Minggu, 01 Maret 2020

Candi Gedong Songo: Catatan Perjalanan Menjelajahi 9 Candi.

Pada tanggal 6 Februari 2020 kami mengunjungi komplek wisata candi Gedong Songo. Candi Gedong Songo adalah candi Hindu yang diperkirakan peninggalan zaman Wangsa Syailendra abad ke-9 (927 Masehi). Candi tersebut ditemukan Sir Thomas Stamford Raffles pada tahun 1804. Apabila kita mengikuti rute wisata candi, kita tidak akan menemukan candi ketujuh, kedelapan, dan kesembilan. Apakah ketiga candi di nomor-nomor akhir itu benar-benar ada, mari ikuti perjalanan kami.

Kami sampai di halaman loket masuk wisata candi tepat pukul 14.00 WIB. Berangkat dari hotel di wilayah Bandungan dengan Grap. Kami terkejut ketika dijemput dengan Fortuner yang ternyata adalah Grap yang kami pesan sebelumnya. Perjalanan dari hotel menuju komplek candi Gedong Songo sekitar 15 menit.

Sesampai di lokasi, langit berawan putih dan rintik hujan mulai turun. Akhirnya kami putuskan menyewa payung tiga biji untuk enam orang. Enam orang tersebuit Saya, Mas Saipul dan Mas Fuad dari pecinta sejarah Asta Gayatri Tulungagung. Kemudian ada Pak Bani, Mas Rahmat, Serta Mas Rudi yang semuanya pegawai IAIN Tulungagung.

Suasana setelah loket masuk. Masih banyak pedagang.

Setelah memasuki pintu loket kami jumpai ruko-ruko membentang dengan berbagai macam dagangan. Kami sempatkan membeli gorengan sebagai cemilan dalam perjalanan. Kami mulai menapak jalan kecil dengan batu-batu alami yang berjajar sebagai alasnya. Namun, setelah 500 m hujan turun dengan lebat. Kami berlari kecil untuk berteduh di toilet umum yang terletak di bahu kiri jalan.

Tanpa diduga tanpa dinyana, di sana ada seorang ibu-ibu yang berteduh. Setelah kami mengobrol sambil menunggu hujan reda, ternyata beliau memang sengaja berada di situ untuk menjaga toilet menggantikan suaminya, sekaligus membawa mantel kresek untuk dijual. Maka kami putuskan untuk membeli dua mantel kresek supaya kami lekas bisa melanjutkan perjalanan tanpa khawatir terkena air. Kami membeli dua karena Mas Saipul sudah sedia mantel di tasnya. Dengan demikian kami semua bertadah hujan, dan segeralah kami lanjutkan perjalanan.

Meski huja kami lanjutkan perjalanan.

Dalam perjalanan kami menyengaja untuk mengunjungi candi Gedong kelima terlebih dahulu. Apabila mengikuti alur sesuai dengan petunjuk peta, seharusnya perjalanan dimulai dari candi Gedong pertama. Kami langsung menuju candi Gedong kelima bukan tanpa sebab, tapi setelah dari candi Gedong kelima kami berencana untuk langsung ke gedong Pitu, Wolu, dan Songo yang konon memiliki akses jalan sulit, setelah itu baru turun ke candi-candi yang memiliki akses jalan mudah. Untuk menuju candi Gedong kelima, kita dimanjakan dengan jalan yang bagus dan mudah dilalui. Meskipun saya tanpa alas kaki, karena sapatu dibungkus kresek, memijak batu-batu alami yang disusun sepanjang perjalanan tidak terasa menyakitkan.

Dengan berguyur hujan kami tetap melanjutkan perjalanan meski tampak kusut. Apabila tidak segera bergerak, kami khawatir waktu akan memakan harapan kami yang sudah jauh-jauh hari kami rencanakan; mengunjungi sembilan candi Gedong Songo dengan lengkap.

Hujan deras namun apa daya, kaki sudah melangkah.

Setelah berjalan sekian ratus meter, akhirnya kami sampai pada tujuan pertama, candi Gedong kelima. Ketika sampai di candi Gedong kelima, suasana masih gerimis. Tak ada seorangpun di sana, kecuali kami berenam. Padahal selama perjalanan kami berpapasan dengan beberapa pemuda-pemudi yang berjalan turun. Dalam kompleks candi Gedong 5 ini ada satu candi yang besar yang berdiri kokoh dan beberapa reruntuhan candi Perwara yang berfungsi sebagai penjaga candi Gedong kelima.

Candi Gedong kelima

Atap candi Gedong kelima, tampak air hujan menetes dari puncak atap candi.

Pandangan keluar, dari dalam candi.

Setelah kami sampai pada candi Gedong kelima, kami langsung meneruskan perjalanan melalui rute yang sudah disediakan, yaitu candi Gedong keempat. Namun sampai tengah-tengah hujan turun sangat lebat sehingga kami berteduh di teras toko yang sedang tutup. Di sanalah kami mencoba membuka google map, dan mengetahui bahwa jalan menuju candi Gedong ketujuh, sebelum candi Gedong keempat belok ke arah kiri. Maka setelah menawarkan ke beberapa rekan, kami putuskan tiga orang melanjutkan perjalanan sesuai rute wisata, sedang kami bertiga mengunjungi candi yang ketujuh.

Kami berjalanan berbelok ke kiri, mengikuti jalur kuda beberapa ratus meter. Setelah dicek lagi ternyata jalan itu kembali ke arah turun. Kami pusatkan arah googlemap lagi, kami kembali dan menemukan jalan setapak kaki yang hampir tidak kelihatan tertutup rerimbunan. Kemudian kami mengikuti jalan tersebut berharap sesuai dengan apa yang kami cari. Setelah itu ada pertigaan, satu ke kiri dua ke kanan. Setelah kami cek, yang benar adalah ke kiri, meskipun sudah tidak nampak sebagai jalan yang sering dilalui manusia. Dengan keyakinan kami terus berjalan. Dan akhirnya kami sampai di lokasi candi Gedong ketujuh.

Sempat salah jalur mengikuti jalur kuda.

Jalan setapak menuju candi Gedong ketujuh.

Jalan setapak hampir tertutup semak-semak.

Candi Gedong Pitu berupa tiga kemuncak (bagian atas candi) yang tersusun secara berjajar. Dengan terletak di atas totokan punggungan gunung, maka hanya ada satu jalan menuju candi ini.

Candi Gedong ketujuh.

Menelisik lebih dekat Candi Gedong ketujuh.

Setelah kami selesai menghayati peninggalan yang eksotis tersebut, kami kembali menuju jalan sebelumnya untuk mencari candi Gedong kedelapan. Menurut google map, candi Gedong kedelapan sudah jelas jalurnya. Perjalanan sampai pada pertigaan jalan setapak dimana kami sedikit bimbang di awal tadi. Lalu kami cek posisi, letak candi Gedong kedelapan ke arah kiri atau ke arah kanan jika kita berada pada posisi dari candi Gedong kelima. Tanpa ragu kami ikuti jalan setapak melanjutkan perjalanan.

Jalan setapak menuju candi Gedong kedelapan.

Jalan yang kami lalui menujuk candi Gedong kedelapan juga hampir tertutup rerimbunan, mengingat saat ini adalah musim hujan. Namun demikian perjalanan melewati jalan setapak yang saat hujan menjadi aliran air, sehingga tampak jelas bagian bawah meski bagian atas rerimbun berjalin bersilang menghalangi jalan. Tanpa ragu kami teruskan perjalanan hingga akhirnya kami sampai di lokasi candi Gedong kedelapan.

Candi Gedong kedelapan.

Berpose di sekitar candi Gedong kedelapan.

Setelah sampai di candi Gedong kedelapan kami lanjutkan perjalanan menuju candi Gedong kesembilan sesuai di Google map. Kami kembali memasuki rerimbunan berjalan menyusuri harapan. Setelah menikmati punggungan gunung yang sepi dengan rerimbunan kami dibuat khawatir dengan asap yang menyembul dari bawah. Awal mula kami kira itu adalah kawah sumber air panas, tapi ternyata bukan, itu hanya bekas kawah yang masih mengeluarkan asap belerang. Dan setelah menuruni punggungan di atas kawah sampailah kami di candi Gedong kesembilan. Candi Gedong kesembilan terletak tepat di atas kawah mati (bekas kawah).

Jalan setapak menuju candi Gedong kesembilan.

Tepat sebelum sampai di candi Gedong Songo melewati kawah mati.

Candi Gedong kesembilan.

Candi Gedong kesembilan.

Perjalanan berikutnya kami menuju rute wisatawan, yaitu candi Gedong keempat. Perjalanan itu masih memasuki rerimbunan dengan kemiringan yang cukup curam. Jalan setapak yang digunakan aliran air saaat hujan membuat jalan sedikit licin sehingga kami harus hati-hati dalam memijakkan kaki. Setelah beberapa menit kamipun sampai di kawasan candi Gedong keempat dengan hati yang berbunga-bunga.

Keluar hutan langsung terlihat komplek candi Gedong keempat

Karena jujur saja, saat kami mulai keluar dari jalur wisata mengikuti jalur candi ke 7, 8, dan 9 suasana gerimis dan awan hitam menggelayut di langit. Bahkan kabut sempat sedikit turun ikut membenamkan pandangan. Dan kami bertiga ternyata baru pertama kali mengunjungi ketiga candi tersebut. Pengunjung yang belum pernah ke sana apabila mengunjungi candi-candi tersebut lebih baik  membawa pemandu yang sudah pernah ke sana. Terlebih saat musim hujan, karena jalan hampir tidak terlihat dan ada beberapa percabangan jalan.

Untuk sementara kami lalui saja candi Gedong keempat dan langsung menuju candi Gedong keenam karena setelah candi Gedong keenam jalur buntu. Untuk meneruskan perjalanan harus kembali melewati candi Gedong keempat. Candi Gedong keenam sangat indah terletak di perengan Gunung dengan pemandangan bebas menuju Gunung Sindoro. Namun sayang, saat kami ke sana pemandangan yang indah itu tertutup awan sehingga tampak candi dengan latar langit putih.

Candi Gedong keenam terdiri dari satu bangunan candi dan reruntuhan beberapa candi perwara. Di dalam candi utama terdapat yoni. Di setiap sisi terdapat relung yang kemungkinan berisi arca Agastya, Ghanesa, dan Durga, sebagaimana arca-arca pada candi Hindu lainnya. Namun arca-arca tersebut sudah tidak ada.

Jalan menuju Candi Gedong keenam.

Komplek candi gedong keenam

Candi Gedong keenam yang masih utuh.

Di dalam candi Gedong keenam terdapat Yoni.

Komplek candi Gedong keenam dengan latar belakang candi Gedong keempat..

Setelah itu perjalanan kami lanjutkan menuju candi Gedong keempat yang tadi hanya kami lewati begitu saja. Candi Gedong keempat terletak antara Gedong kelima dan Gedong keenam. Ia menghadap ke timur. Terdiri dari satu candi utama yang masih berdiri utuh, dan dikelilingi oleh reruntuhan candi Perwara yang tinggal kaki candi.

Candi utama Gedong keempat di kelilingi reruntuhan candi Perwara.

Candi Gedong keempat.

Setelah dari candi gedong keempat kami lanjutkan perjalanan sesuai dengan jalur wisata, yaitu ke candi Gedong ketiga. Dalam perjalanan ke candi Gedong ketiga kami melewati sumber air panas. Kita bisa mandi di sana dengan beli tiket masuk terlebih dahulu. Setelah berjalan cukup jauh kami sampai di candi Gedong ketiga. Candi Gedong ketiga berbetuk bujur sangkar. Pada candi Gedong ketiga terdapat tiga candi, dua candi berjajar menghadap timur dengan bentuk hampir sama, dan satu lagi menghadap ke barat. Dua candi besar tersebut satu candi lebih besar dan menjadi candi utama, sedangkan satunya lagi menjadi candi Perwara.

Pada candi utama, di kanan kiri pintu masuk terdapat arca Siwa yang berdiri dengan gada panjang di tangannya. Pada tubuh candi sisi kanan terdapat arca Agastya, pada sisi berikutnya terdapat arca Ganesa, dan pada sisi kiri terdapat arca Durga bertangan delapan. Adapun candi kecil di depan dua candi menurut berbagai sumber berfungsi sebagai tempat penyimpanan.

Candi Gedong ketiga tampak dari jalan.

Papan nama dari Disbudpar.

Candi Gedong ketiga terdiri tiga bangunan, candi utama, candi perwara, dan candi penyimpanan.

Tangga masuk candi Gedong ketiga.

Arca Agastya di sisi kanan tubuh candi.

Arca Ghanesa pada dinding belakang candi.

Acra Durga pada sisi kiri candi.

Perjalanan kami lanjutkan menuju candi Gedong kedua. Letak candi Gedong kedua tidak jauh dari candi Gedong ketiga. Candi ke kedua dari sembilan candi ini terdiri dari dua bangunan, yaitu satu candi utama dan satu candi perwara yang tinggal puing-puingnya. Di atas pintu masuk candi Gedong kedua terdapat pahatan Kalamakara. Dan di samping kanan kiri pintu terdapat relung dihiasi dengan kepala naga.

Candi Gedong kedua tampak dari jalan.

Papa nama dari Disbudpar.

Candi Gedong kedua tampak dari depan.

Tampak reruntuhan candi perwara di depan candi utama.

Setelah itu kami melanjutkan perjalanan menuju candi Gedong pertama dari candi Gedong Songo.  Perjalanan dari candi Gedong kedua tidak begitu jauh. Sesampai di candi Gedong pertama kami sudah loyo, langitpun juga gelap ditambah dengan awan hitam dan petir yang bergelegar turun ke bawah. Kami hanya sebentar saja mengunjunginya.

Candi Gedong pertama adalah candi berbentuk persegi panjang. Di kaki candi terdapat pahatan sulur dan bunga Padma di sekelilingnya. Candi ini menghadap ke timur dan terdapat tangga untuk masuk ke dalamnya.

 Berfoto dengan background candi Gedong pertama.

Candi Gedong pertama tampak dari depan.

Candi Gedong pertama.

Setelah lengkap mengunjungi sembilan candi Gedong Songo kami langsung menuju tempat parkir Sampai di tempat parkir tepat pukul 18.00 WIB. Kami lihat di depan pintu masuk berdiri seorang ibu-ibu yang sedang menunggu payung yang kami bawa. Maka segeralah kami kembalikan payung tersebut dengan ucapan terimakasih tak terhingga dan permohonan maaf. Sebelum kami menghubungi grab untuk kedua kalinya, kami mampir ke warung kopi dimana ketiga kawan kami menunggu di sana. Kopi saya teguk, dan terasa hangatnya mulai merambat di dinding jantung. Nikmat.

4 komentar:

  1. masih lewat jalan setapak ya, tapi sampai asyik ya, bagiku candi itu eksotis dan hebat yang bikinnya

    BalasHapus
  2. Iya. Mungkin karena fisik candinya berukuran kecil dan medannya terlalu berat, sehingga tidak dibangunkan jalan seperti jalan menuju candi gedong lainnya.

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus