Senin, 13 September 2010

Tebak-tebakan

Di tengah gemuruh orasi calon bupati yang seakan menjungkirbalikkan bumi, Sinyo merasa kalimat-kalimat yang mengepul bagai asap itu sudah sering kali didengarnya. Namun, toh keadaan tetap saja dan tak ada perubahan. Maka Sinyo menyeret beberapa temannya untuk menepi sekedar menikmati kopi.

“Udahlah, percuma saja kamu mendengarnya. Tak didengar pun kalau yang dikatakannya benar pasti akan ia lakukan.” Sinyo mencoba mencari teman menikmati kopi hangat di warung tak jauh dari situ.

Akhirnya dia berhasil membawa dua temannya, yang seorang berwajah legam. Tubuhnya tegap dan sigap. Matanya tajam menatap. Ia seorang buruh tani. Kedua agak ceking, kedua pipinya berlesung ketika tertawa. Ia seorang pengecer telur ayam. Mengambil dari para peternak lalu menyetorkan ke toko-toko kecil.

Kini tiga kopi hangat sudah berada di hadapan tiga pemuda desa yang punya latar belakang berbeda. Sebungkus rokok seperti meluncur begitu saja dari saku Sinyo. Lalu ketiganya segera menyulut dengan korek api dan memainkan kepulan asapnya. Seperti para orator memainkan kepulan kata-katanya.

Pekerjaan menjadi hal yang tidak menarik untuk dibicarakan di saat seperti ini. Lalu mereka beranjak ke soal perempuan, tak bertahan lama bosan juga. Apalagi bicara soal politik, duh, bagai mengunyah duri.

”Nah, aku punya tebakan. Pirtut litandahi, apa artinya?” Sinyo membuka percakapan setelah beberapa saat ketiganya diam dalam kegentingan.

”Duh, apa ya..” seorang temannya garuk-garuk kepala memikirkan kalimat yang diambil bagian suku katanya tersebut.

”Pir kecut...&^%$#” seorang mencoba menjawab.

”Salah.. jauh banget” Sinyo mengklarifikasi

”Nyerah deh” kedua temannya berkata hampir bersamaan

”Supir ngentut, kuli dalan sing nadahi. Hahaha” Sinyo mengurai tebakannya dengan bangga.

”Ipaktusek icipturi, apa hayooooo?” kali ini si wajah legam melontarkan tebakan yang tak kalah serunya. Kedua temannya cuma meraba-raba jawaban dan akhirnya menyerah.

”Tai papak metu disek, tai lincip metu keri.”

” Kwakakaka.” ketiganya tertawa terpingkal-pinggal sambil membayangkan tai-nya saat buang air besar alias be’ol.

”Kalo ini, Rukdul watditul ngancut?” si pipi lesung tak mau kalah melontar tebakan. Wah, yang ini tambah panjang, pasti lebih sulit. Nyerah deeeh.

”Jeruk gumandul disrawat gendhi putul dipangan kecut.”

”Hwahahahahaha” ketiganya terbahak-bahak.

”Kalo Suru blekitu?” Sinyo melontar tebakan yang ke dua kali.

”Asu turu dibleki watu” kedua temannya menjawab hampir bersamaan. Yang ini mah, udah seringkali diungkapkan sama orang-orang, pikir mereka.

Tak terasa beberapa pengunjung yang kebetulan mendengar gelagat mereka ikut juga tertawa terpingkal-pingkal. Begitulah gambaran saat ini. Pembicaraan tentang hiburan lebih menarik dari pada membicarakan keseriusan yang menjelma hiburan, yaitu POLITIK.