Kamis, 06 Februari 2020

Patah Siku Anak; Catatan Pengalaman.

Tulisan ini adalah catatan saya yang berisi lika-liku penanganan dan pengobatan patah siku pada anak saya di akhir tahun 2019 lalu.

Semua bermula dari saat anak jatuh dari sepeda pada sore hari tanggal 19 Agustus 2019. Awalnya saya anggap tidak ada masalah, karena setelah ia jatuh hanya memegang tangan tanpa menangis. Saat setelah Maghrib, saya lihat masih tetap memegang tangan kiri dengan posisi menekuk. Kemudian saya mendekat dan memperhatikan lebih teliti, ternyata siku anak saya mulai tampak bengkak dan diluruskan terasa sakit.

Saya segera mencari informasi tukang pijat tradisional yang bisa membetulkan tangan keseleo. Setelah tukang pijat datang, ia melihat dan mengatakan bahwa tangan anak saya tidak apa-apa. Kemudian ia mengurut (memijat) lirih di sekitar area yang sakit. Malam itu anak saya tidur dengan posisi siku kiri menekuk. Diluruskan masih sakit, disentuh juga sakit.

Pagi harinya anak saya tidak sekolah, meski tidak juga merasa kesakitan. Dengan posisi tangan tetap ditekuk ia beraktifitas seperti biasa. Sambil kerja saya pantau perkembangan siku anak saya melalui handphone. Siang hari bengkak di siku semakin membesar. Meskipun anak saya dapat bermain seperti biasa, tapi siku kiri tetap ditekuk. Maka saya putuskan untuk memeriksakannya ke dokter.

Setelah Maghrib kami ke dokter spesialis ortopedi pada rumah sakit tertentu. Tahap awal pemeriksaan adalah rontgen. Setelah hasil rontgen muncul dan dibaca oleh dokter, ia memberikan keterangan yang sama sekali tidak pernah kami kira. Anak saya mengalami patah siku dan harus dioperasi. Patah yang dimaksud adalah pergeseran tulang, disertai sedikit keretakan. Persendian saya-pun ikut ngilu mendengar hal itu.

Kemudian saya menanyakan tiga hal pada dokter. Pertama, apakah ada jalan lain selain operasi. Kedua, biaya operasi, dan yang ketiga, apakah setelah operasi anak saya bisa sembuh total, bisa kembali pulih seperti sebelumnya. Dari soal pertama, dokter menjawab; patah tulang pada anak kecil, tanpa operasi bisa sembuh sendirinya. Tapi bisa jadi saat sembuh nanti akan mengalami cekot (fungsi tangan tidak sempurna secara permanen). Hal tersebut disebabkan letak tulang yang tidak sempurna ketika proses penyembuhan secara alami. Setelah sembuh, posisi tulang yang tidak pada tempatnya juga dapat mengganggu saraf yang ada di siku. Menurut dokter, bagian siku adalah tempat berkumpulnya saraf-saraf, sehingga untuk mengetahui kondisi dalamnya harus dibedah (operasi). Operasi juga menghindarkan dari infeksi akibat patah tulang.

Jawaban dari pertanyaan kedua, biaya operasi sekitar 6 juta ditambah harga pen perbijinya sekitar 2 juta. Pen digunakan untuk fiksasi, yaitu menopang posisi tulang sesuai pada posisinya. Untuk jumlah pen yang akan ditanam dapat diketahui saat tulang dibedah pada proses operasi nanti. Jawaban dari soal ketiga; tergantung pada terapi. Karena setelah operasi harus melakukan terapi otot tangan sampai dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Setelah tiga bulan pen itu harus dikeluarkan dengan operasi kecil.  Malam itu kami pulang dibekali obat anti nyeri untuk mengurangi rasa sakit.

Jawaban soal pertama membuat saya menyerah dan pasrah dengan keadaan. Untuk kedua bisa dicover dengan BPJS, dan jawaban ketiga sebenarnya akibat dari jawaban pertama. Maka saya harus bermusyawarah dengan keluarga. Malam itu juga saya musyawarah dengan keluarga untuk meminta pertimbangan. Pikiran saya kalut, bagaimana bocah usia 5 tahun menghadapi peralatan medis.

Untuk memantapkan keputusan, malam itu juga hasil foto rontgen saya foto dan saya konsultasikan ke teman saya mahasiswa kedokteran UB Malang. Saya kirimkan juga pada suami teman saya yang juga berprofesi sebagai dokter. Keduanya menjawab lebih baik mengikuti saran ahli ortopedi. Bahkan teman saya mengatakan banyak kejadian patah tulang yang sebenarnya perlu operasi kecil namun karena dipijatkan ke sangkal putung malah memperparah keadaan.

Hasil foto rontgen pertama

Namun hal itu berbeda dengan hasil musyawarah keluarga yang lebih condong dibawa ke ahli sangkal putung. Pertimbangan tersebut diambil dengan asumsi bahwa tulang anak kecil masih lunak dan bisa berkembang, sehingga lebih mudah untuk disembuhkan. Kedua, kalaupun dioperasi, ditanam pen dalam tulangnya, maka setelah operasi harus melakukan terapi gerak. Terapi tersebut sangat menyakitkan, karena pasien harus memaksa menggerakkan tangan meskipun rasanya sangat sakit, ditambah dengan sakitnya luka bekas operasi dan rasa sakit dari pen yang ditanam. Kami menyimpulkan bahwa terapi akan sangat sulit dilakukan. Anak-anak tidak dapat dipaksa untuk melakukan hal yang menyakitkan meskipun hal itu membawa kebaikan untuk masa depannya.

Maka pagi harinya kami langsung menuju ahli sangkal putung di daerah Batokan Tulungagung. Anak kami dipijat dan menangis keras. Menurut ahli Sangkal Putung posisi tulang siku memang bergeser, namun setelah dipijat posisi lengan anak saya sudah berada di tempatnya. Tinggal melatih gerak saja. Kami pulang dan hanya menunggu perkembangan berikutnya.

Keesokan harinya (secara mandiri) langsung saya bawa ke klinik lab untuk rontgen, dengan tujuan mengetahui adakah perbedaan sebelum dan sesudah dipijat. Hasil rontgen kedua saya foto dan saya perlihatkan ke teman dokter dan dia mengatakan posisinya sudah mapan, hanya saja memang ada retak di bagian belakang. Maka saya semakin mantap dengan keputusan untuk tidak mengoperasi siku anak saya.

Hasil foto rontgen setelah disangkal putung

Saat itu juga saya mencari informasi mengenai patah siku di internet. Dari pencaian saya, saya menjadi tahu bahwa patah siku memang berbeda dengan patah tulang di area lain. Hasil pembacaan saya menjelaskan, bagian siku kita terdiri dari tiga tulang yaitu Humerus adalah tulang lengan atas, Ulna adalah tulang lengan bawah, dan Jari-jari adalah ibu jari lengan bawah tulang. Selain itu ada ligamen yang berfungsi mengikat tulang-tulang tersebut, ditambah lagi otot dan beberapa saraf berkelindan di antara tiga tulang itu. Maka tak heran jika siku kita terbentur sesuatu maka rasa sakitnya menyebar kejari-jari hingga pundak, hal itu disebabkan karena ada benturan yang mengenai saraf.

Dua minggu kemudian sudah tidak ada rasa sakit pada lengan kiri anak saya. Namun demikian, masih tidak bisa ditekuk secara sempurna. Selama dua minggu saya tidak berani melakukan terapi, meskipun saya mengetahui caranya dari informasi yang ada di internet. Saya tidak berani karena menurut diagnosa dokter, selain dislokasi juga ada keretakan kecil di bagian tulang tertentu.

Pernah suatu hari saya ajak ke pasar malam, kemudian ia meminta naik perahu dayung yang digerakkan dengan kedua tangan dengan cara dikayuh memutar. Ketika anak saya sudah di atas perahu dan mencoba mengayuhnyaa dengan tangan, ia merasakan kekakuan pada tangannya. Untuk pergerakan menekuk siku terasa berat, ia tidak kuat mengayuh perahu dan saat itu juga ia langsung minta turun.

Kata "cekot" dari dokter spesialis ortopedi membayangi pikiran saya. Lalu saya musyawarah lagi dengan keluarga untuk mencari solusi. Inginnya kembali memeriksakan anak saya ke dokter sebelumnya, namun saya khawatir akan diacuhkan lantaran tidak mengikuti saran sedari awal hingga dua minggu berjalan. Lalu saya putuskan untuk mencari dokter spesialis ortopedi yang lain sebagai pembanding. Setelah mengecek beberapa rumah sakit, ternyata semua klinik ortopedi menggunakan dokter yang sama, maka saya urungkan.

Paman saya mengirimkan hasil rontgen ke temannya yang bekerja sebagai perawat di salah satu sumah sakit dan ternyata beliau mempunyai pengalaman yang sama pada anaknya. Menurut beliau, patah siku pada anaknya bisa sembuh tanpa operasi dengan ditangani dokter spesialis ortopedi pada rumah sakitnya. Maka saya-pun memutuskan membawa anak saya ke rumah sakit tersebut untuk mendapatkan penanganan.

Setelah diperiksa, dokter mengatakan bahwa tulang siku anak saya sudah berada pada posisinya. Hanya saja, karena tidak ada terapi dengan memaksa menggerakkannya maka ada beberapa kemungkinan yaitu mengalami pemendekan otot. Sebenarnya bisa langsung ditangani dengan memaksa menekuk lengan dan dilanjutkan dengan terapi mandiri. Namun karena anak-anak dikawatirkan akan mengalami trauma. Maka ditawarkan untuk menanganinya disertai dengan bius total. Setelah diskusi dengan keluarga, saya ambil tawaran tersebut.

Anak saya dibius total dengan prosedur sesuai dengan aturan medis. Saat bius disuntikkan lewat infus, ia langsung lemas kemudian dibawa masuk ke ruang operasi untuk dilakukan manipulasi tulang. Saat itu juga perasaan saya meledak-ledak antara kasihan dan cemas kekhawatiran. Setelah setengah jam kemudian kami diperbolehkan masuk untuk menunggu anak siuman. Saat keluar ruang operasi tangannya sudah menekuk maksimal dan ditali dikaitnya pada leher. Hari berikutnya kami sudah diperbolehkan pulang. Selanjutnya kami akan kembali ke rumah sakit untuk kontrol setelah dua minggu.

Setelah difiksasi dengan manipulasi tulang.

Selama dua minggu posisi tangan anak saya masih tetap ditali melekat dengan leher. Meski ia mulai sekolah dan kegiatan lainnya, tangan tetap menekuk sehingga tangan kirinya masuk ke dalam baju. Pada saat itu terapi tidak bisa saya lakukan karena tangan ditali tidak boleh dilepas. Kondisi yang demikian membuat banyak orang menanyakan perihal musibah tersebut dan sempat membuat anak saya kurang nyaman.

Dua minggu berlalu dan sayapun kembali ke rumah sakit untuk kontrol. Harapan bercampur kecemasan menyeruak hati. Sesampai di depan dokter anak saya langsung minta keluar, ia sudah trauma dengan beberapa adegan yang menyakitkan, mulai dari beberapa kali pijat dan ditusuk jarum infus. Setelah tali dipotong, anak saya tetap mendekap kuat tangannya ketakutan. Kami rayu dengan berbagai cara untuk mencoba menekuk dan meluruskan tangan tapi sia-sia. Meskipun menurut dokter sudah tidak ada masalah, namun saya tetap kurang yakin apakah tangan anak saya sudah benar-benar normal. Maka dokter memaksa menekuk dan meluruskan tangan anak saya. Anak saya menjerit histeris. Setelah itu kami pulang.

Ada rasa menyesal kenapa saya harus meminta dokter untuk menekuk dan lurusakan tangan anak saya dengan paksa. Maka setelah itu, trauma anak saya kembali lagi, tangannya disentuh tidak boleh, apalagi untuk menggerakkannya. Sehingga lima hari setelah itu terapi yang dianjurkan dokter tidak bisa saya lakukan, meski saat anak saya tidur. Ia selalu bangun saat lengannya saya sentuh. Baru hari keenam, dengan pelan-pelan anak saya mau mencoba menggerakkan tangannya. Hasilnya tangan anak saya untuk menekuk tidak bisa sempurna, begitu juga untuk lurus. Sehingga seakan tindakan manipulasi tulang dua minggu lalu memperburuk keadaan. Saya hanya bisa pasrah dan tetap yakin, dengan terapi tangan anak saya bisa kembali.

Setiap hari saya tekun menerapi siku anak. Menekuk ke atas, dan meluruskannya. Dengan pelan-pelan. Sangat sulit sekali. Terasa sakit sedikit ia mogok, dan ketika dipaksa ia akan menangis dengan keras atau lari ke luar rumah, atau kadang juga tantrum. Saya tidak bisa membayangkan jika di lengan anak saya ditanam pen, betapa akan sulit untuk melakukan terapi.

Terapi terus saya lakukan, sedikit demi sedikit sudut lekuk siku tangan berkembang, namun untuk lurus masih susah. Sehingga setelah tiga minggu terapi, tangan anak saya sudah dapat menekuk hampir sempurna, namun untuk lurus masih jauh dari sempurna. Maka sayapun hanya bisa pasrah dengan keadaan. Toh, fungsi tangan lebih banyak digunakan dengan posisi menekuk dari pada lurus. Hingga pada minggu-minggu berikutnya tangan anak sudah dapat menekuk dengan sempurna, namun untuk lurus masih jauh dari harapan.

Tetap ceria meskipun bapaknya pusing memikirkannya.

Terapi semakin saya kurangi dengan kondisi tangan belum bisa diluruskan total. Saya baca di internet cara terapi tulang untuk anak-anak, yaitu dengan bermain. Di antaranya dengan bermain memasukkan kelereng ke dalam kaleng yang berada di posisi lebih tinggi dari kepala. Saya buatkan permainan itu, namun saat mencoba memasukkan kelereng tersebut sikunya terasa sakit, maka saat itu juga ia meninggalkan permainan.

Lalu muncul ide supaya anak saya mau menaiki sepedanya. Hal ini juga sulit untuk dilakukan karena sejak jatuh dari sepeda ia tidak pernah menyentuh sepeda bahkan meminta saya untuk menjualnya. Saya pancing dengan beberapa tantangan, akhirnya anak saya mau menyentuh dan mencoba menaiki sepedanya. Setelah iya mengayuh pertama, kedua, dan seterusnya saya bertepuk tangan keras menyemangati dengan mengatakan tangannya sudah sembuh.

Pandangan saya simetriskan dengan sepeda, dan saya tahu bahwa anak saya menyetir dengan tangan kiri menekuk, sehingga badannya agak miring. Saat putar balik ia selalu berbelok ke kiri, tidak ke kanan. Mulai saat itu usaha untuk menerapi lengan anak saya hentikan. Pasrah. 

Hingga suatu hari dengan girang anak saya menunjukkan lengannya ke saya langsung, bahwa tangannya sudah bisa diluruskan. Saya amati memang benar, dan saya cek dengan menekuk dan meluruskannya, menggerakkan lengannya memutar, menekuk ke belakang, ke atas, ke bawah, memutar, dapat kembali berfungsi seperti sedia kala. Perkiraan saya benar, ketika bersepeda saat berbelok tangan yang diluar lingkaran akan mengikuti gerakan setir dengan meluruskan lengannya.

Demikian sedikit cerita bimbangnya memilih antara pengobatan tradisional ke sangkal putung dengan pengobatan medis kedokteran. Perlu diketahui bahwa dua ilmu tersebut sulit menemukan benang merah. Bagi saya yang paling bijak adalah memadukan keduanya. Toh, dalam ilmu medis juga terdapat patah tulang yang pengobatannya dengan manipulasi tanpa operasi. Dalam penanganan anak saya, pertama saya periksakan ke dokter dengan foto rontgen sehingga sedikit tahu mengenai bagian dalam tulang. Kita dengar penjelasan dari dokter, dari keterangan itu kita dapat menimbang sendiri apakah  memilih sangkal putung untuk melakukan penanganan atau tidak. Semoga bermanfaat.

34 komentar:

  1. baisanay kalau patah tulangnya gak parah dan bagus bisa dg pemijatan saja, kalau paath tulangnya [osisinyagak bgs ya hrs operasi. waktu anakku jatuh dr motor, patah di tangan, lurus jd mudah denagn pemijatan, watu suami kecelakaan , kaki patah di dau tulang , paha dan tulang keringnya dan patahnya hancur dan gak rata jd hrs paaang pen

    BalasHapus
  2. Betul. Hanya saja menurut dokter, untuk patah tulang siku sangat kompleks karena tempat berkumpulnya urat saraf. Supaya jelas posisi di dalamnya harus dibedah.

    BalasHapus
  3. Anak saya juga begitu tp jari telunjuk dan jari jempolnya juga todak bisa di tekuk akibat dislokasi siku saran baoa bagi mana ya??

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sekarang gmn pak anaknya sudah bisa d gerakan jari telunjuk dan jempolnya?

      Hapus
  4. Dikonsultasikan ke dokter spesialis tulang (ortpedi) saja ya. Karena dislokasi siku sangat beragam. Identifikasi awal biasanya melalui foto rongten. Semoga segera pulih dan bisa beraktifitas seperti biasa.

    BalasHapus
  5. Mau tanaya pak jarak anatar jatuh berapa lama bary di oprasi??

    BalasHapus
  6. Izin pak. Sangat menginpirasi. Kalau boleh tau tempat penyembuhan dokter yg tanpa oprasi itu dimana ya pak. Karna anak saya mengalami hal yg sama. Terimakasih pak atas petunjuknya🙏 salam dari tangerang

    BalasHapus
  7. Rumah Sakit Umum Islam Madinah, Kasembon Kediri. Semoga lekas pulih.

    BalasHapus
  8. Pa anak saya jg sama umur 6 tahun jatuh dr sepeda di urut cimande lanjut k dokter orthopedi sempat jg d fisioterapi tetapi tetap saja tidak bisa ditekuk sempurna... Diperiksakan k dokter lain katanya setelah umur 10 tahun akan ditekuk paksa... Dan skrg anak sy sdh umur10 tahun.. Ngeri2 sedep mau k dokter lagi... Ada saran ga ya pa untuk saya... Tp dr umur 6 smpe 10 tahun ini memang ada perubahan yg tadinya nekuknya 90derajat skrg sdh bisa 60derajat

    BalasHapus
  9. Kenapa ya harus menunggu begitu lama, apakah ada keterangan dari dokter? Selama saya konsultasi dulu, kedua dokter (yang menyarankan operasi dan yang tidak) mengatakan setelah penanganan langsung bisa diterapi atau dilatih untuk menekuk. Bahkan kata dokter, bisa kembali seperti semula atau tidak ditentukan dari terapi setelah penanganan tersebut.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Assalamualaikum pak mau tanya saya usia 43 th 40 hari yg lalu saya mengalami jatuh dari motor yg mengakibatkan siku sebelah kiri patah /lepas hasil dari tongseng lalu saya memilih berobat alternatif setelah satu bulan perban di buka tapi masih terasa sakit dan di terapi nekuk tambah sakit banget rasanya kaku ini masih blm bisa nekuk dan sedikit bengkak gara gara di paksa nekuk apakah GK papa di paksa nekuk dlm kondisi tangan masih sangat sakit pak

      Hapus
  10. Jadi mas, berapa lama anak anda sembuh?. Saya juga mengalami hal yg sama. Anak saya jatuh dari meja, tulang siku bergeser dan retak, sampai hari ini pas 1 bulan setelah kejadian. Sudah saya bawa urut dan juga sudah saya Rontgen Alhamdulillah posisi tulang nya sudah kembali. Tetapi sampai hari ini tangan anak saya belum bisa d tekuk dan d luruskan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Skrg tangannya SDH bisa ditekuk dan lurus blm kak?

      Hapus
  11. Lama mas, sampai lupa berapa bulan. Tapi tidak sampai satu tahun. Yang penting terus dicoba ditekukluruskan. Kalau tulang sudah pada posisinya, tinggal melatih tekuk lurus setiap hari nanti bisa kembali sempurna.

    BalasHapus
  12. Sama anak saya usia 7 tahun jatuh dari sepeda, sekarang proses urut di sangkal putung. belum lurus, ditekuk baru sekira 45 derajat.
    ternyata proses sembuhnya butuh waktu ya
    terimakasih sudah berbagi
    semoga bisa normal kembali

    BalasHapus
    Balasan
    1. Skrg sudah sembuh blm kak tangan anaknya?

      Hapus
  13. Selain ke sangkal putung, sebaiknya dibawa juga ke spesialis ortopedi, untuk memastikan posisi tulangnya. Semoga segera pulih seperti sedia kala.

    BalasHapus
  14. Anak saya juga mengalami hal tsb,kemarin saya udah bawa ke tukang urut trus ke rumah sakit dan di pasangkan gips oleh dokter spesialis bedah
    Dan kata dokter posisi tulang nya udah membaik hanya saja anak saya belum bisa tekuk dan meluruskan sempurna tangan nya kembali?

    BalasHapus
  15. Selama saya mencari informasi dulu mendapat kesimpulan, selama posisi tulang sudah benar akan bisa pulih dengan baik, karena tulang secara alami akan memperbaiki sendiri.

    BalasHapus
  16. Berapa lama mas kira² masa penyembuhan anaknya?? Anak saya jg skrg lg mengalami hal itu..

    BalasHapus
  17. Berdasarkan histori pesan pendek di WA, kronologi waktunya seperti ini:
    19 Agustus anak jatuh (sore hari), keesokan harinya tangan mulai bengkak.
    20 Agustus (malam) ke dokter spesialis ortopedi dirongtgen dan dinyatakan patah disarankan untuk operasi. Siku lengan tdk bisa ditekuk.
    22 Agustus pijat ke sangkal putung
    23 Agustus dirongtgen secara mandiri, dan ada perubahan sedikit posisi tulang
    28 Agustus sy bawa ke tukang pijat lagi, tp hanya dicek posisi tulang saja. Siku tdk bisa ditekuk sempurna.
    03 September operasi manipulasi tulang (tanpa dibedah) oleh dokter spesialis ortopedi yg lain
    17 September kontrol (pelepasan tali yang menggantung tangan). Tangan tidak bisa ditekuk namun sdh ada perkembangan bisa ditekuk lbh tajam dr sebelumnya, tapi di sisi lain siku lengan TIDAK BISA DILURUSKAN secara sempurna.
    22 Oktober saya masih bertanya ke perawat (yg punya pengalaman sama dg anaknya sekaligus yg menyarankan sy untuk ke dokter spesialis kedua) tentang tangan anak sy yang tidak bisa ditekuk dan luruskan secara sempurna. Sy diminta untuk terus melatih menekuk dan meluruskannya.

    Dari kronologi di atas, diketahui bahwa selama 3 bulan tangan anak sy msh belum bisa ditekuk luruskan dengan sempurna. Untuk kapan kembali sempurna sy tdk ingat lagi, yang sy ingat tiba2 anak datang dan menunjukkan kalau tangannya sdh bisa diluruskan dengan sempurna.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kejadian sm ank sy tgl 19agst jg jatuhnyath 2023 sdh op smp skrg blm bs lurus nekuk full. Mudah2an bs sgera pulih jg sprt anaknya pak

      Hapus
    2. Semoga segera pulih. Jangan lupa untuk konsultasi dengan dokter terkait terapi mandiri yang bisa dilakukan untuk membantu pemulihan.

      Hapus
  18. Kak anak saya juga mengalami hal yg sama.. saya ke sangkal putung juga tapi setelah 3 bulan tumbuh tulang baru di siku sehingga nekuknya tidak sempurna.. gak bisa megang bahu..
    Kata dokter karena tumbuh tulang baru sehingga gak bisa nekuk, katanya satu2nya jalan harus operasi.. saya bener bener stress.. saya gak mau anak saya dioperasi.. tapi takut harus gimana lagi supaya bisa nekuk sempurna..karena disini tidak ada dokter yang pro tidak operasi semua dokter yg saya kunjungi pro operasi.. kalau boleh tau tempat sangkal putung dan tempat reposisi tulangnya di RS mana? Oleh dokter siapa namanya? Lalu kembali normal setelah berapa bulan semejak kejadian kak? Mohon gambarannya ya kak makasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama sepertiku anaku skrg ga bisa di tekuk tangan ny.

      Hapus
  19. Kalau berdasarkan yang saya baca, tumbuh tulang baru dikarenakan selama pemulihan secara alami posisi tulang masih belum tepat. Menurut saya ikuti saja saran dari dokter. Dulu saya membawa ke sangkal putung setelah ke medis/dokter dengan rongten sehingga mengetahui bagaimana posisi tulang. Setelah melihat bergesernya tulang tidak terlalu parah maka pakai pijat sangkal putung. Kemudian saya pun kembali ke dokter, karena perkembangan untuk menekuk dan lurus lengan belum sempurna. Akhirnya saya kembali ke dokter lagi.

    Anak saya selama tiga bulan, tangannya masih blm bisa ditekuk luruskan secara normal, tapi menurut dokter posisinya sudah benar, tinggal dilatih saja setiap harinya. Untuk tempat sangkal putung di desa Batokan Tulungagung Jatim. Sedangkan dokternya spesialis ortopedhi RS Madinah Kasembon Pare Jawa Timur.

    Tulang anak-anak masih akan tumbuh kembali, dan pemulihan dapat lebih sempurna daripada tulang orang dewasa. Lebih baik mengikuti saran dokter. Kemungkinan akan dihilangkan daging tumbuhnya dan posisi tulang dikembalikan lagi dengan tepat, sehingga setelah pulih dapat bergerak secara normal.

    BalasHapus
  20. MLM kk ank ku usia 6thn mengalami patah tulang siku udh selama 1 bulan dia baru bisa menekuk L dan jika tangan di luruskan masih linu apa kah dia bisa normal kembali tanpa op trmksh 🙏

    BalasHapus
  21. Sebelumnya mohon maaf, sy bukan dokter. Tulisan di atas hanya untuk berbagi pengalaman saja, jadi untuk pertanyaan yang di luar kasus anak sy, sy tidak bisa menjawabnya. Kesimpulan dari kasus anak saya, pengobatan dokter lebih diutamakan karena difoto rongten dulu untuk mengetahui posisi tulang, baru kemudian dilakukan tindakan. Adapun sy membawanya ke pijat sangkal putung, kaena telah mengetahui posisi patah tulang yang tidak begitu parah, dan menurut saya pribadi bisa disembuhkan tanpa operasi. Meski dokter pertama menyarankan operasi, tapi alhamdulillah sy menemukan dokter yang kedua, yang bisa menanganinya tanpa operasi.

    BalasHapus
  22. Kalau biaya bius dan manipulasi tulang berapa kak? Kakak bilangnya gimana ke dokternya? Saya tidak pro operasi begitu atau bgaimana sehingga bisa dikasih opsi tidak usah operasi?

    BalasHapus
  23. Saya berkonsultasi dulu dengan dokter, dan menurut dokter yang kedua bisa disembuhkan tanpa operasi. Setelah itu baru saya putuskan untuk memanipulasi di dokter yang kedua. Untuk biayanya sekitar 4 juta, termasuk biaya 2 hari kamar pasca manipulasi.

    BalasHapus
  24. Kalau jari telunjuk dan jempol tidak ada masalah. Hanya siku untuk menekuk dan lurus tidak maksimal. Alhamdulillah sekarang sudah kembali normal.

    BalasHapus
  25. Kl saya cermati dari pembacaan dan pengalaman dalam penanganan anak saya, ditekuk sakit ada beberapa penyebab. Mungkin karena tulangnya belum berada pada posisi yang pas atau karena terlalu lama tdk digerakkan (karena pengobatan) sehingga mengalami pemendekan otot. Kalau disebabkan karena posisi tulang masih belum pas, maka harus dibenarkan dulu posisinya, bisa melalui operasi atau manipulasi dengan pijat. Tapi kalau rasa sakit diakibatkan dari pemendekan otot karena lama tdk digerakkan maka bisa diterapi dengan dipaksa/dilatih dikit demi sedikit. Lebih baik dirongten lagi dan dikonsultasikan ke dokter.

    BalasHapus