Definisi tetangga yang paling mu’tabar (diakui) adalah periwayatan Sayidah Aisyah yang mengatakan bahwa tetangga adalah 40 rumah di setiap arah rumah kita. Kalau kita sesuaikan dengan pembagian daerah di tingkat desa, jarak 40 rumah ke utara, timur, selatan dan barat menjadi hampir sekitas satu desa seluruhnya tetangga kita.
Rasulullah SAW dalam beberapa hadistnya menganjurkan umatnya untuk menghargai dan menghormati tetangga. Mengapa tetangga harus dihormati? Bagaimana menghormatinya? Dengan berpijak atas dua pertanyaan tersebut di sini penulis akan sedikit mengutarakan perlunya menghormati tetangga serta tatacara menghormatinya dengan berlandaskan beberapa hadist Rasulullah SAW. Berikut beberapa hal yang mendasari betapa pentingnya menghormati tetangga:
1. Tetangga merupakan penjaga rumah saat kita pergi.
Saat kita berpergian meninggalkan rumah, tetanggalah orang pertama yang harus dihadapi jika ada pencuri atau perampok yang akan menjarah rumah kita. Kita tentu tidak dapat membayangkan bagaiamana ketika tetangga tak acuh lagi pada kemanan antar sesamanya, kriminalitas akan berkembang dengan subur.
Saat kita berpergian meninggalkan rumah, tetanggalah orang pertama yang harus dihadapi jika ada pencuri atau perampok yang akan menjarah rumah kita. Kita tentu tidak dapat membayangkan bagaiamana ketika tetangga tak acuh lagi pada kemanan antar sesamanya, kriminalitas akan berkembang dengan subur.
Beberapa kasus pembobolan dan penjarahan rumah di kota-kota besar terjadi saat hari raya tiba, dimana semua orang mudik ke kampung halaman sehingga rumah-rumah tidak lagi terjaga oleh tetangga. Selama ini mungkin kita tidak pernah menyadari bahwa peran tetangga dalam menjaga keamanan sangatlah besar. Pukulan kentongan satpam dan tukang ronda pada hakikatnya hanyalah sebagai penanda adanya pencurian dan perampokan. Suara tersebut pada akhirnya membangunkan tetangga-tetangga kita untuk segera bergegas menangkap pelaku pencurian dan perampokan tersebut untuk diserahkan pada pihak yang berwenang.
2. Tetangga adalah orang yang pertama menjenguk kita saat kita sakit
Berapapun banyak famili dan saudara kita, tidak akan berarti saat musibah datang menimpa dengan tiba-tiba. Mereka semua tidak dapat lebih cepat tanggap dengan musibah yang menimpa kita daripada pertolongan yang diberikan tetangga kita. Dengan kedekatan jarak tetangga, ketika terjadi musibah pada diri kita merekalah orang yang pertama kali menjenguk dan menolong kita.
Saat kita sakit, atau ajal menimpa salah satu keluarga kita, tidak akan mungkin saat itu juga famili yang tinggal jauh dari rumah lantas hadir dan menolong kita, karena perjalanan yang memerlukan waktu akan memperlambat pertolongan kepada kita. Tetanggalah orang-orang yang pertama mengulurkan tangannya untuk kebaikan kita.
3. Tetangga adalah tempat kita meminjam keperluan-keperluan saat kita membutuhkannya.
Dalam kehidupan sehari-hari, tentu kita tidak akan luput dari kebutuhan-kebutuhan kecil, seperti peralatan rumah tangga, peralatan tukang, dan sebagainya yang mana kita tidak mungkin melengkapi kesemuanya. Dengan adanya tetangga, kita bisa saling meminjam sehingga keperluan-keperluan tersebut dapat terpenuhi dengan mudah.
Kita tidak akan dapat membayangkan ketika tetangga tak mau peduli dengan keperluan-keperluan kecil yang kita perlukan. Sebagai contoh, saat kita membutuhkan tangga untuk memperbaiki atap rumah yang rusak, kita harus membeli atau membuatnya dengan biaya dan menghabiskan waktu yang tidak sedikit. Dengan adanya tetangga, kita dapat meminjam dengan mudah dengan syarat menjaga dan mengembalikan setelah selesai, sehingga waktu dan biaya yang tidak sedikit dapat kita manfaatkan untuk keperluan yang lainnya.
4. Tetangga merupakan wadah yang paling efektif sebagai sarana pendidikan anak-anak kita.
Hal inilah yang terpenting dari sekian banyak fungsi tetangga. Pendidikan formal sekolah dalam satu hari rata-rata 5-6 jam dan selebihnya anak-anak kita bermain dan bergaul dengan tetangga kita. Apabila kita baik dengan tetangga, maka tetangga tentu akan berbaik juga dengan kita dan anak-anak kita. Perlakuan baik tetangga terhadap anak kita akan dicontoh mereka sehingga sikap tersebut dapat menjadi media pendidikan secara langsung yang akan mempengaruhi kepribadian dan sikap anak kita dalam hal bergaul dan berinterasksi dengan orang lain.
Pendidikan semacam ini tentu lebih efektif daripada pendidikan formal sekolah yang menitikberatkan pada tataran teoritis, sedang pendidikan yang diperoleh dari pergaulan lebih tertitikberatkan pada praktik langsung anak-anak dengan masyarakatnya. Dari pengalaman langsung tersebut anak akan mengambil kesimpulan dan menyimpannya dalam hati mereka. Selain itu durasi waktu yang lebih panjang akan lebih menancapkan muatan-muatan pelajaran yang diperoleh dari pengalaman langsung dalam sanubari anak-anak sehingga memudahkan untuk membentuk kepribadian yang baik bagi mereka.
Saat kita tidak berlaku baik terhadap tetangga, maka tetanggapun tidak akan baik pada kita dan anak-anak kita. Berarti kita telah merusak media berharga untuk pendidikan anak-anak kita. Tetangga bisa saja mengajari anak-anak kita dengan hal-hal tidak baik saat mereka bermain di rumah tetangga sehingga anak akan mencontohnya dan akan membentuk kepribadian yang tidak baik bagi mereka. Demikian beberapa peran tetangga dalam kehidupan sehari-hari. Dengan logika saja, sudah jelas bahwa tetangga sangat berperan penting dalam kelangsungan hidup yang damai sejahtera.
Sudah seharusnya kita sebagai manusia menghormati dan menjaga hak-hak tetangga. Nabi Muhammad SAW telah menjelaskan dan mewasiatkan perilaku-perilaku sebagai perwujudan penghormatan kita kepada tetangga, mengingat betapa besar peran tetangga dalam kehidupan kita sehari-hari. Kehormatan tetangga yang sedemikian besar, tercermin dari hadis rasulullah SAW yang berbunyi:
“Tak henti-hentinya Jibril mewasiati aku agar menghormati tetangga, sampai-sampai aku mengira bahwa tetangga berhak mewarisi.”
Nabi Muhammad SAW sampai mengira bahwa tetangga ikut serta diperhitungakan sebagai kerabat atau hubungan sedarah sehingga berhak diwarisi, yang demikian karena Malaikat Jibril terus-menerus berwasiat kepada beliau untuk selalu menghormati tetangga dengan baik. Beberapa perilaku penghormatan terhadap tetangga tersebut dapat dilakukan dengan, antara lain:
1. Tidak mengganggu tetangga, baik menganggu dengan perkataan maupun perbuatan.
Mendapatkan kenyamanan dan kedamaian adalah hak setiap manusia. Kita tidak diperbolehkan mengganggu ketenangan orang lain, terlebih tetangga kita. Rasulullah SAW berpesan:
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka janganlah ia mengganggu tetangganya.” (HR. Muttafaqun alaih)
Begitu juga diterangkan dalam hadist lain:
”Demi Allah, adalah tidak beriman.” Rasulullah SAW kemudian ditanya, “Siapa yang anda maksud tidak beriman, wahai Rasulullah?” Rasulullah SAW menjawab: “Adalah seseorang yang tetangganya tidak merasa aman dari gangguan-gangguannya.” (HR. Muttafaqun alaih)
Tidak mengganggu tetangga dapat diwujudkan dengan tidak membiarkan sampah menumpuk sehingga berbau dan mengganggu tetangga kita. Juga bisa diwujudkan dengan tidak memutar musik dengan sangat keras sehingga tidak mengganggu ketenangan tetangga.
2. Berbuat baik kepada tetangga
Berbuat baik kepada sesama manusia adalah kewajiban kita. Bahkan Allah SWT memerintahkan hambaNya untuk mencegah kemungkaran dan mengajak pada kebaikan. Berbuat kebaikan tidak hanya pada sesama agama, namun juga antar agama dengan batasan-batasan tertentu.
Dalam hal bertetangga berbuat baik dapat dilakukan dengan memberi pertolongan jika dibutuhkan, bertutur kata dengan ramah dan sopan, selalu bertegur sapa saat berjumpa, dan mengatakan hal-hal yang baik kepada orang lain mengenai tetangga kita.
Dalam sebuah hadist, Rasulullah SAW berpesan:
”barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia berbuat baik pada tetangganya.” (HR. Bukhori)
3. Memberi hadiah pada tetangga
Dalam hal bertetangga, hadiah dapat berupa memberikan makanan jika kita ada kelebihan rizki, membagikan kasil sebagian panen jika kita petani, dan lain sebagainya. Pemberian (Baca: hadiah) meskipun terlihat sepele namun dapat mempererat tali silaturrahmi. Karena sebenarnya bukan besar kecilnya hadiah tersebut yang terpenting, melainkan rasa saling memberi akan menumbuhkan rasa saling berbagi sehingga akan muncul rasa kebersamaan dalam kehidupan masyarakat. Dengan demikian kegotongroyongan dan saling menolong dalam masyarakat akan mudah tercapai.
Dalam sebuah hadist, rasulullah SAW menganjurkan kita untuk melebihkan air kuah saat memasak kuah. Tak lain, hanya untuk dibagikan kepada tetangga kita. Pada suatu perbincangan, Rasulullah bersabda:
“Hai Abu Dzarr, jika engkau memasak kuah, maka perbanyaklah airnya dan berikan kepada tetangga-tetanggamu.” (HR. Bukhori)
Dalam hadist lain juga disebutkan:
“Hai wanita-wanita muslimat, janganlah meremehkan sesama wanita tetangganya sekalipun hanya memberi sampil kambing.” (HR. Bukhori)
Demikian beberapa hadist yang menyarankan untuk saling berbagi dan menghormati sesama tetangga. Berkaitan dengan pentingnya saling memberi, dalam hadist lain juga Rasulullah SAW menganjurkan untuk bershodaqoh meski dengan sebiji kurma kering.
Saat ini masih banyak kita jumpai terjadi perseteruan antar tetangga dalam masyarakat. Juga masih banyak kebiasaan buruk yang bisa mengganggu hubungan baik antara tetangga. Diantara perbuatan-perbuatan tersebut adalah membicarakan aib tetangga semata-mata hanya untuk mengolok-olok mereka. Sering seseorang membongkar dan membuat ghosip tentang tetangganya, bahkan akan merasa senang ketika keburukan tetangganya diketahui orang lain. Hal ini tentu akan menjadikan kehidupan bertetangga tidak akan harmonis dan dinamis.
Sudah selayaknyalah kita tingkatkan penghormatan kita kepada tetangga-tetangga mengingat begitu besar peran mereka dalam kehidupan kita. Terlebih lagi kita sebagai makhluk sosial -makhluk yang tidak dapat mencukupi kebutuhannya tanpa melibatkan orang lain- sangat naïf sekali ketika saling mencaci dan memusuhi antara sesama, apalagi tetangga yang sangat berperan penting dalam keberlangsungannya kehidupan yang damai dan tentram. Wallahu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar