suara tersebut dioleh dan memunculkan respon yang dapat melebihi dari makna itu sendiri.
5. Greneng
Greneng adalah ricikan bentuk aksara 'dha' dua kali, sehingga akan terucap dhadha. Dhadha bahasa Jawa artinya adalah dada dalam bahasa Indonesia. Dada melambangkan kejujuran, karena sejatinya kejujuran bersumber dari hati yang letaknya di dalam dada.
6. Gandhik
Gandhik secara bahasa berarti batu silinder untuk menggerus atau menumbuk sesuatu. Gandik dalam keris seperti bersandar pada bilah, bahkan terdapat gandhik yang mboto rubuh atau bersandar bilah dengan kecondongan tertentu, hal sebagai simbol kepasrahan seorang hamba pada pencipta.
7. Sogokan
Sogokan bermakna selalu ingin mengetahui tentang kebenaran sejati sampai sedalam dalamnya , jadi manusia harus mengungkapkan tentang kebenaran bukan hanya tahu sebatas kulit luarnya saja..
8. Bungkul
Bungkal adalah ricikan keris yang berada di atas gonjo bagian tengah yang menguncup ke atas sebagai perlambangan tekad yang bulat. Di saat seseorang telah memiliki cita-cita, maka sudah seharusnya mendayagunakan usahanya untuk mencapainya.
9. Sraweyan
Sraweyan secara bahasa berarti bergerak-gerak melambai merupakan lambang bagi watak manusia yang selalu ingin mencari kesalahan orang lain. Hal ini harus dihindari, dan diarahkan untuk mencari kesalahan sendiri sebagai bahan untuk intropeksi diri.
10. Kruwingan
Kruwingan merupakan simbol dari tubuh fisik manusia yang harus dijaga dengan baik karena merupakan titipan dari Tuhan.
11. Pijetan/blumbangan
Pijetan atau Blumbangan adalah simbol dari ibu jari yang menggambarkan kekokohan semangat yang menjadi penyangga kehidupan. Blumbangan juga memiliki makna bahwa manusia harus bisa legowo, dapat menampung dan menerima segala persoalan kemudian dicarikan jalan keluarnya.
12. Wadidang
Wadidang adalah bagian ricikan keris yang berada di atas greneng. Secara filosifi bermakna patuh terhadap guru. Manusia dalam hidup harus memiliki seorang guru yang menunjukkan pada jalan kebaikan. Guru harus dipatuhi karena semua apa yang disampaikannya pasti untuk kebaikan muridnya.
13. Tungkakan
Tungkakan menggambarkan semangat pantang menyerah yang selalu menuju ke atas kepada kebaikan. Menyangkut ricikan keris yang lebih detil, sebenarnya juga dibuat dengan landasan kepasrahan kepada Dzat Pencipta yang Maha Agung. Mengabdi dan menyembah kepada Sang Pencipta. Seperti yang sudah dipahami selama ini bahwa pesi merupakan simbol lelaki.
14. Gonjo
Gonjo adalah simbol perempuan, maka wilah atau bilah keris merupakan lambang panembah jati kepada Tuhan.
15. Wilah
Wilah yang meruncing ke atas, menyiratkan bahwa manusia harus selalu mengerucut ke atas, menyiratkan bahwa manusia harus selalu mengerucut olah batin-nya menuju kepada cahaya Allah yang terang benderang. Sementara sisi tajam di samping kanan-kiri bilah menyiratkan bahwa dalam menyembah harus menggunakan tatanan lahir dan batin atau syariat dan ma’rifat.
16. Ada-ada
Ada-ada adalah ricikan yang membentuk garis tengah dari atas sogokan menuju ke ujung keris adalah peringatan agar manusia dalam bertindak harus selalu berhati-hati. Ini artinya perilaku manusia menjadi hal yang utama.
17. Lis atau Gusen
Lis atau Gusen merupakan pengambaran hawa nafsu.
18. Bungkul
Bungkul adalah lambang tekad yang sudah bulat. Tekad untuk menyelesaikan semua pekerjaan dengan baik atau tekad untuk mencari ilmu yang bermanfaat. Dalam kebulatan tekad itu, manusia juga harus memiliki landasan batin yang luas yaitu kesediaan untuk memaafkan kesalahan orang lain dan dirinya sendiri. Landasan ini dilambangkan dalam atau yang Blumbangan Pejetan berarti kesabaran.
19. Janur
Janur adalah ricikan yang terletak di antara sogokan merupakan nasehat agar manusia mesti bersifat luwes dan tidak kaku. Sebagai makhluk yang selalu menyembah kepada Allah SWT, manusia harus bersikap toleran kepada sesamanya-termasuk dalam perbedaan beragama. Selain itu sifat luwes akan memudahkan seseorang untuk menghadapi berbagai rintangan dalam hidupnya.
20. Greneng
Greneng berbentuk huruf Jawa "dha" dua kali sehingga dapat dibaca "dhadha" bisa diartikan kejujuran. Seperti ada ungkapan lama : iki dadaku, endi dadamu? (ini dadaku, mana dadamu?), maka greneng melambangkan orang yang bicaranya selalu jujur dan terus terang.
21. Thingil
Thingil memberi gambaran agar manusia itu mesti rendah hati dan tak suka pamer. Bila memiliki kelebihan ilmu, seharusnya tak perlu ditonjol-tonjolkan, karena kalau memang berilmu, nantinya juga akan dikenal orang lain.
22. Sogokan
Sogokan mencerminkan tetang seseorang yang selalu ingin mengetahui tentang kebenaran sejati. Jadi manusia diharuskan untuk mengungkapkan tentang kebenaran, bukan hanya sekadar tahu sebatas kulit luarnya saja. Namun dalam mencari dan mencoba mengungkapkan kebenaran itu, manusia harus selalu waspada-berhati-hati agar tak merugikan manusia lain yang tak bersalah.
23. Panetes
Panetes merupakan bagian ujung keris yang lancip adalah simbol dari penyembahan kepada Tuhan yang maha kuasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar