Minggu, 04 Mei 2025

Menciptakan Lingkungan Layak Anak

Dewasa ini pola hidup bermasyarakat menjadi semakin absurd dan kacau. Masyarakat tidak lagi dapat membedakan hal-hal yang seharusnya dilihat, didengar, dan dilakukan, sesuai dengan usia dan tingkat kedewasaan seseorang. Berbagai hal yang seharusnya dikonsumsi oleh orang dewasa, dapat dengan bebas dipakai dan dinikmati oleh anak-anak. Begitu juga banyak hal yang seharusnya hanya dilakukan oleh orang dewasa, bebas dilakukan oleh anak-anak.

Tontonan dan dedengaran yang beredar di masyarakat, yang seharusnya hanya dapat dikonsumsi oleh orang dewasa, sekarang dapat dengan leluasa ditonton dan didengar oleh anak-anak. Misalnya saja lagu-lagu dengan lirik-lirik sensual diputar berulang kali di sekitar anak, hingga lirik tersebut masuk ke dalam alam bawah sadar mereka. Hal ini dapat berdampak pada perkembangan psikologis bagi anak-anak yang nantinya dapat menghambat bahkan merusak kepribadian mereka. Karena alam bawah sadar merupakan pembentuk kepribadian mereka di saat dewasa. 

Selain itu masih banyak hal-hal yang tidak mendukung tumbuh kembang anak dengan baik, seperti lingkungan yang penuh dengan kekerasan, diskriminatif, lingkungan yang kotor, kekerasan rumah tangga, ketidakmampuan orang tua dalam mendidik anak, dan lain sebagainya. Hal demikian akan membentuk lingkungan yang tidak layak bagi anak.

Lingkungan yang layak bagi anak penting untuk diwujudkan dan terus dijaga, karena dapat mendukung anak untuk tumbuh kembang dengan optimal. Dengan mewujudkan lingkungan layak bagi anak, masyarakat dapat menciptakan masa depan yang lebih cerah bagi anak-anak, di mana mereka dapat tumbuh dan berkembang menjadi individu yang berpotensi dan dapat berkontribusi dalam pembangunan bangsa.

Menciptakan lingkungan yang layak bagi anak berarti menciptakan dunia yang layak bagi anak, yaitu memastikan setiap anak memiliki kesempatan untuk hidup dan berkembang dengan baik, serta mendapatkan perlindungan dari segala bentuk kekerasan dan eksploitasi. Ini melibatkan pemenuhan hak-hak anak sesuai dengan Konvensi Hak Anak (KHA), seperti hak untuk hidup, kesehatan, pendidikan, bermain, dan berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat.

Dalam hal ini negara dapat menyelenggarakan 4 program:

1. Gaya hidup sehat

Menciptakan gaya hidup sehat dapat dilakukan dengan menyediakan lingkungan yang aman dan nyaman sehingga memungkinkan anak dapat berkembang. Mewujudkan gaya hidup sehat pada anak dimulai dengan membangun kebiasaan positif sejak usia dini, seperti makan makanan bergizi seimbang, berolahraga, tidur cukup, menjaga kebersihan, dan menghindari kebiasaan buruk. Keterlibatan orang tua dan lingkungan yang mendukung sangat penting untuk membentuk anak menjadi individu yang sehat dan aktif.

2. Pendidikan untuk semua anak

Mewujudkan pendidikan untuk semua anak adalah sebuah konsep pendidikan inklusif yang bertujuan untuk memastikan setiap anak memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan pendidikan berkualitas, tanpa diskriminasi berdasarkan kondisi fisik, mental, sosial, ekonomi, atau latar belakang lainnya. Pendidikan inklusif menghargai keberagaman dan perbedaan, serta menciptakan lingkungan belajar yang ramah dan mendukung bagi semua peserta didik.

Pendidikan Inklusif dapat diwujudkan melalui beberapa upaya yaitu; meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pendidikan inklusif melalui kampanye, seminar, dan program penyuluhan, menyediakan bantuan dan beasiswa, serta infrastruktur pendidikan yang terjangkau bagi semua anak, menjalin kerjasama erat antara sekolah, orang tua, dan masyarakat untuk menciptakan lingkungan belajar yang mendukung, mengubah paradigma dari pendidikan yang membedakan menjadi pendidikan yang menghargai perbedaan, merancang kurikulum dan metode pembelajaran yang mengakomodasi kebutuhan belajar yang beragam.

3. Perlindungan anak

Perlindungan anak mencakup empat perlindungan penting yaitu; Perlindungan Korban Kekerasan dan Eksploitasi,  Perlindungan Korban Pornografi dan Situasi Darurat, Penyandang Disabilitas, dan Anak yang Berhadapan dengan Hukum (ABH), Terorisme, Sigma

4. Memerangi diskriminasi anak

Diskriminasi anak adalah perlakuan yang tidak adil terhadap anak berdasarkan karakteristik tertentu seperti ras, jenis kelamin, agama, disabilitas, atau status sosial. Diskriminasi ini dapat terjadi di berbagai tempat, termasuk sekolah, keluarga, dan masyarakat luas.

Memerangi diskriminasi anak memerlukan pendekatan multidimensi, mulai dari pendidikan yang inklusif hingga penegakan hukum yang tegas. Pendidikan yang inklusif dapat membangun kesadaran dan toleransi, sementara penegakan hukum dapat menjamin hak-hak anak terlindungi. Organisasi masyarakat sipil juga memainkan peran penting dalam memberikan dukungan dan advokasi bagi korban diskriminasi. Berikut adalah beberapa langkah konkret yang dapat diambil:

a. Pendidikan dan Kesadaran: 

Inklusivitas dalam Pendidikan: Menciptakan lingkungan belajar yang aman dan inklusif, di mana semua anak merasa dihargai dan memiliki kesempatan yang sama. 

Menanamkan Nilai Toleransi: Mengajarkan anak-anak tentang pentingnya menghargai perbedaan, baik suku, agama, ras, atau status sosial. 

Mengubah Prasangka: Membantu orang dewasa dan anak-anak memahami dan menyingkirkan prasangka yang menjadi dasar diskriminasi. 

b. Penegakan Hukum: 

Pengaduan dan Pelaporan: Meningkatkan akses dan kepastian pelaporan kasus diskriminasi terhadap anak melalui lembaga-lembaga seperti Komnas Perlindungan Anak (KPAI) dan Pusat Pengaduan PSGA (Pusat Studi Gender dan Anak). 

Peran Penegak Hukum: Menegakkan hukum secara tegas terhadap pelaku diskriminasi dan kekerasan terhadap anak. 

Perlindungan Korban: Memberikan bantuan dan dukungan yang komprehensif kepada korban diskriminasi, baik secara hukum maupun psikologis. 

c. Dukungan Masyarakat:

Advokasi: Melakukan advokasi dan kampanye untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya memerangi diskriminasi anak. 

Dukungan Korban: Memberikan dukungan dan bantuan kepada korban diskriminasi melalui berbagai kegiatan, seperti konsultasi, pendampingan, dan pelatihan.

Kolaborasi: Membentuk kerjasama antara pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan berbagai pihak terkait untuk memerangi diskriminasi anak. 

d. Kebijakan Pemerintah: 

Revisi Kebijakan: Menerbitkan dan merevisi kebijakan yang mendukung perlindungan anak dari diskriminasi, seperti peraturan pemerintah terkait hak-hak anak dan penanganan kasus diskriminasi.

Program Afirmasi: Mengembangkan dan memperluas program afirmasi yang mendukung anak-anak dari keluarga yang kurang mampu dan daerah terpencil.

Dana Alokasi Khusus: Mengalokasikan dana untuk mendukung program perlindungan anak dari kekerasan dan diskriminasi. Dengan memadukan pendekatan pendidikan, penegakan hukum, dukungan masyarakat sipil, dan kebijakan pemerintah, diharapkan upaya memerangi diskriminasi anak dapat lebih efektif dan berkelanjutan.

2 komentar:

  1. Sayangnya walaupun sudah ada undang2nya, tp masih banyak anak2 yg belum merasakan perlindungan penuh dan hak hak dia sebagai anak yaa 😔.

    Kasian banget kalo baca berita anak yg disiksa dengan keluarga dekat, atau mereka yg tidak beruntung bisa sekolah. Harus bekerja 😭.

    Ga heran , kekerasan yg didapat sejak dini membentuk pribadi yg either JD keras dan kasar, atau malah tidak ada confident samasekali. 2-2 nya ga bagus buat mereka 😔

    Ntahlah bagaimana solusinya. Krn menurutku tetap saja orangtua yg paling utama melindungi mereka dan mengajari mereka. Bukan malah JD orang pertama yg mengabaikan, menyiksa dan merampas hak nya

    BalasHapus
  2. Kalau bagi saya jalan yang dapat ditempuh untuk melakukan perubahan yang paling efektif tetap melalui dunia pendidikan. Dengan pendidikan yang benar orang dapat kesadaran akan kebenaran. Namun, sayang sekali pendidikan di negeri kita masih jauh panggang dari api.

    BalasHapus