Senin, 28 Desember 2020

Haid dan Nifas

Pengertian Haid

Haid menurut bahasa berarti mengalir. Adapun menurut syari'at, haid adalah darah yang mengalir keluar dari farji (kemaluan) wanita yang telah berusia sembilan tahun, bukan karena melahirkan, dalam keadaaan sehat dan warnanya merah semu hitam.

Dasar hukum haid ada dalam al-Qur'an surat al-Baqoroh ayat 222:

وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الْمَحِيضِ قُلْ هُوَ أَذًى فَاعْتَزِلُوا النِّسَاءَ فِي الْمَحِيضِ وَلَا تَقْرَبُوهُنَّ حَتَّى يَطْهُرْنَ فَإِذَا تَطَهَّرْنَ فَأْتُوهُنَّ مِنْ حَيْثُ أَمَرَكُمُ اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ

Artinya :

Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haid itu adalah suatu kotoran". Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haid; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.

Tanda baligh bagi wanita dan laki-laki

Keluarnya darah haid juga menjadi salah satu tanda balighnya seorang wanita. Jika salah satu tanda telah terjadi maka anak wanita tersebut sudah baligh. Tanda baligh seorang wanita terdapat lima macam:

1. Sudah sampai umur 15 tahun qomariyah.
2. Keluar air mani dari kemaluan setelah umur 9 tahun qomariyah.
3. Keluar darah haid setelah umur 9 tahun qomariyah, sekitar 15 hari, walau hanya sebentar.
4. Keluar bulu kemaluan setelah umur 9 tahun qomariyah.
5. Kedua buah dadanya sudah menonjol ke depan secara jelas.

Adapun tanda-tanda baligh bagi seorang anak lelaki terdapat empat macam. Jika salah satu tanda terjadi maka anak laki-laik tersebut sudah baligh. 4 tanda itu adalah sebagai berikut:

1. Sudah sampai umum 15 tahun Qamariyah (penanggalan bulan).
2. Keluar air mani dari kemaluan setelah umur 9 tahun Qamariyah.
3. Keluar bulu kemaluan setelah umur 9 tahun Qamariyah.

Permulaan Haid Bagi Wanita

Usia paling muda waktu keluar darah haid bagi seorang anak wanita adalah ketika sekitar berumur 9 tahun. Adapun penjelasan dari “sekitar/kira-kira” adalah, apabila seorang anak wanita yang genap berumur 9 tahun kurang 16 hari dan malamnya ke atas (waktu yang cukup digunakan paling sedikitnya haid dan paling sedikitnya suci) mengeluarkan darah, maka tidak dihukumi haid, tetapi dihukumi darah istihadlah atau darah rusak (Fathul Qarib pada Hamisy Al Bajuri:1/112 dan Abyanal Hawaij: 11/268)

Adapun pada waktu mengeluarkan darah seorang wanita, sudah berusia 9 tahun kurang dibawahnya 16 hari dan malam (waktu yang tidak cukup untuk paling sedikitnya haid serta paling sedikitnya suci) maka dihukumi darah haid.

Apabila seorang wanita mengeluarkan darah beberapa hari yang sebagian sebelum waktunya bisa haid, dan yang sebagian lagi setelah waktunya bisa haid, maka darah yang pertama dihukumi darah istihadlah dan darah yang akhir dihukumi darah haid.

Lamanya Waktu Haid dan Sucinya

Seorang wanita mengeluarkan darah dihukumi haid adalah sekurang-kurangnya masa sehari semalam atau 24 jam, baik selama 24 jam itu darah keluar terus menerus, atau terputus-putus selama 15 hari dan malam. Yakni suatu tempo keluar darah di tempo lain putus darah, yang seandainya mengeluarkan darahnya itu terjumlah cukup 24 jam, hal ini dihukumi darah haid, asalkan semuanya itu masih didalam 15 hari dan malam. Sehingga, apabila darah yang keluar jumlahnya tidak cukup 24 jam, tidaklah dihukumi darah haid, melainkan dihukumi darah istiha-dlat (Minhaju al-Qawim: 29 dan Abyanal Hawaij: 11/268).

Bahwa yang dimaksud dengan terus menerus yaitu seumpama kapuk kapas dimasukkan ke dalam kemaluan wanita, masih adanya darah itu, masih dihukumi mengeluarkan darah, sekalipun darah tidak sampai ke luar ke tempat yang wajib dibasuh ketika istinja’ (ber-suci). Hasyiyah Al Turmusi ala al Minhaju al-Qawim: 1/538).

Adapun sebanyak-banyaknya seorang wanita mengeluarkan darah haid adalah 15 hari dan 15 malam. Pada kebiasaanya, mengeluarkan darah haid selama 6 atau 7 hari dan malam. Semuanya ini berdasarkan hasil penelitian Imam Syafi’i Ra kepada wanita Arab di Timut Tengah. Adapun paling lamanya seorang wanita mengeluarkan darah haid adalah 15 hari dan malam (Al Minhaju al-Qawim: 29).

Dan sekurang-kurangnya suci yang memisahkan antara satu haid dengan haid yang lain ialah 15 hari dan 15 malam. Adapaun sebanyak-banyaknya suci tidak ada batasnya, bahkan kadang sudah tidak keluar darah haid lagi, karena usia atau keadaan. Dan pada kebiasaannya suci tersebut meliha kepada kebiasaannya haid. Apabila haidnya enam hari, maka sucinya adalah 24 hari, dan apabila haidnya itu tujuh hari, maka sucinya adalah 23 hari (Qutu alHabib: 44)

Beberapa Masalah

Darah yang keluar dari kemaluan seorang wanita yang sedang hamil adalah termasuk darah haid, apabila lamanya sehari semalam serta tidak lebih dari 15 hari dan malamnya, dan mengeluarkan darah tersebut sebelum melahirkan anak (Fathul Wahhab: 1/27).

Seorang wanita ketika mengeluarkan darah haid dengan terputus putus, semuanya dihukumi haid, baik ketika mengeluarkan darah atau ketika putus yang ada sela-selanya itu.

Seorang wanita, sama saja Mubtadi’at (baru sekali mengeluarkan darah) atau Mu’tadat (yang sudah pernah haid dan suci), dihukumi haid (haram melaksanakan perkara yang diharamkan kepada orang yang haid), sebab hanya mengeluarkan darah). Kemudian kalau darah terse-but ternyata putus sebelum cukup sehari semalam, maka hukumnya bukan darah haid, sehingga ia diwajibkan mengqadla shalat yang di tinggalkan selama mengeluarkan darah tersebut. Dan apabila darah itu sampai cukup sehari semalam, maka tentunya dihukumi darah haid (Hasyiyah Al Syarqawi ‘ala alTahrir: 1/152)

MASALAH DARAH NIFAS

Definisi Nifas

Bahwa Nifas menurut bahasa berarti melahirkan. Adapun menurut istilah Syara’, Nifas ialah darah yang keluar dari kemaluan seorang wanita setelah melahirkan (wiladah), dan sebelum melampui 15 hari dan malam dari lahirnya anak. Permulaan nifas itu dimulai dari keluarnya darah, bukan dari keluarnya anak. Darah yang keluar bersama bayi atau sebelum melahirkannya, tidak dihukumi darah nifas, tetapi termasuk darah istihadlat atau darah rusak (darah penyakit). (Fathul Qarib: 109, Bughiyatul Mustarsyidin: 22).

Dasar Hukum Nifas

Masa kebiasaan seorang wanita atas keluarnya darah nifas adalah 40 hari, sebagaimana yang diriwayatkan dari Ummu Salamah, dimana ia berkata:

آانت النفساء على عهد رسول االله صلى االله عليه وسلم تقعد بعد نفاسها أربعين يوما او أربعين ليلة )رواه أبو داود والترمذى .(

“Pada masa Rasulullah Saw. Para wanita yang sedang menjalani masa nifas menahan diri selama empat puluh hari atau empat puluh malam.” (HR. Abu Da-wud dan Tirmidzi).

Para ulama dari kalangan sahabat Rasulullah Saw. dan para tabi’in telah menempuh kesepakatan, bahwa wanita-wanita yang sedang menjalani masa nifas harus meninggalkan shalat selama empat puluh hari. Apabila telah suci sebelum masa tersebut, maka hendaklah mandi dan mengerjakan shalat, demikian dikatakan oleh Imam Tirmidzi.

Lamanya Nifas dan Sucinya

Sekurang-kurangnya seorang wanita keluar darah nifas adalah satu tetesan, kebiasaannya Nifas 40 hari dan malam, sedang sebanyak-banyaknya nifas, selama 60 hari dan malam. Semuanya ini juga dengan dasar hasil penelitian Imam Syafi’i Ra. Kepa-da wanita Arab di Timur Tengah (Hasyiyah Al-Bajuri: 1/111 dan Abyanal Hawaij: 11/268).

Paling lama nifas 60 hari tersebut, di hitung mulai dari keluarnya bayi. Adapun yang dihukumi darah nifas itu mulai dari keluarnya darah. Sehingga, seumpama seorang wanita melahirkan anak pada tanggal1 kemudian ketika mengeluarkan darah mulai tanggal 5 itu penuh 60 hari dan malamnya, dimulai tanggal 5, dan yang dihukumi darah nifas adalah mulai tanggal 5. Adapun waktu antara lahirnya bayi dengan keluarnya darah, dihukumi suci. Oleh karena itu ia tetap kewajiban shalat dan kewajiban kewajiban yang lain.

Masalah-Masalah

Batas antara lahirnya bayi dengan keluarnya darah nifas seorang wanita, paling lama 15 hari. Apabila jarak antara keduanya lebih dari 15 hari, maka tidak dihukumi darah nifas, tetapi dihukumi darah haid. Apabila seorang wanita setelah melahirkan anak kemudian mengeluarkan darah dengan terputus-putus (setelah putus lalu keluar lagi), yang masih dalam 60 hari dan terputus-putusnya darah tidak sampai 15 hari, maka semua darah yang dikeluarkan maupun putus-putus yang ada sela-selanya, darah tersebut dihukumi darah nifas (Hasyiyah Sulai-man al-Jamal ‘ala Syarhi al-Minhaj: 1/227).

Contoh-Contoh:

Seorang wanita melahirkan anak, kemudian langsung mengeluar-kan darah selama 15 hari, lalu putus selama 14 hari, lalu keluar darah lagi selama 10 hari, maka darah yang keluar serta putus di sela-selanya itu dihukumi nifas. Dan ia pada waktu berhenti tersebut diwajibkan mandi, shalat dan lain sebagainya seperti halnya orang yang suci, wala-upun akhirnya ternyata semuanya itu tidak sah, karena sebenarnya masih ada di dalam nifas. Darah yang kedua (darah keluar setelah berhenti) itu, mulai keluar darah setelah tenggang 60 hari dari lahirnya anak, maka darah yang pertama (darah sebelum berhenti) dihukumi da-rah nifas, darah kedua dihukumi darah haid dan berhentinya dihukumi keadaan suci.

Seorang wanita melahirkan anak, kemudian mengeluarkan darah selama 59 hari, lalu berhenti selama dua hari, kemudian mengeluarkan darah lagi selama tiga hari, maka darah yang pertama dihukumi nifas, darah yang kedua dihukumi haid dan berhentinya dihukumi suci yang memisah antara haid dan nifas.

Dan seumpama darah yang kedua masih ada di dalamnya 60 hari, tetapi berhentinya selama 15 hari, maka darah yang pertama juga dihu-kumi nifas, darah yang kedua dihukumi haid dan berhentinya juga di hukumi suci. Contohnya: Seorang wanita melahirkan anak, kemudian mengeluarkan darah selama 10 hari, lalu berhenti selama 16 hari, kemudian mengeluarkan darah lagi, selama 4 hari, maka darah yang pertama dihukumi nifas, darah yang kedua. dihukumi haid dan berhentinya dihukumi suci yang memisah antara haid dan nifas.

Peringatan!

Keadaan suci yang memisahkan antara haid dengan nifas, atau memisahkan antara nifas dengan nifas itu, tidak disyaratkan harus ada 15 hari 15 malam, melainkan bisa saja hanya sehari atau bahkan kurang dari satu hari. Berbeda dengan keadaan suci yang memisah antara haid dengan haid. Contoh keadaan waktu suci yang memisahkan antara haid dengan nifas ialah:

1. Seorang wanita hamil mengeluarkan darah 5 hari, kemudian berhenti sehari, lalu ia melahirkan anak, kemudian mengeluarkan darah selama 40 hari, maka darah yang sebelum melahirkan dihukumi haid, dan darah yang sesudah melahirkan dihukumi nifas. Jadi waktu suci yang memisahkan antara haid dan nifas hanya sehari.

2. Seorang wanita melahirkan anak, kemudian mengeluarkan darah selama 60 hari, kemudian berhenti sehari, lalu keluar darah lagi selama 10 hari, maka darah yang sebelum berhenti dihukumi nifas, dan darah keluar yang setelah berhenti dihukumi haid. Jadi waktunya suci yang  memisahkannya hanya sehari.

3. Waktu keadaan suci yang memisahkan antara nifas dengan nifas: Seorang wanita melahirkan anak, kemudian disetubuhi oleh suaminya masih dalam keadaan nifas, dan akhirnya wanita itu hamil lagi, lalu setelah selesainya nifas cukup 60 hari, darahnya berhenti selama sehari, lalu ia melahirkan berupa segumpal darah, kemudian nifas lagi, maka berhenti yang lamanya sehari itu dihukumi suci, yang memisahkan antara nifas dengan nifas (Minhaju al-Qawim dengan Hasyiyah Sulaiman Kurdi :1/131, Syarhu alMihaj serta Hasyiyah Sulaiman al-Jamal: 1/227).

Aneka Macam Darah

Faidah untuk mengetahui hukum-hukum istihadlat yang akan dibicarakan, maka harus lebih dahulu mengetahui, bahwa darah itu ada yang kuat (warnanya tua) dan ada yang lemah (warnanya muda). Untuk mengetahui perbedaan antara darah yang kuat dengan darah yang lemah, harus mengetahui warna-warnanya, rupa-rupa dan sifat-sifatnya darah. Warnanya sebanyak 5 macam ialah:

1. Darah hitam,

2. Darah merah,

3. Darah merah semu kuning,

4. Darah kuning,

5. Darah keruh.

Darah hitam lebih kuat dari pada darah merah, darah merah lebih kuat dari pada darah merah semu kuning, darah merah semu kuning lebih kuat dari pada darah kuning, darah kuning lebih kuat dari pada darah keruh (Fathul Wahhab pada Hamisy Sulaiman al-Jamal: 1/247).

Sifat-Sifat Darah

Adapun sifat-sifat darah sebanyak empat macam ialah:

1. Darah kental dan bau busuk

2. Darah kental belaka

3. Darah bau busuk

4. Darah tidak kental dan tidak bau busuk.

Darah kental lebih kuat dari pada darah cair, darah berbau busuk lebih kuat dari pada darah yang tidak berbau busuk, darah hitam kental lebih kuat dari pada darah hitam tidak kental, dan darah kental berbau busuk lebih kuat dari pada darah kental saja. atau berbau busuk saja (Fathul Wahhab pada Hamisy Sulaiman al-Jamal: 1/247).

Apabila seorang wanita mengeluarkan darah dua yang sama sifat-nya, maka didahulukan darah yang keluar pertama, seperti darah hitam cair dan merah kental, darah hitam kental dan merah kental berbau dan seperti darah merah berbau busuk dan darah hitam tidak berbau busuk. Dan apabila sebagian darah mempunyai sifat yang menyebabkan kuat, dan sebagian lagi juga mempunyai sifat yang menyebabkan kuat, maka yang dihukumi darah kuat ialah darah yang lebih banyak sifat-sifatnya yang menyebabkan kuat.

MASALAH ISTIHADLAT

Definisi Istihadlat

Istihadlat, menurut bahasa artinya mengalir. Adapun menurut istilah Syara’, Istihadlat ialah darah yang keluar dari kemaluan seorang wanita pada waktu selain waktunya haid dan nifas, dan bukan atas ja-lan sehat (Fathul Qarib pada Hamisy Al-Bajuri: 1/109).

Seorang wanita yang mengeluarkan darah istihadlat dinamakan Mustahadlat..

Dasar Hukum Istihadlat

Masalah istihadlat ini adalah berdasarkan Hadits Nabi Muhammad Sallahu ‘Alaihi wa Sallam dari Ummu Salamah, yaitu:

 “Bahwa ia pernah meminta fatwa kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengenai seorang wanita yang selalu mengeluarkan darah. Maka Rasulullah bersabda: Hitunglah berdasarkan bilangan hari dan malam dari masa haid pada setiap bulan berlangsungnya, sebelum ia terkena serangan darah penyakit yang menimpanya itu. Maka tinggalkanlah shalat sebanyak bilangan haid yang biasa dijalani setiap bulan. Apabila ternyata melewati dari batas yang berlaku, maka hendaklah ia mandi, lalu memakai cawat (pembalut) dan mengerjakan shalat.” (HR.Abu Dawud 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar