Kamis, 25 Agustus 2011

Seni Mutusin Pacar Tanpa Efek Samping; Dengan Puisi

Seorang temanku cewek, waktu aku kirimin satu puisi mutusin pacar via sms, dia to the point aja ngejawab, ”Gilak loh, emang loe udah jadi pacar gue! Diterima aja enggak, eh, malah mutusin. Nggak beres nih orang!”. Trus sambil cengar-cengir aku balas smsnya, gini kalimatnya, ”Abis kamu sih, dikirimin sms romantis-romantis kok nggak sama sekali ditanggapi. Bahkan yang memuji-muji kamu. Aku jadi bertanya2 nih, sebenarnya kamu itu punya rasa apa enggak, kok puisi yang segitu bagusnya enggak ngefek buat kamu. Padahal apresiasi seorang pada puisi itu bisa dijadikan ukuran seberapa peka dia akan rasa hati”.

Mutusin pacar! Kenapa harus puisi! Nah, tulisan ini akan mengupas tentang bagaimana sebuah puisi bisa menjadi energi positif dalam hal putus-memutus, khususnya pacar-pacar kamu yang memang ingin kamu putusin, atau harus kamu putusin.

Sebelum janur kuning melengkung, siapapun boleh kamu sukai dan kamu cintai. Begitu juga bagi kamu-kamu yang sudah menjalin hubungan berpacaran –artinya; janur kuning belum melengkung- juga terbuka lebar untuk memutusinnya karena beberapa alasan, misalnya kurang pas alias sudah enggak cocok lagi, atau ada yang lebih baik dari si dia. Karena bagaimanapun berpacaran itu sebagai wadah untuk saling mengenal, saling tahu-mengetahui dengan pasangan yang mau kamu jadikan teman sampai mati. Dengan demikian benar banget apa yang dikatakan oleh aktifis sosial Trenggalek Nurani Soyomukti dalam bukunya Broken Heart, bahwa pacaran adalah tipe hubungan yang ikatannya agak longgar.

Bahkan saya malah beranggapan bahwa pacaran itu lebih dangkal dari sebuah persahabatan. Karena sebuah persahabatan terjalin atas dasar kebersamaan, saling membantu dan melengkapi, tidak mengikat apakah itu laki-laki atau perempuan, sedangkan pacaran hanyalah sebagai wadah untuk saling mengenal, saling mengetahui karakter pasangan; kelemahan atau kelebihannya. Setelah kamu mengetahui bagaimana karakter pacarmu, kalau sudah cocok maka ikatlah dia dengan ikatan pernikahan. Dengan demikian meningkatlah status hubungan kamu dengan dia, dari pacaran menjadi sahabat sejati (baca; suami istri). Atau kalau ada ketidakcocokan yang sangat, maka hendaknya segera putuskannya dan cari lagi yang sesuai. Bumi ini nggak cuma seluas daun kelor, masih banyak laki-laki/perempuan yang bisa kamu cintai.

JADI SALAH BESAR jika masih bersetatus pacaran, lalu kamu merelakan semua yang kamu miliki, entah itu tubuh atau harta kamu. Ada banyak remaja yang melepas keperawanan pada saat pacaran. Waduh, bodoh amat sih cewek-cewek tuh. Belum apa-apa udah kehilangan hal yang paling berharga, dan itu belum tentu dikawinin sama si cowok. Karena banyak juga cowok yang menjalin hubungan pacaran cuma untuk main-main dan bertujuan pragmatis agar dapat berhubungan seks. Jadi bagi kamu-kamu yang saat kencan berdua, trus, si cowok mulai menggerayangi bagian tubuh kamu, mending langsung putusin aja tuh cowok, karena sudah nyata bahwa si cowok cuman pingin bersenang-senang dengan tubuhmu dan menghisap kamu pelan-pelan lalu kalo sudah manisnya hilang kamu pasti dibuang. Waduuuuh.. tragis banget yah... begitu juga si cowok lhoo.. terlalu bodoh yang melepas keperjakaannya ketika pacaran. (emang cuma cewek, yang kehilangan keperawanan! Karena cowok pun punya keperjakaan) lagian siapa sih yang rela jika istri/suaminya penuh sidik jari orang lain di bagian tubuhnya, alias dulunya pernah digerayangin sama mantan pacarnya. Aduh maaaaak.. enggak deh.

Nah, kalo sudah bicara mutus-memutus pacar, perasaan kita agak gimana gitu, hehehe. (Jadian aja belum, masak udah mutusin. Hehehe bagi yang masih jomblo) Banyak orang beranggapan kalo mutusin pacar itu lebih gampang dari pada menjalinnya. Itu ada benarnya, tapi banyak juga salahnya. Buktinya, banyak tuh kejadian-kejadian yang tragis akibat memutuskan pacar dengan cara yang kurang tepat. Seperti yang diberitakan di kompas 3 Januari 2004 ”Diputus pacar, siswa SMU nekat minum racun” dan juga seorang siswi SMAN Banjarmasin nyaris meregang nyawa akibat minum racun cuma gara-gara diputusin sama pacarnya. Ada juga, karena memutusin pacar, seoarang perempuan ditusuk payudaranya 4 tusukan dengan obeng oleh pacar yang diputusinnya. Jadi takut kan kamu! Apalagi kalo pacaran kamu sama si dia sudah terlalu dalam, pasti lebih sulit untuk memutuskannya.

Fakta-fakta tragis akibat putus pacar di atas pasti karena cara memutusinnya kurang tepat. Bagaimana mungkin seorang yang sebelumnya kita sayang lalu malah menyakiti kita. Atau kita membuat pasangan yang sudah kita sayangi lalu menenggak racun dan menyakiti dirinya sendiri, padahal seharusnya lekas bangkit dan memulai pencarian pacar lagi! Pasti ada yang kurang tepat. Di sebuah situs aku mendapatkan diskusi beberapa pemuda tentang tips memutuskan pacar. Ada yang memutuskan pacarnya dengan cara ia jalan bareng dengan cowok lain. Lalu diperlihatkan sama cowoknya tak lain supaya si cowok merasa kalau dirinya sudah jadi pacar orang lain, dengan harapan si cowok akan memutuskannya. Atau ada juga yang bicara terang-terangan kalau sudah enggak cocok lagi, ada yang lebih baik dari si dia, yang enggak direstui ortu, ada juga yang berkelakuan aneh-aneh yang bisa bikin sebel pasangan, dan lain sebagainya.

Wah, kalau caranya seperti itu enggak heran deh, ketika banyak kejadian yang berimbas negatif setelah putus pacar, seperti minum racun, memenggal kelamin (duh ngeri), menyakiti pasangan, dan lain-lain. Lantas, gimana cara yang paling tepat memutusin pacar dengan tanpa ada yang merasa dirugikan! Yaitu dengan puisi. Ya, mutusin pacar dengan puisi merupakan cara yang paling mantab, sekaligus tanpa efek samping yang berlebihan. Ini yang saya istilahkan dengan seni mutusin pacar. Heheheh..

Kenapa puisi! Menurut Matthew Arnold, ”Puisi adalah satu-satunya cara yang paling indah, impresif (bahasa gaulnya berkesan), dan yang paling efektif mendendangkan sesuatu”. Dengan puisi, sesuatu yang paling tragis akan menjadi indah, karena dikemas dengan kata-kata yang mendayu-dayu, meresap ke dalam hati kita. Memutusin pacar adakalanya menjadi kesedihan tersendiri, namun, jika kita ungkapkan dengan puisi, tentu akan menjadi sedikit menyenangkan. Setidaknya akan meredam segala kemungkinan negatif yang terjadi setelah putus pacar. Coba kita simak puisi di bawah ini:

Untuk Kekasihku yang Paling Cantik

Kekasihku, lihatlah roda motorku yang sudah halus
yang serpih-serpih kecilnya tercecer sepanjang jalan
dimana kita berdua mencari hakikat cinta. Cinta yang
kita dambakan untuk kita junjung bersama arungi
hidup. Namun, cinta yang telah kita bina, ikut larut
di sepanjang jalan pulang. Karena rumah adalah
hati kita, dan cinta akan bermukim di dalamnya.
Apa yang masih kita impikan dengan cinta yang
tinggal sebiji sawi antara kau dan aku.
Cinta adalah kebersamaan di saat duka
maupun suka. Sedang kamu terlalu jauh
untuk kurengkuh. Menjadi hilang dalam bayangan
Di sepanjang pencarian ini, kita lelah
setengah jalan. Karena tidak semua kunci
dapat membuka segala pintu. Maka ijinkan aku
menyudahi mimpi-mimpi yang sulit tercapai
bersamamu. Dan mari kita bangun mimpi-mimpi
baru yang lebih terang dan berharga.

Puisi di atas tentu lebih baik dan lebih halus ketimbang kata-kata, ”Kayaknya kita enggak cocok lagi deh, putus aja ya!”, atau, ”Maap ya, aku sudah punya pacar lagi”, atau ”Ternyata ortuku enggak merestui hubungan kita”, juga ”Aku mau fokus pada sekolah dulu”. Lebih fatal lagi jika kamu-kamu ngelakuin hal-hal yang enggak-enggak yang bisa memicu kecemburuan pasangan kamu.

Karena sejatinya yang dibidik oleh puisi adalah hati yang terdalam. Dengan demikian, kata-kata dalam puisi bisa lebih dimengerti oleh hati. Sedang hal-hal merusak hanyalah terjadi atas dorongan nafsu, bukan hati nurani. Kalo kamu memutuskan pacarmu dengan kata-kata frontal alias terang-terangan atau ngelakuin hal-hal yang membuat pasangan jengkel, maka yang akan bereaksi adalah nafsu. Lain halnya jika kita mengungkapkannya dengan puisi, maka yang akan bereaksi adalah hati nurani. Dan perlu diingat, tidak cuma dengan puisi aja, tapi juga sampaikan alasan-alasan kamu memutuskannya dengan cara yang halus dan baik-baik. Dijamin deh, kalo gini caranya pasti pasangan kamu akan bisa menerima dan mengertiin kamu. Maka nggak ada yang merasa dirugikan atas putusnya hubungan kalian.

Sebagaimana mendiang Presiden Amerika Serikat (AS) John F. Kennedy pernah mengatakan bahwa jika politik itu kotor, maka puisi akan membersihkannya. Kita bisa membuat turunan, ”Jika putus itu menyakitkan, maka puisi akan meredakannya”. Bagi yang mau mutusin pacarnya, met mencoba!