Selasa, 10 Juni 2025

Cara Berkomunikasi Dengan Anak

Memperlakukan anak tidak semudah yang kita kira. Kadang orang tua kurang tepat dalam meletakkan sikap dan perilakunya kepada anak. Kenapa demikian? karena setiap masa tumbuh kembang anak membutuhkan sikap dan perlakuan yang berbeda. Misalnya ketika anak beranjak remaja maka cara orang tua dalam memperlakukan anak juga harus berubah. Ketika anak masih kecil, orang tua yang mengerjakan semua hal, namun saat anak mendekati usia remaja, mereka harus diberi kesempatan untuk mengerjakan tugas-tugas mereka sendiri. Hal ini dapat berpengaruh terhadap perkembangan pemikiran anak, sekaligus sebagai pendidikan mereka untuk menjadi anak yang mandiri.

Orang tua juga harus menjelaskan kepada anak hal-hal yang baik maupun hal-hal yang buruk. Orang tua juga bertanggungjawab untuk mendidik dan menanamkan kemandirian kepada anak. Untuk membentuk anak menjadi orang dewasa yang bertanggungjawab, maka anak harus mendapatkan pengetahuan dan wawasan tentang nilai-nilai hidup. Di dalam diri anak juga perlu ditanamkan kemampuan memotivasi diri, kemampuan untuk memanfaatkan waktu dengan baik, penanaman nilai-nilai positif, kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain, dan lain sebagainya. Sehingga orang tua tetap harus menjalin komunikasi yang baik dengan anak.

Jalinan komunikasi antara anak dan orang tua sering mendapat kendala, terutama ketika anak mulai remaja. Pada fase ini anak lebih percaya kepada orang lain, seperti teman dan guru daripada orang tua. Saat anak mulai dewasa, ia mulai mengembangkan rasa diri dan identitas pribadi. Identitas ego akan selalu berubah karena pengalaman dan informasi baru yang diperoleh dari interaksinya setiap hari dengan orang lain. Pada saat ini peran orang tua lebih bersikap sebagai konsultan dan memberikan berbagai pilihan beserta konsekuensinya. Oleh karena itu komunikasi antara orang tua dengan anak harus berjalan dengan baik. Terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan orang tua untuk menjalin komunikasi dengan anak, yaitu:

1. Memilih waktu yang tepat, yaitu saat anak dalam suasana hati yang baik

Berkomunikasi secara serius dengan anak harus pada saat yang tepat. Hal ini dapat dilakukan saat kondisi hati anak senang dan tidak stres, sebelum tidur, saat beraktifitas bersama, saat makan bersama, saat mereka tertarik untuk berbicara, dan saat anak butuh bantuan dan dukungan emosional.

2. Mendengarkan anak

Mendengarkan anak dengan baik adalah kunci dalam membangun hubungan yang kuat dan saling percaya. Mendengarkan anak dapat dilakukan dengan perhatian penuh dan penuh empati. Berikan kesempatan kepada anak untuk berbicara dan berikan respon dengan cepat.

3. Berbicara dengan bahasa yang sesuai

Berbicara dengan anak menggunakan bahasa yang sesuai melibatkan penggunaan kalimat sederhana, jelas, dan positif, serta menghindari bahasa bayi dan kata-kata negatif. Penting juga untuk memberikan perhatian penuh, mendengarkan dengan seksama, dan memberikan respons positif terhadap upaya anak dalam berbicara. 

4. Menghindari respon yang berlebihan

Menghindari respon berlebihan saat berbicara dengan anak dapat membantu membangun komunikasi yang lebih efektif dan sehat. Ini berarti tidak terlalu emosional atau berlebihan dalam merespon apa yang dikatakan anak, tetapi tetap memberikan dukungan dan perhatian.

Menghindari respon berlebihan dapat dilakukan dengan mendengarkan dengan seksama yaitu memberikan perhatian penuh pada apa yang dikatakan anak dan coba pahami maksudnya, menggunakan bahasa yang sederhana dengan menghindari bahasa yang rumit atau teknis yang mungkin tidak dipahami anak, memberikan respon yang positif dan mendukung dengan menunjukkan bahwa anak didengarkan dan dihargai, misalnya dengan tersenyum, mengangguk, atau memberikan pujian.

Tidak terlalu emosional juga penting untuk menciptakan respon yang tidak berlebihan yaitu dengan menghindari berteriak atau menunjukkan rasa cemas berlebihan saat anak bercerita. Berikutnya memberi kesempatan anak untuk berbicara dengan cara tidak memotong pembicaraan anak dan biarkan mereka menyelesaikan apa yang ingin mereka sampaikan. Fokus pada apa yang dikatakan anak dan tidak terburu-buru untuk memberikan nasihat atau solusi, tetapi biarkan anak menyampaikan apa yang mereka pikirkan dan rasakan.

menggunakan bahasa tubuh yang positif dengan menatap mata anak dengan hangat, tersenyum, dan tunjukkan bahwa Anda mendengarkan dengan penuh perhatian. Memberikan contoh perilaku yang baik. Saat menegur anak, berikan contoh perilaku yang lebih baik daripada hanya mengatakan "jangan" atau "tidak".

Jika anak berbicara kasar atau kurang sopan, jangan bereaksi berlebihan sampaikan dengan tenang bahwa perilaku itu tidak baik dan berikan penjelasan dengan bahasa yang sederhana. Jika anak mengalami kesulitan berbicara, jangan memaksa mereka dengan memberikan stimulasi yang positif dan bantu mereka untuk berbicara dengan cara yang lebih nyaman

5. Tetap tegas tanpa amarah

Tegas dan marah kadang kala terlihat sama. Namun kedua hal tersebut sebenarnya sagat berbeda. Sikap tegas adalah sikap yang menunjukkan ketegasan berdasarkan alasan yang logis, dengan mempertimbangkan akibatnya. Adapun marah lebih pada emosi negatif yang muncul karena tidak suka atau jengkel dan bersifat spontan tanpa memperhitungkan akibatnya.

Dalam menjalin komunikasi dengan anak, hendaknya orang tua bersikap tegas, dan tidak plin-plan. Terlebih menyangkut keputusan-keputusan yang berkaitan dengan anak. Orang tua yang tegas dan kosisten dengan apa yang diucapkan maupun yang diputuskan dapat meneguhkan hati anak untuk mengikuti dan menaatinya.

6. Menghargai perbedaan pendapat

Menghargai pendapat anak berarti menerima dan mendengarkan dengan serius apa yang mereka katakan, meskipun mungkin berbeda dengan pendapat kita. Ini penting untuk membangun kepercayaan, meningkatkan kemampuan komunikasi, dan membantu anak merasa dihargai.

Rabu, 21 Mei 2025

Asyiknya Kuliah di Jurusan Sejarah

Melanjutkan studi ke jenjang perguruan tinggi merupakan salah satu privilege bagi sebagian kecil remaja di Indonesia. Menurut data BPS, pada Maret 2023 hanya 10,15% dari penduduk Indonesia yang menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi. Sudah selayaknya untuk bersyukur bagi kita yang diberikan kesempatan untuk melanjutkan studi ke jenjang tersebut.

Melakukan pembelajaran di depan Gerbang situs Ratu Boko

Namun, kesempatan belajar di perguruan tinggi dapat menjadi bumerang bagi kita ketika kita salah menentukan disiplin ilmu yang bakal kita tekuni. Kesalah pilih jurusan atau program studi tersebut sering dialami oleh mahasiswa disebabkan oleh tidak adanya tujuan ke depan saat menentukan pilihan Prodi. Dapat juga terjadi karena minimnya pengetahuan tentang Prodi-Prodi di perguruan tinggi.

Ketika mahasiswa mengalami "salah jurusan", ia akan kehilangan kenikmatan dalam proses belajar. Hal itu akan menyebabkan tidak adanya semangat juang untuk belajar dengan baik. Untuk menghindari hal tersebut, calon mahasiswa hendaknya mencermati Prodi yang akan dipilihnya. Hal itu dapat dilakukan dengan survey atau berkunjung langsung ke kampus, mencari informasi melalui laman resminya, atau dapat juga bertanya kepada teman yang sedang studi di perguruan tinggi.

Proses Pembelajaran di Museum Trowulan

Tulisan ini akan menjelaskan salah satu alternatif pilihan Prodi di perguruan tinggi, yaitu Prodi Sejarah. Kuliah di prodi sejarah menawarkan kesenangan yang unik, yaitu kesempatan untuk menyelami berbagai peristiwa sejarah dan memahami konteksnya. Kita akan belajar tentang peradaban, budaya, ekonomi, politik, dan berbagai aspek kehidupan manusia di masa lalu. Berikut beberapa keasyikan yang dapat dirasakan saat kuliah di prodi sejarah:

Menjelajahi Masa Lalu:

Di Prodi sejarah, kita akan belajar tentang berbagai peristiwa sejarah, mulai dari zaman kuno hingga zaman modern, dan bagaimana peristiwa-peristiwa tersebut membentuk dunia kita saat ini. Saat membaca buku-buku sejarah, jiwa kita seakan berjalan-jalan ke masa lalu, merasakan bagaimana kehidupan orang-orangnya, keadaan alamnya, dan budaya-budaya yang mungkin sudah tidak dapat kita jumpai pada saat ini.

Di depan candi Sanggrahan

Memperluas Pemahaman:

Di Prodi sejarah kita akan belajar untuk menganalisis peristiwa sejarah, memahami penyebab dan akibatnya, dan menarik pelajaran dari masa lalu. Saat kita melihat suatu kejadian dalam sejarah secara mendalam, kita mencoba memahami bagaimana peristiwa itu terjadi, siapa yang terlibat, latar belakang sosial, politik, ekonomi, atau budaya pada masa itu, dan bagaimana peristiwa tersebut berkembang.

Dosen sedang menjelaskan arti dan makna setiap sudut Candi

Perkembangan peristiwa tersebut pasti memiliki faktor-faktor pendorong yang memunculkan dampak tertentu baik dalam jangka pendek atau panjang. Dengan mengetahui sebab akibat tersebut kita dapat mengambil pelajaran untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama, dan bisa mengambil nilai-nilai positif dari pengalaman masa lalu. Sejarah memberikan cermin bagi kehidupan masa kini dan masa depan

Menemukan Keterkaitan antar Peristiwa:

Kita akan melihat bagaimana peristiwa sejarah saling berkaitan dan membentuk sejarah yang lebih luas. Peristiwa-peristiwa sejarah tidak berdiri sendiri atau terjadi secara terpisah. Sering kali, satu peristiwa berkaitan erat dengan peristiwa lain, baik sebagai penyebab, lanjutan, atau konsekuensi. Dengan memahami keterkaitan antar peristiwa, kita dapat melihat gambaran besar alur sejarah secara menyeluruh. Kita dapat mengetahui bagaimana dunia bekerja.

Mahasiswa belajar langsung di pelataran Candi Plaosan

Menghargai Keberagaman:

Kita akan mempelajari berbagai budaya, tradisi, dan sistem nilai dari berbagai masyarakat di seluruh dunia. Peribahasa mengatakan, "lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya", setiap tempat memiliki ciri khas budayanya dan begitu juga dengan setiap jaman memiliki keunikan dan kekhasan dalam budaya, ekonomi, dan politiknya.

Proses pembelajaran di area situs Goa Pasir

Dengan belajar sejarah berbagai negara dengan berbagai jaman yang berbeda kita dapat mengumpulkan pengetahuan dan pemahaman akan budaya yang sangat beragam. Budaya-budaya tersebut terbentuk dari pengaruh situasi dan lingkungan saat itu. Pengetahuan-pengatahuan ini dapat membuka cakrawala pengetahuan kita, sehingga dapat membentuk kepribadian yang lebih toleran dan mudah menghargai perbedaan.

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis:

Sumber utama sejarah dapat berupa dokumen tertulis, artefak, prasasti, dan sumber lisan. Dari sekian bentuk sumber-sumber ini tidak dapat secara langsung bercerita membentuk sejarah yang sempurna, akan tetapi pasti terdapat celah-celah dan lubang-lubang yang harus kita analisis dan tafsirkan sehingga dapat menggambarkan masa lalu dengan lebih akurat.

Mahasiswa Sejarah Peradaban Islam UIN SATU belajar arkeologi di teras Candi Kalasan

Proses tersebut mebutuhkan kejelian dan kecermatan, menggabungkan data, logika, dan imajinasi sehingga mempertajam pemikiran. Hal tersebut dapat melatih dan menigkatkan kemampuan berpikir kritis, yaitu kemampuan untuk menganalisis, mengevaluasi, dan menilai informasi atau argumen secara logis, objektif, dan mendalam sebelum mengambil kesimpulan atau keputusan. Kita akan belajar untuk berpikir analitis, mengkritik informasi, dan membuat kesimpulan yang didukung oleh bukti.

Melatih Kemampuan Komunikasi:

Hasil riset-riset sejarah tidak hanya sebagai pengisi rak-rak perpustakaan, akan tetapi harus didesiminasikan dan disebarluaskan untuk dapat dibaca masyarakat luas. Hal tersebut menuntut kita untuk belajar bagaimana menyampaikan informasi sejarah secara jelas dan menarik, baik secara tertulis maupun lisan. Penyampaian sejarah dalam bentuk tulis maupun lisan dapat meningkatkan kemampuan komunikasi kita.

Dosen sejarah mengisi liburan dengan melakukan pendakian ke Candi Dadi

Memperluas Prospek Karir:

Lulusan sejarah memiliki berbagai pilihan karir, mulai dari menjadi guru, peneliti, jurnalis, hingga bekerja di museum, lembaga pemerintah, dan berbagai bidang lainnya. Untuk menjadi guru, meskipun dari Prodi sejarah dapat berprofesi sebagai guru. Hal itu dapat didukung dengan mengikuti Program Profesi Guru (PPG). Untuk menjadi jurnalis juga sangat mumpuni, karena mahasiswa sejarah sudah terlatih untuk menyampaikan gagasan secara verbal melalui lisan maupun tulis. 

Pembelajaran di halaman Candi Bajang Ratu

Lulusan sejarah juga sangat berkompeten dengan profesi jual beli barang antik, karena juga akan mendapatkan wawasan sejarah micro yang mempelajari hal-hal peristiwa atau kisah-kisah kecil dalam sejarah yang di dalamnya mencakup benda-benda dan peralatan yang digunakan pada masa lalu. Dengan wawasan tersebut lulusan sejarah dapat bercerita lebih banyak tentang benda-benda antik sehingga menambah nilai historisnya yang juga dapat menambah nilai jualnya.

Memperoleh Pengetahuan yang Bermanfaat:

Pengetahuan sejarah dapat membantu kita memahami dunia di sekitar, membuat keputusan yang lebih baik, dan menjadi warga negara yang lebih bertanggung jawab. Pengetahuan yang kita dapatkan dari setiap jaman memberikan kita lebih banyak pengalaman hidup, dengan mengambil setiap hikmah dari setiap peristiwa yang kita pelajari dalam sejarah.

Belajar di area pertapaan Goa Selomangleng Tulungagung

Menikmati Suasana Akademis:

Belajar sejarah, kita tidak cukup hanya belajar di dalam kelas, akan tetapi kita harus turun ke lapangan untuk mencari data sebagai sumber sejarah. Kita akan berhadapan langsung dengan situs-situs cagar budaya, seperti candi, prasasti, dan lain sebagainya. Kita akan belajar lebih detail mengenai bentuk, fungsi, dan makna dari setiap cagar budaya yang kita pelajari. Kesenangan dan keasyikan belajar langsung ke sumber sejarah cagar budaya tidak hanya pada saat kita sampai pada tempanya, namun  juga pada perjalanannya menuju ke sana.

Dosen sedang memaparkan denah area Situs Goa Pasir

Kalian juga akan menemui tokoh-tokoh sepuh (yang dituakan) dari sebuah masyarakat yang dianggap memiliki pengetahuan sejarah di setiap wilayah untuk melakukan wawancara ketika melalukan riset.  Kita akan mendapatkan suasana yang berbeda dari perbincangan dengan tokoh-tokoh tersebut.

Minggu, 04 Mei 2025

Menciptakan Lingkungan Layak Anak

Dewasa ini pola hidup bermasyarakat menjadi semakin absurd dan kacau. Masyarakat tidak lagi dapat membedakan hal-hal yang seharusnya dilihat, didengar, dan dilakukan, sesuai dengan usia dan tingkat kedewasaan seseorang. Berbagai hal yang seharusnya dikonsumsi oleh orang dewasa, dapat dengan bebas dipakai dan dinikmati oleh anak-anak. Begitu juga banyak hal yang seharusnya hanya dilakukan oleh orang dewasa, bebas dilakukan oleh anak-anak.

Tontonan dan dedengaran yang beredar di masyarakat, yang seharusnya hanya dapat dikonsumsi oleh orang dewasa, sekarang dapat dengan leluasa ditonton dan didengar oleh anak-anak. Misalnya saja lagu-lagu dengan lirik-lirik sensual diputar berulang kali di sekitar anak, hingga lirik tersebut masuk ke dalam alam bawah sadar mereka. Hal ini dapat berdampak pada perkembangan psikologis bagi anak-anak yang nantinya dapat menghambat bahkan merusak kepribadian mereka. Karena alam bawah sadar merupakan pembentuk kepribadian mereka di saat dewasa. 

Selain itu masih banyak hal-hal yang tidak mendukung tumbuh kembang anak dengan baik, seperti lingkungan yang penuh dengan kekerasan, diskriminatif, lingkungan yang kotor, kekerasan rumah tangga, ketidakmampuan orang tua dalam mendidik anak, dan lain sebagainya. Hal demikian akan membentuk lingkungan yang tidak layak bagi anak.

Lingkungan yang layak bagi anak penting untuk diwujudkan dan terus dijaga, karena dapat mendukung anak untuk tumbuh kembang dengan optimal. Dengan mewujudkan lingkungan layak bagi anak, masyarakat dapat menciptakan masa depan yang lebih cerah bagi anak-anak, di mana mereka dapat tumbuh dan berkembang menjadi individu yang berpotensi dan dapat berkontribusi dalam pembangunan bangsa.

Menciptakan lingkungan yang layak bagi anak berarti menciptakan dunia yang layak bagi anak, yaitu memastikan setiap anak memiliki kesempatan untuk hidup dan berkembang dengan baik, serta mendapatkan perlindungan dari segala bentuk kekerasan dan eksploitasi. Ini melibatkan pemenuhan hak-hak anak sesuai dengan Konvensi Hak Anak (KHA), seperti hak untuk hidup, kesehatan, pendidikan, bermain, dan berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat.

Dalam hal ini negara dapat menyelenggarakan 4 program:

1. Gaya hidup sehat

Menciptakan gaya hidup sehat dapat dilakukan dengan menyediakan lingkungan yang aman dan nyaman sehingga memungkinkan anak dapat berkembang. Mewujudkan gaya hidup sehat pada anak dimulai dengan membangun kebiasaan positif sejak usia dini, seperti makan makanan bergizi seimbang, berolahraga, tidur cukup, menjaga kebersihan, dan menghindari kebiasaan buruk. Keterlibatan orang tua dan lingkungan yang mendukung sangat penting untuk membentuk anak menjadi individu yang sehat dan aktif.

2. Pendidikan untuk semua anak

Mewujudkan pendidikan untuk semua anak adalah sebuah konsep pendidikan inklusif yang bertujuan untuk memastikan setiap anak memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan pendidikan berkualitas, tanpa diskriminasi berdasarkan kondisi fisik, mental, sosial, ekonomi, atau latar belakang lainnya. Pendidikan inklusif menghargai keberagaman dan perbedaan, serta menciptakan lingkungan belajar yang ramah dan mendukung bagi semua peserta didik.

Pendidikan Inklusif dapat diwujudkan melalui beberapa upaya yaitu; meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pendidikan inklusif melalui kampanye, seminar, dan program penyuluhan, menyediakan bantuan dan beasiswa, serta infrastruktur pendidikan yang terjangkau bagi semua anak, menjalin kerjasama erat antara sekolah, orang tua, dan masyarakat untuk menciptakan lingkungan belajar yang mendukung, mengubah paradigma dari pendidikan yang membedakan menjadi pendidikan yang menghargai perbedaan, merancang kurikulum dan metode pembelajaran yang mengakomodasi kebutuhan belajar yang beragam.

3. Perlindungan anak

Perlindungan anak mencakup empat perlindungan penting yaitu; Perlindungan Korban Kekerasan dan Eksploitasi,  Perlindungan Korban Pornografi dan Situasi Darurat, Penyandang Disabilitas, dan Anak yang Berhadapan dengan Hukum (ABH), Terorisme, Sigma

4. Memerangi diskriminasi anak

Diskriminasi anak adalah perlakuan yang tidak adil terhadap anak berdasarkan karakteristik tertentu seperti ras, jenis kelamin, agama, disabilitas, atau status sosial. Diskriminasi ini dapat terjadi di berbagai tempat, termasuk sekolah, keluarga, dan masyarakat luas.

Memerangi diskriminasi anak memerlukan pendekatan multidimensi, mulai dari pendidikan yang inklusif hingga penegakan hukum yang tegas. Pendidikan yang inklusif dapat membangun kesadaran dan toleransi, sementara penegakan hukum dapat menjamin hak-hak anak terlindungi. Organisasi masyarakat sipil juga memainkan peran penting dalam memberikan dukungan dan advokasi bagi korban diskriminasi. Berikut adalah beberapa langkah konkret yang dapat diambil:

a. Pendidikan dan Kesadaran: 

Inklusivitas dalam Pendidikan: Menciptakan lingkungan belajar yang aman dan inklusif, di mana semua anak merasa dihargai dan memiliki kesempatan yang sama. 

Menanamkan Nilai Toleransi: Mengajarkan anak-anak tentang pentingnya menghargai perbedaan, baik suku, agama, ras, atau status sosial. 

Mengubah Prasangka: Membantu orang dewasa dan anak-anak memahami dan menyingkirkan prasangka yang menjadi dasar diskriminasi. 

b. Penegakan Hukum: 

Pengaduan dan Pelaporan: Meningkatkan akses dan kepastian pelaporan kasus diskriminasi terhadap anak melalui lembaga-lembaga seperti Komnas Perlindungan Anak (KPAI) dan Pusat Pengaduan PSGA (Pusat Studi Gender dan Anak). 

Peran Penegak Hukum: Menegakkan hukum secara tegas terhadap pelaku diskriminasi dan kekerasan terhadap anak. 

Perlindungan Korban: Memberikan bantuan dan dukungan yang komprehensif kepada korban diskriminasi, baik secara hukum maupun psikologis. 

c. Dukungan Masyarakat:

Advokasi: Melakukan advokasi dan kampanye untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya memerangi diskriminasi anak. 

Dukungan Korban: Memberikan dukungan dan bantuan kepada korban diskriminasi melalui berbagai kegiatan, seperti konsultasi, pendampingan, dan pelatihan.

Kolaborasi: Membentuk kerjasama antara pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan berbagai pihak terkait untuk memerangi diskriminasi anak. 

d. Kebijakan Pemerintah: 

Revisi Kebijakan: Menerbitkan dan merevisi kebijakan yang mendukung perlindungan anak dari diskriminasi, seperti peraturan pemerintah terkait hak-hak anak dan penanganan kasus diskriminasi.

Program Afirmasi: Mengembangkan dan memperluas program afirmasi yang mendukung anak-anak dari keluarga yang kurang mampu dan daerah terpencil.

Dana Alokasi Khusus: Mengalokasikan dana untuk mendukung program perlindungan anak dari kekerasan dan diskriminasi. Dengan memadukan pendekatan pendidikan, penegakan hukum, dukungan masyarakat sipil, dan kebijakan pemerintah, diharapkan upaya memerangi diskriminasi anak dapat lebih efektif dan berkelanjutan.